Menjangkau Desa   Membangun Asa 

pada hari Sabtu, 16 Desember 2017
oleh adminstube
 



 
 
Ke mana perginya anak-anak muda mahasiswa yang kuliah di Waingapu ketika liburan semester? Biasanya mereka akan menghabiskan liburan di kampung halamannya di desa. Mereka berada di Waingapu dan Lewa untuk melanjutkan studi selepas SMA karena ada beberapa perguruan tinggi di kota ini. Seseorang yang menempuh studi di perguruan tinggi tentu memiliki pengetahuan tambahan yang bisa dibagikan kepada orang lain. Stube-HEMAT Sumba melalui program 'ViMi'-Village & Me memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan sesuatu bagi desa mereka yang tersebar di pulau Sumba saat liburan. Mereka merancang kegiatan yang bermanfaat untuk kampung halaman mereka.
 
 
Tidak mudah bagi mereka untuk kembali ke desa karena jarak yang jauh, sulit dan terkadang terisolasi, tak jarang harus naik dan turun bukit, menyeberangi sungai-sungai, dan melewati jalan berbatu demi membagikan ilmu mereka kepada penduduk di desa. Siapa saja mereka?
 
 
Ekivianus Bulu, mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT) Terpadu, Waingapu yang berasal dari Tanarigu, Sumba Barat. Dalam program ini Ekivianus mendampingi anak-anak dan pemuda gereja di kampung halamannya melalui sekolah minggu, pemahaman Alkitab dan penguatan iman lainnya. Program pendampingan ini dilakukan di Gereja Kristen Sumba dan Gereja Bethel. Ini memberi pencerahan dan pemahaman kedua gereja yang berbeda denominasi tersebut untuk berkegiatan bersama.
 
 
Ia mengungkapkan bahwa pengurus gereja setempat tergerak untuk mengaktifkan kembali sekolah minggu dan kegiatan pemuda karena selama ini diabaikan dan bahkan tak terurus. Masyarakat setempat pun bersepakat untuk lebih peduli kepada anak-anak dan pemuda dan berharap kegiatan positif seperti ini dapat berkesinambungan sehingga meningkatkan sumber daya manusia di desa.
 
 
Naomi Mora Kalak, berdasar dari ilmu kuliahnya Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologia (STT) Terpadu, Waingapu, Naomi melakukan pendampingan dan penguatan pada pemuda GKS Kakaha cabang Lairandang, Ngadu Ngala yang berada di ujung tenggara kabupaten Sumba Timur.
 
Ia sangat terkejut dan kagum dengan penerimaan dan penghargaan penduduk setempat yang nampak begitu antusias dan semangat, karena jarang ada mahasiswa yang saat liburan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan melibatkan mereka, seperti pendampingan anak-anak Sekolah Minggu, pendampingan pemuda gereja dan Pemahaman Alkitab Rumah Tangga. Mereka sangat berharap agar kegiatan ini dapat diperpanjang sehingga anak-anak dan pemuda di gereja dapat belajar banyak hal dan rutin diadakan.
 
 
Sepritus Tangaru Mahamu, seorang anak muda desa desa Laihobu, Kananggar, Sumba Timur yang kuliah di PDD Peternakan Sumba Timur. Desanya terletak di kawasan yang terpencil sehingga perlu melawati jalanan yang terjal untuk menuju ke sana. Sep, nama akrabnya, kembali ke kampung halaman untuk memotivasi siswa SD Laihobu, meskipun berada di daerah terpencil mereka tidak boleh terisolasi melainkan berjuang melanjutkan belajar sampai di kota
 
Di sekolah ini ada 128 orang siswa kelas 1-6, namun hanya memiliki empat guru sehingga seorang guru mengajar dua kelas bersamaan dengan fasilitas mengajar yang minim. Ia membawa buku bacaan dan alat tulis untuk membangkitkan semangat belajar siswa. Sep bersama penduduk setempat memetakan potensi lokal desanya dan menemukan hasil pertanian yang bisa dikembangkan seperti kopi, pinang dan sirih.
 
 
Yupiter Tanga Tawul, ia dikenal sebagai aktivis mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana Sumba, yang bersaal dari desa Tanarara, Lewa, Sumba Timur. Yupiter memiliki keterampilan membuat nutrisi dan vitamin untuk ternak sehingga Stube-HEMAT Sumba mendorongnya melakukan pendampingan kepada penduduk desanya tentang membuat nutrisi vitamin tambahan bagi ternak sapi, babi, kerbau, kambing dan ayam. Bahan pembuatan nutrisi vitamin tambahan terbuat dari jantung pisang dan air gula.
 
Meskipun pendampingan berlangsung singkat penduduk antusias belajar meracik bahan-bahan tersebut menjadi nutrisi dan vitamin untuk ternak. Saat ini mereka telah mampu membuatnya sendiri dan bahkan pemerintah desa setempat akan mengadakan pendampingan serupa bersama Yupiter.
 
 
Onira Tenggu Nalu, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT) GKS yang berasal dari desa Umamanu, Lewa Tidas, Sumba Timur menjadi peserta program ViMi untuk memfasilitasi anak-anak di sekolah minggu dan pemuda dalam pendalaman Alkitab di GKS Umamanu cabang Kotak Maringu, cabang dari GKS Umamanu.
 
Melalui pendampingan dan penguatan iman bagi anak-anak sekolah minggu dan pemuda gereja, ia berharap mampu menggerakkan mereka untuk bertumbuh secara rohani dan aktif dalam kegiatan gereja. Sedangkan berkaitan dengan pembagian buku-buku bacaan bagi anak-anak, ia ingin menumbuhkan minat baca dan pengetahuan pada anak-anak di desanya. Warga setempat antusias mendukung kegiatan Onira dan memberi kesempatan kepadanya untuk mengembangkan kegiatan sesuai kreativitas yang dimiliki dan berharap kegiatannya dapat dilanjutkan.
 
 
Nia Epa Hoy, seorang aktivis mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana Sumba yang bersemangat mengikuti kegiatan program ViMi-Village & Me. Secara pribadi Nia memiliki keterampilan membuat pupuk organik cair dan padat dan pestisida organik. Ini yang mendorongnya kembali ke kampung halamannya di desa Pepuwatu, kecamatan Nggaha Ori Angu untuk melakukan pendampingan pembuatan pupuk dan pembuatan pestisida organik kepada warga setempat.
 
Warga desa Pepuwatu antusias mengikuti setiap tahapan pembuatan pupuk dan pestisida organik yang difasilitasi olehnya. Kini mereka memiliki keterampilan tambahan membuat pupuk dan pestisida secara organik. Secara pribadi Nia merasa senang karena bisa membagikan keterampilannya dan warga desa merespon dengan baik.
 
Berbahagialah orang yang datang membawa kabar baik. Setiap pengetahuan dan pengalaman seseorang akan berharga jika dibagikan dan membangun kehidupan masyarakat desa. Stube-HEMAT Sumba membuka kesempatan untuk mahasiswa kembali ke desanya melalui program ViMi-Village & Me. Jadi, mulai pikirkan dari sekarang apa yang akan dibagikan untuk masyarakat di desa Anda? (TRU).

  Bagikan artikel ini

Tak Hanya Teori, Tapi Aksi!

pada hari Senin, 4 Desember 2017
oleh adminstube
 
 
 
Kata-kata di atas tepat disematkan kepada Marthen Rangga Mbani, seorang anak muda yang berasal dari Wudi Pandak, kecamatan Tabundung, Sumba Timur. Berbekal pengetahuan dan pengalaman belajar tentang ayam kampung ketika berada di Yogyakarta, saat ini ia telah mengembangkan ternak ayam kampung di rumahnya. Tak hanya itu, ia juga mengolah pekarangan rumahnya untuk menanam sayuran.
 
 
Awalnya, Juli tahun 2016 ia bersama dua anak muda lainnya mendapat kesempatan belajar di Yogyakarta sebagai peserta Eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta karena ia aktif mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Sumba. Ia memilih ternak ayam kampung karena ia juga memelihara ayam kampung di rumahnya, Mboka, Kanatang, Sumba Timur. Ia berharap dengan pengetahuan dan keterampilan yang ia dapatkan di Yogyakarta ia bisa merawat ayam kampung dengan baik dan menjual dengan harga tinggi dan keuntungannya untuk membiayai kuliah di STT Terpadu Waingapu.
 
 
Di Yogyakarta, selain mengenal Stube-HEMAT Yogyakarta, Marthen belajar ternak ayam kampung dan pertanian terpadu di Joglo Tani, Sleman di bawah arahan TO Suprapto, seorang praktisi pertanian yang berpengalaman. Ia belajar pengelolaan pertanian terpadu, peran ternak dalam pertanian dan pembuatan kandang ayam yang aman dan sehat.
 
 

 

Pembelajaran Marthen berlanjut ke Temon, Kulonprogo untuk belajar pemeliharaan ayam kampung milik Gendut Minarto, seorang peternak ayam kampung yang memiliki jaringan luas. Ia mempelajari tahapan pemeliharaan ayam kampung dari menyiapkan kandang, menyiapkan pakan, vaksin dan pemanas kandang, sterilisasi kandang, vaksinasi anak ayam dan pemberian makan ayam, pemilihan ayam sesuai ukuran dan menimbang ayam siap jual.

 

 

Sekembalinya di Sumba, ia memulai memelihara ayam di desa asalnya di Tabundung, tetapi mengalami kegagalan, semua ayamnya mati karena penyakit dan perubahan musim. Ia tidak menyerah, tetapi ia memindah tempat memelihara ayamnya di Mboka, Kanatang, tempat ia tinggal sementara untuk kuliah. Setelah satu tahun merintis ternak ayam kampung, ia berhasil memelihara ayam dan setiap bulan menjual 10-12 ayam kampung.
 

 

Saat ini Marthen sedang mempersiapkan kandang pengeraman demi mengurangi resiko kematian anak ayam. Ia memiliki 4 indukan ayam, tiga dari indukan akan bertelur dan satu indukan sedang mengerami telurnya. Sementara itu, ada dua belas ayam siap jual dengan harga 50.000 rupiah per ekor.
 
 
 



Selain ternak ayam, bersamaan datangnya musim penghujan di Sumba, Marthen mengolah pekarangan rumahnya di Mboka. Kawasan ini dikenal kawasan berbukit, gersang dan batu karang. Orang-orang mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menanam jagung, ubi jalar, kacang dan tanaman lainnya, tetapi Marthen punya keyakinan kalau tanah diolah maka tanah akan memberi hasilnya. Ia mengolah tanah dan menambah pupuk kandang dari babi, ayam, kambing dan kompos dari ranting dan daun. Ia menghindari bahan kimia karena merusak tanah. Ia yakin bahwa setiap usaha baik akan diberkati Tuhan asal ada kemauan untuk melakukan. Ayo JOS (Jangan Omong Saja).
 

 

 

“Saya ucapkan terima kasih kepada Stube-HEMAT yang sudah memberi saya pelatihan mengenai ayam kampung, sehingga saya bisa mempunyai penghasilan, walaupun sedikit bisa meringankan beban orang tua. Saya akan terus mengembangkan ayam kampung ini walaupun masih terkendala modal, karena saya masih harus berbagi dengan kuliah, tetapi saya tetap berusaha sesuai kemampuan saya, terima kasih Stube,” ungkap Marthen.
 

 

Benar anak muda, pengetahuan yang hanya ada di kepala tidak akan bermanfaat bagi banyak orang. Marthen telah memulai dengan beternak ayam kampung dan pengalamannya pasti semakin bertambah dengan memanfaatkan pekarangan untuk tanam sayuran. Tetap semangat dan jadi berkat. (TRU).
 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua