Anak Muda Bersahabat dengan Alam

pada hari Senin, 2 Oktober 2017
oleh adminstube
 
 
 
Alam merupakan tempat makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Awalnya alam baik bagi perkembangan manusia dengan menyediakan segala sesuatu bagi manusia untuk diusahakan dan dipelihara demi kelangsungan hidup manusia.Namun, saat ini alam cenderung semakin rusak, manusia yang harusnya mengusahakan dan memelihara malah rakus mengeksploitasi alam tanpa peduli kelestariannya di masa depan. Akibatnya kondisi tanah, udara, air bersih menjadi rusak dan spesies makhluk hidup terancam.
 
Di Sumba juga terjadi perubahan kondisi alam, seperti serbuan belalang di Sumba Timur beberapa waktu lalu, rusaknya tanaman pangan karena serangan tikus, berkurangnya debit mata air dan kebakaran padang sabana saat kemarau. Ini menyebabkan tanaman pangan rusak dan beresiko pada rawan pangan, rusaknya rantai makanan dan kekeringan. Orang-orang yang bergantung dari alam harus bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan mereka.
 
 
Berpijak dari realita itu, Stube-HEMAT Sumba sebagai wadah pendampingan anak muda dan mahasiswa Kristiani di Sumbamengadakan pelatihan Karakter Kristen dan Pelestarian Alam bertemaBersahabat dengan Alam. Tema ini mendorong mahasiswa Kristen di Sumbamempelajari karakter Kristen danmasalah-masalah yang dihadapi masyarakat Sumba, khususnya pelestarian lingkungan. Ada 30mahasiswa dari Universitas Wira Wacana, STT Terpadu dan STT GKS ikut pelatihan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bina Karya Swadaya di Lewa, Sumba Timur pada hari Jumat – Minggu , 29 Sep – 1 Okt 2017.
 
Narasumber pertama, Pdt. Naftali Djoru. S.Th. M,Si, mantan ketua umum Sinode GKS, membagikan pengalamannya bergereja yang harus peduli lingkungan dan gereja harus turut mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan. Tinjauan Alkitab dari Kejadian 2:15, TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Ini menegaskan manusia untuk memelihara dan merawat alam sebagai wujud karakter Kristen, khususnya di Sumba
 
Berikutnya, Ir. Ida Bagus Putu Punia, M.Si, kepala dinas Badan Lingkungan Hidup kabupaten Sumba Timur, yang memaparkan masalah lingkungan di Sumba dan pelestariannya. Ia menggambarkan bahwa alam ini rusak karena pemakaian oleh manusa dan perusak yang tidak mau mengembalikan apa yang sudah diambil dari alam kepada alam itu lagi.
 
I Gusti Made Raspita, seorang tokoh masyarakat dan pendiri Yayasan Sumba Sejahtera (YSS) yang dijuluki ‘petani yang berdasi’ karena berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat Sumba untuk peduli lingkungan. Ia mengatakan, banyak orang pintar berteori tetapi belum melakukan apa yang dikatakan. Selain itu, bahwa kehidupan perlu keseimbangan, dengan memperhatikan kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi yang berkesinambungan, sehingga perlu usaha terus menerus untuk mencintai lingkungan yang terlestarikan tadi.
 
Presentasi peserta eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta, yaitu Marinus Mardi Ishak, Desriani Kami Mila Meha dan Erik Bidikonda Hawula melengkapi proses pelatihan ini dimana mereka membagikan pengetahuan baru tentang pertanian lahan pasir, pemeliharaan ternak babi dan pemanfaatan barang bekas kepada peserta pelatihan. Yohanis Bulu, peserta mahasiswa STT GKS mengungkapkan, “Saya bersyukur dan berterimakasih kepada Stube dengan mengikuti kegiatan ini, karena tidak semua hal saya dapatkan di kampus. Stube mengajak saya melihat keluar fenomena yang terjadi, bisa berbagi dan menerima pengetahuan dari teman-teman kampus lainnya.”
 

 




Sudah saatnya untuk anak muda Kristen Sumba mulai memperhatikan alam dan lingkungan Sumba. Tindakan kecil seperti menaman pohon dan merawat tanaman bisa menjadi awal untuk melestarikan alam. (Meliani Retang).
 
 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua