Menjangkau Desa   Membangun Asa 

pada hari Sabtu, 16 Desember 2017
oleh adminstube
 



 
 
Ke mana perginya anak-anak muda mahasiswa yang kuliah di Waingapu ketika liburan semester? Biasanya mereka akan menghabiskan liburan di kampung halamannya di desa. Mereka berada di Waingapu dan Lewa untuk melanjutkan studi selepas SMA karena ada beberapa perguruan tinggi di kota ini. Seseorang yang menempuh studi di perguruan tinggi tentu memiliki pengetahuan tambahan yang bisa dibagikan kepada orang lain. Stube-HEMAT Sumba melalui program 'ViMi'-Village & Me memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan sesuatu bagi desa mereka yang tersebar di pulau Sumba saat liburan. Mereka merancang kegiatan yang bermanfaat untuk kampung halaman mereka.
 
 
Tidak mudah bagi mereka untuk kembali ke desa karena jarak yang jauh, sulit dan terkadang terisolasi, tak jarang harus naik dan turun bukit, menyeberangi sungai-sungai, dan melewati jalan berbatu demi membagikan ilmu mereka kepada penduduk di desa. Siapa saja mereka?
 
 
Ekivianus Bulu, mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT) Terpadu, Waingapu yang berasal dari Tanarigu, Sumba Barat. Dalam program ini Ekivianus mendampingi anak-anak dan pemuda gereja di kampung halamannya melalui sekolah minggu, pemahaman Alkitab dan penguatan iman lainnya. Program pendampingan ini dilakukan di Gereja Kristen Sumba dan Gereja Bethel. Ini memberi pencerahan dan pemahaman kedua gereja yang berbeda denominasi tersebut untuk berkegiatan bersama.
 
 
Ia mengungkapkan bahwa pengurus gereja setempat tergerak untuk mengaktifkan kembali sekolah minggu dan kegiatan pemuda karena selama ini diabaikan dan bahkan tak terurus. Masyarakat setempat pun bersepakat untuk lebih peduli kepada anak-anak dan pemuda dan berharap kegiatan positif seperti ini dapat berkesinambungan sehingga meningkatkan sumber daya manusia di desa.
 
 
Naomi Mora Kalak, berdasar dari ilmu kuliahnya Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologia (STT) Terpadu, Waingapu, Naomi melakukan pendampingan dan penguatan pada pemuda GKS Kakaha cabang Lairandang, Ngadu Ngala yang berada di ujung tenggara kabupaten Sumba Timur.
 
Ia sangat terkejut dan kagum dengan penerimaan dan penghargaan penduduk setempat yang nampak begitu antusias dan semangat, karena jarang ada mahasiswa yang saat liburan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan melibatkan mereka, seperti pendampingan anak-anak Sekolah Minggu, pendampingan pemuda gereja dan Pemahaman Alkitab Rumah Tangga. Mereka sangat berharap agar kegiatan ini dapat diperpanjang sehingga anak-anak dan pemuda di gereja dapat belajar banyak hal dan rutin diadakan.
 
 
Sepritus Tangaru Mahamu, seorang anak muda desa desa Laihobu, Kananggar, Sumba Timur yang kuliah di PDD Peternakan Sumba Timur. Desanya terletak di kawasan yang terpencil sehingga perlu melawati jalanan yang terjal untuk menuju ke sana. Sep, nama akrabnya, kembali ke kampung halaman untuk memotivasi siswa SD Laihobu, meskipun berada di daerah terpencil mereka tidak boleh terisolasi melainkan berjuang melanjutkan belajar sampai di kota
 
Di sekolah ini ada 128 orang siswa kelas 1-6, namun hanya memiliki empat guru sehingga seorang guru mengajar dua kelas bersamaan dengan fasilitas mengajar yang minim. Ia membawa buku bacaan dan alat tulis untuk membangkitkan semangat belajar siswa. Sep bersama penduduk setempat memetakan potensi lokal desanya dan menemukan hasil pertanian yang bisa dikembangkan seperti kopi, pinang dan sirih.
 
 
Yupiter Tanga Tawul, ia dikenal sebagai aktivis mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana Sumba, yang bersaal dari desa Tanarara, Lewa, Sumba Timur. Yupiter memiliki keterampilan membuat nutrisi dan vitamin untuk ternak sehingga Stube-HEMAT Sumba mendorongnya melakukan pendampingan kepada penduduk desanya tentang membuat nutrisi vitamin tambahan bagi ternak sapi, babi, kerbau, kambing dan ayam. Bahan pembuatan nutrisi vitamin tambahan terbuat dari jantung pisang dan air gula.
 
Meskipun pendampingan berlangsung singkat penduduk antusias belajar meracik bahan-bahan tersebut menjadi nutrisi dan vitamin untuk ternak. Saat ini mereka telah mampu membuatnya sendiri dan bahkan pemerintah desa setempat akan mengadakan pendampingan serupa bersama Yupiter.
 
 
Onira Tenggu Nalu, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT) GKS yang berasal dari desa Umamanu, Lewa Tidas, Sumba Timur menjadi peserta program ViMi untuk memfasilitasi anak-anak di sekolah minggu dan pemuda dalam pendalaman Alkitab di GKS Umamanu cabang Kotak Maringu, cabang dari GKS Umamanu.
 
Melalui pendampingan dan penguatan iman bagi anak-anak sekolah minggu dan pemuda gereja, ia berharap mampu menggerakkan mereka untuk bertumbuh secara rohani dan aktif dalam kegiatan gereja. Sedangkan berkaitan dengan pembagian buku-buku bacaan bagi anak-anak, ia ingin menumbuhkan minat baca dan pengetahuan pada anak-anak di desanya. Warga setempat antusias mendukung kegiatan Onira dan memberi kesempatan kepadanya untuk mengembangkan kegiatan sesuai kreativitas yang dimiliki dan berharap kegiatannya dapat dilanjutkan.
 
 
Nia Epa Hoy, seorang aktivis mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana Sumba yang bersemangat mengikuti kegiatan program ViMi-Village & Me. Secara pribadi Nia memiliki keterampilan membuat pupuk organik cair dan padat dan pestisida organik. Ini yang mendorongnya kembali ke kampung halamannya di desa Pepuwatu, kecamatan Nggaha Ori Angu untuk melakukan pendampingan pembuatan pupuk dan pembuatan pestisida organik kepada warga setempat.
 
Warga desa Pepuwatu antusias mengikuti setiap tahapan pembuatan pupuk dan pestisida organik yang difasilitasi olehnya. Kini mereka memiliki keterampilan tambahan membuat pupuk dan pestisida secara organik. Secara pribadi Nia merasa senang karena bisa membagikan keterampilannya dan warga desa merespon dengan baik.
 
Berbahagialah orang yang datang membawa kabar baik. Setiap pengetahuan dan pengalaman seseorang akan berharga jika dibagikan dan membangun kehidupan masyarakat desa. Stube-HEMAT Sumba membuka kesempatan untuk mahasiswa kembali ke desanya melalui program ViMi-Village & Me. Jadi, mulai pikirkan dari sekarang apa yang akan dibagikan untuk masyarakat di desa Anda? (TRU).

  Bagikan artikel ini

Tak Hanya Teori, Tapi Aksi!

pada hari Senin, 4 Desember 2017
oleh adminstube
 
 
 
Kata-kata di atas tepat disematkan kepada Marthen Rangga Mbani, seorang anak muda yang berasal dari Wudi Pandak, kecamatan Tabundung, Sumba Timur. Berbekal pengetahuan dan pengalaman belajar tentang ayam kampung ketika berada di Yogyakarta, saat ini ia telah mengembangkan ternak ayam kampung di rumahnya. Tak hanya itu, ia juga mengolah pekarangan rumahnya untuk menanam sayuran.
 
 
Awalnya, Juli tahun 2016 ia bersama dua anak muda lainnya mendapat kesempatan belajar di Yogyakarta sebagai peserta Eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta karena ia aktif mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Sumba. Ia memilih ternak ayam kampung karena ia juga memelihara ayam kampung di rumahnya, Mboka, Kanatang, Sumba Timur. Ia berharap dengan pengetahuan dan keterampilan yang ia dapatkan di Yogyakarta ia bisa merawat ayam kampung dengan baik dan menjual dengan harga tinggi dan keuntungannya untuk membiayai kuliah di STT Terpadu Waingapu.
 
 
Di Yogyakarta, selain mengenal Stube-HEMAT Yogyakarta, Marthen belajar ternak ayam kampung dan pertanian terpadu di Joglo Tani, Sleman di bawah arahan TO Suprapto, seorang praktisi pertanian yang berpengalaman. Ia belajar pengelolaan pertanian terpadu, peran ternak dalam pertanian dan pembuatan kandang ayam yang aman dan sehat.
 
 

 

Pembelajaran Marthen berlanjut ke Temon, Kulonprogo untuk belajar pemeliharaan ayam kampung milik Gendut Minarto, seorang peternak ayam kampung yang memiliki jaringan luas. Ia mempelajari tahapan pemeliharaan ayam kampung dari menyiapkan kandang, menyiapkan pakan, vaksin dan pemanas kandang, sterilisasi kandang, vaksinasi anak ayam dan pemberian makan ayam, pemilihan ayam sesuai ukuran dan menimbang ayam siap jual.

 

 

Sekembalinya di Sumba, ia memulai memelihara ayam di desa asalnya di Tabundung, tetapi mengalami kegagalan, semua ayamnya mati karena penyakit dan perubahan musim. Ia tidak menyerah, tetapi ia memindah tempat memelihara ayamnya di Mboka, Kanatang, tempat ia tinggal sementara untuk kuliah. Setelah satu tahun merintis ternak ayam kampung, ia berhasil memelihara ayam dan setiap bulan menjual 10-12 ayam kampung.
 

 

Saat ini Marthen sedang mempersiapkan kandang pengeraman demi mengurangi resiko kematian anak ayam. Ia memiliki 4 indukan ayam, tiga dari indukan akan bertelur dan satu indukan sedang mengerami telurnya. Sementara itu, ada dua belas ayam siap jual dengan harga 50.000 rupiah per ekor.
 
 
 



Selain ternak ayam, bersamaan datangnya musim penghujan di Sumba, Marthen mengolah pekarangan rumahnya di Mboka. Kawasan ini dikenal kawasan berbukit, gersang dan batu karang. Orang-orang mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menanam jagung, ubi jalar, kacang dan tanaman lainnya, tetapi Marthen punya keyakinan kalau tanah diolah maka tanah akan memberi hasilnya. Ia mengolah tanah dan menambah pupuk kandang dari babi, ayam, kambing dan kompos dari ranting dan daun. Ia menghindari bahan kimia karena merusak tanah. Ia yakin bahwa setiap usaha baik akan diberkati Tuhan asal ada kemauan untuk melakukan. Ayo JOS (Jangan Omong Saja).
 

 

 

“Saya ucapkan terima kasih kepada Stube-HEMAT yang sudah memberi saya pelatihan mengenai ayam kampung, sehingga saya bisa mempunyai penghasilan, walaupun sedikit bisa meringankan beban orang tua. Saya akan terus mengembangkan ayam kampung ini walaupun masih terkendala modal, karena saya masih harus berbagi dengan kuliah, tetapi saya tetap berusaha sesuai kemampuan saya, terima kasih Stube,” ungkap Marthen.
 

 

Benar anak muda, pengetahuan yang hanya ada di kepala tidak akan bermanfaat bagi banyak orang. Marthen telah memulai dengan beternak ayam kampung dan pengalamannya pasti semakin bertambah dengan memanfaatkan pekarangan untuk tanam sayuran. Tetap semangat dan jadi berkat. (TRU).
 

 


  Bagikan artikel ini

Beternak Sebagai Usaha Potensial

pada hari Rabu, 22 November 2017
oleh adminstube
 
Pelatihan Peternakan Stube-HEMAT Sumba
 
Ternak memiliki peran penting di masyarakat Sumba. Selain sebagai peliharaan dan diambil dagingnya, ternak juga berfungsi sosial, yaitu sebagai kebanggaan keluarga, urusan adat dan tabungan yang mudah dicairkan ketika membutuhkan uang.

Seiring berjalannya waktu, ada tantangan besar yang dialami pulau ini seperti menurunnya kesuburan lahan dan berkurangnya ketersediaan pakan yang cukup bagi ternak di saat musim kemarau. Hal ini merupakan dampak kebiasaan membakar padang secara sembarangan. Dengan demikian ternak yang memiliki nilai potensial seperti kuda, sapi, kerbau, dan kambing mengalami kesulitan saat mencari makan di lahan saat musim kemarau, bahkan akibat lainnya adalah berkurangnya populasi ternak di Sumba.
 
Dari realita yang terjadi, Stube HEMAT Sumba mengadakan pelatihan peternakan untuk mahasiswa dan pemuda gereja yang bertempat di kantor kecamatan Kanatang, pada hari Jumat-Minggu, 3-5 November 2017 dengan tema Beternak sebagai usaha potensial. Ada tiga puluh tujuh peserta mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus di Waingapu dan Lewa, seperti STT GKS, STT Terpadu, Ukriswina, Akademi Komunitas Negeri (AKN).

Stube-HEMAT Sumba menghadirkan fasilitator yang berpengalaman di bidang peternakan, seperti Drh. Oktavianus Kale Rohi dari Dinas Kesehatan Hewan kabupaten Sumba Timur yang membahas perkembangan populasi ternak di Sumba Timur dan peran pemerintah dalam mengatasi penyakit ternak, yaitu dengan mengenal penyakit-penyakit utama yang menyerang ternak di Sumba Timur antara lain Anthraks, Surra dan cacingan.
 
Berikutnya, Reni Ratni Ndapawole S.Pt., M.Si., seorang dosen Universitas Kristen Wirawacana Sumba memaparkan pengembangan dan pengelolaan pakan ternak dalam mengatasi krisis pakan pada musim kemarau. Kualitas pakan ditentukan dari nilai gizi yang ada dalam pakan. Ada dua jenis hijauan pakan ternak yang bisa dimanfaatkan pada musim kemarau, yaitu rumput-rumputan dan legiminosa (kacang-kacangan).
 
Sedangkan I Made Adi Sudarma S.Pt., M.Si., yang juga dosen Universitas Kristen Wirawacana Sumba menguraikan Analisis Usaha Ternak. Topik ini bermanfaat bagi mahasiswa ketika akan memulai usaha ternaknya. Selain itu, materi ini juga membantu meningkatkan efisiensi pendapatan dan sebagai alat evaluasi usaha peternakan yang dilakukan.
 
Seorang praktisi peternakan melengkapi pelatihan saat ini, Umbu Maramba Mbahi S.Pt., peternak yang tinggal di kawasan Praiwora, Waingapu, Sumba Timur secara terbuka membagikan pengalamannya dalam usaha peternakan dan berbagai manfaatnya. Ia memelihara ternak babi dan itik. Dari ternak babi ia mendapat dagingnya dan limbah kotoran babi untuk biogas. Tak hanya itu, limbah biogas cair dan padat digunakan untuk pupuk, sedangkan limbah itik untuk pakan lele.
 
Salah satu peserta dari kampus Unkriswina, yang biasa disapa Mersy, bertanya “Pemerintah berperan dalam peningkatan produksi ternak, contohnya melalui IB (inseminasi buatan) pada ternak sapi. Pertanyaannya, apakah tidak ada efek samping pada ternak?” Fasilitator menjawab, faktor resiko pasti ada, tetapi pemerintah berusaha meminimalisir dan segala regulasi tentang ternak sudah diatur oleh manajemen kesehatan yang dipadukan dalam sentuhan teknologi.
 
Di akhir acara pelatihan peserta membahas rencana tindak lanjut (RTL). Salah satunya adalah kunjungan belajar ke salah satu fasilitator, yaitu Umbu Maramba Mbahi di Praiwora untuk mendalami teknik pembuatan kandang, pakan, dan pencegahan penyakit pada ternak.

Ada harapan besar peserta pelatihan secara pribadi mulai membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang danmelakukan bertahap sehingga rencana terealisasi. Ini saatnya mencipta lapangan kerja bagi diri sendiri dan bahkan bagi orang lain, menjadi berkat bagi sesama. (Meliani Retang)

 


  Bagikan artikel ini

Anak Muda Bersahabat dengan Alam

pada hari Senin, 2 Oktober 2017
oleh adminstube
 
 
 
Alam merupakan tempat makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Awalnya alam baik bagi perkembangan manusia dengan menyediakan segala sesuatu bagi manusia untuk diusahakan dan dipelihara demi kelangsungan hidup manusia.Namun, saat ini alam cenderung semakin rusak, manusia yang harusnya mengusahakan dan memelihara malah rakus mengeksploitasi alam tanpa peduli kelestariannya di masa depan. Akibatnya kondisi tanah, udara, air bersih menjadi rusak dan spesies makhluk hidup terancam.
 
Di Sumba juga terjadi perubahan kondisi alam, seperti serbuan belalang di Sumba Timur beberapa waktu lalu, rusaknya tanaman pangan karena serangan tikus, berkurangnya debit mata air dan kebakaran padang sabana saat kemarau. Ini menyebabkan tanaman pangan rusak dan beresiko pada rawan pangan, rusaknya rantai makanan dan kekeringan. Orang-orang yang bergantung dari alam harus bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan mereka.
 
 
Berpijak dari realita itu, Stube-HEMAT Sumba sebagai wadah pendampingan anak muda dan mahasiswa Kristiani di Sumbamengadakan pelatihan Karakter Kristen dan Pelestarian Alam bertemaBersahabat dengan Alam. Tema ini mendorong mahasiswa Kristen di Sumbamempelajari karakter Kristen danmasalah-masalah yang dihadapi masyarakat Sumba, khususnya pelestarian lingkungan. Ada 30mahasiswa dari Universitas Wira Wacana, STT Terpadu dan STT GKS ikut pelatihan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bina Karya Swadaya di Lewa, Sumba Timur pada hari Jumat – Minggu , 29 Sep – 1 Okt 2017.
 
Narasumber pertama, Pdt. Naftali Djoru. S.Th. M,Si, mantan ketua umum Sinode GKS, membagikan pengalamannya bergereja yang harus peduli lingkungan dan gereja harus turut mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan. Tinjauan Alkitab dari Kejadian 2:15, TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Ini menegaskan manusia untuk memelihara dan merawat alam sebagai wujud karakter Kristen, khususnya di Sumba
 
Berikutnya, Ir. Ida Bagus Putu Punia, M.Si, kepala dinas Badan Lingkungan Hidup kabupaten Sumba Timur, yang memaparkan masalah lingkungan di Sumba dan pelestariannya. Ia menggambarkan bahwa alam ini rusak karena pemakaian oleh manusa dan perusak yang tidak mau mengembalikan apa yang sudah diambil dari alam kepada alam itu lagi.
 
I Gusti Made Raspita, seorang tokoh masyarakat dan pendiri Yayasan Sumba Sejahtera (YSS) yang dijuluki ‘petani yang berdasi’ karena berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat Sumba untuk peduli lingkungan. Ia mengatakan, banyak orang pintar berteori tetapi belum melakukan apa yang dikatakan. Selain itu, bahwa kehidupan perlu keseimbangan, dengan memperhatikan kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi yang berkesinambungan, sehingga perlu usaha terus menerus untuk mencintai lingkungan yang terlestarikan tadi.
 
Presentasi peserta eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta, yaitu Marinus Mardi Ishak, Desriani Kami Mila Meha dan Erik Bidikonda Hawula melengkapi proses pelatihan ini dimana mereka membagikan pengetahuan baru tentang pertanian lahan pasir, pemeliharaan ternak babi dan pemanfaatan barang bekas kepada peserta pelatihan. Yohanis Bulu, peserta mahasiswa STT GKS mengungkapkan, “Saya bersyukur dan berterimakasih kepada Stube dengan mengikuti kegiatan ini, karena tidak semua hal saya dapatkan di kampus. Stube mengajak saya melihat keluar fenomena yang terjadi, bisa berbagi dan menerima pengetahuan dari teman-teman kampus lainnya.”
 

 




Sudah saatnya untuk anak muda Kristen Sumba mulai memperhatikan alam dan lingkungan Sumba. Tindakan kecil seperti menaman pohon dan merawat tanaman bisa menjadi awal untuk melestarikan alam. (Meliani Retang).
 
 

 


  Bagikan artikel ini

Tiga Jiwa Pemantik Untuk Sumba (Tulisan peserta Eksposur Stube-HEMAT Yogyakarta)  

pada hari Minggu, 17 September 2017
oleh adminstube
 
 
 


Menghargai Waktu
(Desri Kahi Mila Meha, STT Terpadu Waingapu)
 
Waktu sangat penting bagi semua orang untuk beraktivitas dan berkarya, dan waktu dipakai sebagai patokan bagi sebagian orang untuk memulai kegiatannya. Namun terkadang orang mengabaikan betapa berharganya waktu, sehingga menganggapnya sebuah hal yang biasa-biasa saja dan tetap mempertahankan budaya jam karet.
 
Kebiasaan ini masih dilakukan oleh sebagian orang di Sumba Timur, bahkan juga kebiasaan di komunitasa saya, sehingga melekat dalam diri saya. Kebiasaan buruk saya yang sering mengulur-ulur waktu membuat banyak hal terbuang meskipun seharusnya perlu dilakukan. Akibat lain dari tidak menghargai waktu, banyak pekerjaan tidak terselesaikan.


Saya sangat terinspirasi dengan kegiatan yang saya ikuti selama saya di Yogyakarta yang begitu disiplin dengan waktu dan bahkan setiap kegiatan diatur oleh waktu dan juga dibatasi oleh waktu yang sudah ditentukanMelalui kesempatan ini saya belajar menyesuaikan diri dan menjadi sebuah keharusan untuk saya lakukan ketika saya berada di Yogyakata, karena bagi saya kedisiplinan adalah hal yang sangat bagus untuk menjadikan saya seseorang yangbisa menghargai waktu.
 
Saya harus mengubah kebiasaan saya yang lama dengan menerapkan kebiasaan baru untuk  menghargai dan mengatur waktu dengan baik.Apabila semua yang saya lakukan diatur oleh waktu maka otomatis apapun yang saya lakukan akan selesai tepat waktu dan diposisi lain juga bisa memiliki waktu untuk mengerjakan hal lain. Saya berharap ketika saya menerapkan hal yang baik di tengah komunitas saya, ada efek positif yang juga dilakukan juga oleh orang-orang yang adadi sekeliling saya. Hal terpenting adalah saya memulainya dari diri saya sendiri terlebih dahulu untuk menjadi panutan bagi orang lain. Ayo…..tanamkan budaya menghargai waktu!!!
 
 
Kekuatan Perbedaan Iris Mata
(Erik Bidikonda Hawula, Unkriswina, Waingapu)
 
 
Dalam kehidupan ini kita sadar bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi tidak terlepas dari warna atau ciri kas yang membedakan kita, baik segi biologis sampai pemikiran di kepala kita, baik perbedaan yang bisa kita lihat sampai yang tidak terlihat. Perbedaan yang kita milikitersebut tentu bukan permintaan kita tetapi itu semua adalah takdir yang tidak bisa kita hindari.
 
Perbedaan–perbedaan yang ada di sekitar kita sering memungkinkan perselisihan atau konflik yang apabila tidak ditangani serius bisa memburuk bahkan bisa menjurus pada pertumpahan darah. Tentu bukan hal yang mustahil jika dari perbedaan-perbedaan yang ada tersebut bisa dipersatukan.
 
Mengapa saya lahir dari sukutertentu, ras tertentu yangmemiliki budaya yang membentuk saya memiliki pemikiran serta perspektif yang berbeda, hendaknya tidak menjadi masalah kemanusiaan.Pemikiran dan perspektif yang berbeda dapat dipakai dalam merasakan dan melihat fenomena atau keadaan alam dan benda-benda yang ada disekitar kita. Hal tersebut mungkin tak sempat kita pikirkan bahwa orang yang memiliki perbedaan pemikiran dan pandangan dapatmemanfaatkan hal-hal yang tidak berguna menjadi punya nilai ekonomi, seperti para pengrajin barang-barang daur ulang dan sampah seperti pecahan kaca menjadi tatanan mozaik yang indah, tempurung kelapa menjadi produk kualitas eksport, atau bahkan lahan pasir gersang menjadi lahan pertanian yang subur. Iris mata sebagai kekuatan untuk melihat dan perubahan tidak mungkin terjadi ketika kita gagal untuk melihat perbedaan.
 
Indonesia mempersatukan kita dalam perbedaan 1.300 suku, 1.158 bahasa daerah dan berbagai perbedaan agama dan aliran kepercayaan lokal. Tentu perbedaan ini bisa memicu konflik jika kita tidak mampu melihat perbedaan adalah kekuatan. Dengan apa kita melihat kekuatan itu? Tentu dengan iris mata yang berbeda.
 
Proses Eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta mengajarkan kamimelihat segala sesuatu yang terlihat biasa, bisa mempunyainilai serta menerima dan memanfaatkan perbedaan untuk dikelola menjadi kekuatan.
 
 
Saya mengikuti pelatihan Studi perdamaian, Wisma Ngesti Laras, Kaliurang




PEACE MAKER Dalam Konflik
(Marinus Mardi Ishak, STT GKS Lewa)
 
 
Kasus konflik sudah menjadi konsumsi publik akhir-akhir ini di Indonesia. Hal ini sebenarnya memicu dan memacu daya kritis dan analitis anak bangsa khususnya anak muda, untuk tidak diam begitu saja melihat situasi yang ada, tetapi berkontribusi dalam buah pikiran dan tindakan yang membangun. Ketika mengikuti kegiatan dalam Eksposur Stube-HEMAT Yogyakarta, sayamerenungkan bahwa masing-masing kita sudah semestinya menjadi PEACE MAKER.
 
Konflik yang ada di negeri ini tidak saja berkaitan denganpersoalan humanis-religius tetapi juga persoalan humanis-ekologis, sebagaimana topik-topik yang telah saya ikuti di Stube-HEMAT Yogyakarta sebagai model realita konflikkehidupan, yang mencakup:1. Dialog Lintas Agama,  2. Bertani di lahan pasir, 3. Management Peternakan, 4. Studi Perdamaian: Management Konflik dan Resolusi Konflik, dan 5. Daur Ulang Sampah. Semua kegiatan tersebut merupakan salah satu resolusi konflik yang ditawarkan kepada masing-masingkami untuk bertindak sebagai PEACE MAKER.
 
Secara kasatmata kita dapat melihat realita tersebut, bahkan tanpa kita sadari kita pun sedang berada di tengah-tengah konflik tersebut. Pertanyaannya, lalu apa yang harus kita perbuat? Mau tidak mau ini menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa untuk mengelola dan memberikan resolusi konflik yang ada. Mungkin kita bukan penabur dari konflik-konflik tersebut, namun tanpa kita sadari kita pun merasakan imbas dari situasi yang ada. Untuk itulah kita harus bertindak, sebagaimana ada ungkapan “Kalau bukan KITA siapa lagi dan kalau bukan SEKARANG kapan lagi”. Ungkapan ini memotivasi saya untuk menjadi mediator yang baik di dalam menganalisa dan memediasi konflik yang ada.

PEACE MAKER, tidak hanya berpikir dan menganalisa tetapi juga bertindak secara sinergis dengan berjejaring lintas agama, suku dan ras dari Sabang sampai Merauke dan janganterkurung dan terpuruk dengan konflik pribadi. Tanggung jawab ini tentunya harus dimulai dari diri sendiri. Saya sangat berterima kasih atas kesempatan mengikuti kegiatan diStube-HEMAT Yogyakarta dalam eksposur ini juga tim dan rekan-rekan di Yogyakarta. Pengalaman dan ilmu yang diperoleh, akan dibagikan kepada teman-teman di Stube-HEMAT Sumba sebagai wadah dan rumah bersama kami di Sumba. Terimakasih juga untuk jejaring yang boleh dibukakan dengan teman-teman di Stube Jerman.


 


  Bagikan artikel ini

Memperhatikan Desa   Memajukan Sumba

pada hari Senin, 4 September 2017
oleh adminstube
 
Melatih Penduduk Desa Tanarara Membuat Nutrisi Ternak
Peserta program Village and Me
 
 
Tanarara merupakan salah satu desa di kecamatan Lewa kabupaten Sumba Timur, NTT yang memiliki luas kawasan 35,50 km2. Kecamatan Lewa yang terletak sekitar 60 km di sebelah barat kota Waingapu terkenal sebagai lumbung padi di Sumba Timur karena produksi padi terbesar dibanding kecamatan yang lain di Sumba Timur. Sebagian besar penduduk desa Tanarara adalah petani dan peternak. Hasil pertanian berupa padi, jagung dan sebagian singkong dan ubi jalar. Sedangkan ternak yang sering dijumpai di desa ini adalah sapi, babi, kerbau, kambing dan ayam. Hasil pertanian dan peternakan menjadi penyokong ekonomi rumah tangga penduduk di desa Tanarara, sehingga perlu pengelolaan yang baik demi mencapai hasil yang baik pula. Inilah yang mendorong Yupiter Tanga Ngaul, seorang anak muda asli desa Tanarara yang sedang kuliah di Universitas Kristen Wira Wacana Sumba program studi Ekonomi Pembangunan untuk mengikuti “Village & Me”.
 
Village Me” merupakan sebuah program dukungan bagimahasiswa untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat desa tempat asal peserta. Selain aktif di kampusnya, Yupiter juga beberapa kali mengikuti pelatihan yang diadakan Stube-HEMAT Sumba, salah satunya adalah pelatihan Keragaman Pangan Lokal di GKS Kawangu. Yupiter tertarik dengan program ini dan mengusulkan kegiatan untuk petani berupa pendampingan pembuat nutrisi vitamin tambahan bagi ternak sapi, babi, kerbau, kambing dan ayam. Bahan pembuatan nutrisi vitamin tambahan terbuat dari jantung pisang dan air gula. Jantung pisang dicacah halus dan ditumbuk kemudian ditambah air gula. Campuran ini dimasukkan dalam ember kemudian ditutup plastik sehingga kedap udara dan dibiarkan semalam supaya terjadi fermentasi. Kemudian campuran ini disaring dan air hasil fermentasi digunakan sebagai nutrisi vitamin tambahan.
 
Yupiter merasa senang karena tidak ada kesulitan dalam melaksanakan program yang berlangsung pada tanggal 8-9 Juli 2017. Penduduk desa antusias mengikuti pelatihan inisehingga memudahkan mereka mempelajari bagaimana membuat nutrisi ternak sendiri. Penduduk desa Tanarara berterimakasih dan memberikan apresiasi kepada tim Stube-HEMAT Sumba yang sudah melayani penduduk desa Tanarara melalui program ini.
 
Yupiter menyampaikan, “Program ini sangat penting bagi mahasiswa di Sumba, karena program ini mendorong mahasiswa berbagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapat dari kampus, gereja, organisasi dan komunitas masyarakat. Kemauan saling berbagi dan menerima ini mestinya terjadi tidak hanya di satu masa tetapi mesti berkelanjutan. Anak muda di Sumba pun sudah semestinya memikirkan desanya, menerapkan ilmu yang mereka pelajari”.
 
Anak muda masa kini harus punya semangat juang, rasa solidaritas yang terwujud melalui berbagi kemampuan, keterampilan dan pengetahuan demi kemajuan kehidupan masyarakat desa sebagai pondasi bangsa ini. (Meliani Retang).

  Bagikan artikel ini

Anak-Anak Masa Depan Desa Umamanu Aktivitas peserta ViMi (Village & Me)

pada hari Kamis, 31 Agustus 2017
oleh adminstube
 
 
 
Ada sebuah lagu yang tak asing di telinga kita, yaitu Desaku. Lagu ini membawa pendengar membayangkan kehidupan di desa yang damai, ada kebersamaan keluarga dan selalu dirindukan. Dari lagu tadi, desa mestinya merupakan tempat yang baik, berkembang dan nyaman untuk hidup. Namun kenyataannya desa-desa masih mengalami berbagai keterbatasan, seperti akses jalan, teknologi dan informasi. Hal ini berdampak pada ketimpangan perkembangan desa dan belum meratanya kesejahteraan penduduk. Padahal keadaan desa sangat penting bagi keberadaan suatu negara karena kesejahteraan suatu desa berpengaruh kepada stabilitas negara.
 
Berbicara tentang desa, menurut istilah, desa merupakan satuan administrasi pemerintah terendah dengan hak otonomi sesuai asal usul setempat. Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2016, jumlah desa/kelurahan sebanyak 82.030 desa. Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar, sehingga desa perlu mendapat perhatian supaya berkembang dan mampu menjadi penyokong ketersediaan kebutuhan kota. Desa dan kota idealnya sebagai mitra, namun kota berkembang karena didukung fasilitas yang ada di kota, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan informasi. Akibatnya penduduk cenderung ingin pindah ke kota dan perlahan desa-desa semakin tertinggal.
 
Situasi demikian pun terjadi di Sumba, anak muda cenderung meninggalkan desanya untuk mengupayakan hidup yang lebih baik dengan menjadi tenaga kerja di luar pulau bahkan luar negeri. Ini diperkuat dengan kurangnya rasa memiliki, kemauan membangun desa dan kemampuan melihat potensi desa. Stube HEMAT Sumba merespon situasi ini dengan merancang program Village and Me (aku dan desa). Sebuah program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan sesuatu bagi desanya selama liburan.
 
Salah satu peserta, Onira Tenggu Nalu, yang kuliah di Sekolah Tinggi Teologia (STT) GKS Lewa. Ia sudah mengikuti beberapa kali pelatihan Stube-HEMAT Sumba, seperti peternakan, energi alternatif dan pendidikan. Ketertarikannya menjadi peserta program ViMi adalah keinginannya untuk membagikan apa yang telah ia pelajari dan berbagi dengan masyarakat desa, tentang hal-hal rohani sesuai dengan program studi saat ini dan praktek melayani sebagai hamba Tuhan kedepannya. Kegiatan Onira di bulan Juli berlangsung di kampung halamannya di desa Umamanu, kecamatan Lewa Tidas dan berpusat di Kotak Maringu, cabang dari GKS Umamanu. Kegiatannya antara lain Pendalaman Alkitab Sekolah Minggu, ibadah padang, berlatih drama dan tarian, membaca, serta membagikan buku pada anak-anak.

Berkaitan dengan kegiatan pendampingan dan penguatan iman bagi anak-anak sekolah minggu dan pemuda gereja, ia berharap mampu menggerakkan mereka untuk bertumbuh secara rohani dan aktif dalam kegiatan gereja. Sedangkan berkaitan dengan pembagian buku-buku bacaan bagi anak-anak, ia ingin menumbuhkan minat baca dan pengetahuan pada anak-anak di desanya.


Onira menjalani aktivitas ViMi dengan sukacita ketika bersama-sama dengan anak-anak di desanya. Ia bersyukur karena ada antusiasme dari mereka, misalnya datang lebih awal sebelum kegiatan dimulai. Selain itu, masyarakat setempat berharap kegiatan seperti ini dapat dilanjutkan, agar anak-anak mendapat pelajaran dan mengikuti kegiatan positif.


Dari kegiatan ini Onira menemukan kesan yang membekas dalam hati dan menemukan banyak hal, seperti perbedaan karakter anak-anak, berani mengutarakan pendapat,  kejujuran dan makna kesabaran. Ia berharap, jangan melakukan program karena difasilitasi oleh Stube-HEMAT Sumba, tetapi mengajak kaum muda Sumba secara keseluruhan untuk kembali melihat apa yang dibutuhkan desa, mau membangun dan melayani. (Meliani Retang).



  Bagikan artikel ini

Mengambil Peluang Bisnis dengan Keterampilan

pada hari Senin, 19 Juni 2017
oleh adminstube
 
 
Keberanian, semangat dan kreativitas menjadi ciri anak mudayang cenderung menyukai tantangan, mencari hal baru dan mengejar berbagai pengetahuan dan pengalaman. Terlebihbisnis kreatif terus didorong oleh pemerintah agar menjadi motor penggerak ekonomi dan pembangunan bangsa.Bisnis kreatif dibangun dengan memanfaatkan pengetahuan, informasi dan kreativitas yang meliputi iklan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, film, musik, pertunjukkan seni, penerbitan, riset dan pengembangan, software, mainan, televisi dan radio, dan video games. Selain kualitas sumber daya manusia, kreativitas menjadi kunci berkembangnya suatu bisnis.
 
Anak muda dan kreativitas menjadibagian menarik yang diperhatikan olehStube-HEMAT Sumba, sebuah lembaga pendampingan mahasiswa dan pemuda gereja di Sumba. Anak muda didorongbisa melihat Sumba secara utuh, baik potensi maupun tantangannya. Alasan itulah, Stube menanggapi tawaran untuk berpartisipasi dalam bazar yang diadakan oleh prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Kristen Wirawacana Sumba. Bazar dengan nama 'Bazar Kewirausahaan' ini merupakan bagian dari mata kuliah Kewirausahaan yang diampu oleh Anastasia Diana Tumimomor, SE, M.Si, Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, yang wajib diikuti oleh mahasiswa. Bazar diadakan selama lima hari mulai tanggal  12 - 16 Juni 2017 di kampus Unkriswina Sumba di Waingapu.


Stube-HEMAT Sumba sebagai salah satu peserta bazar segera melangkah cepat dengan menghubungi aktivis Stube yang memiliki keterampilan dan karya kreatif. Mereka didorong untuk memanfaatkan peluang ini dengan memajang dan menjual hasil karya mereka. Mereka adalah Onira Tenggu Nalu, Betriks Lay dan Yustiwati Angu Bima. Beberapa karya yang mereka tawarkan antara lain tas dari daun lontar, tas dari kain Sumba, gelang tangan dari kain Sumba, kalung dari tanduk, cincin dari kea, muti leher, muti tangan, sepatu dari kain Sumba, tas Alkitab dan beberapa produk lainnya.

 

Dalam pelaksanaan bazar, team Stube membagi jadwal bagi para aktivis untuk menjaga stand ini selama lima hari agar pelaksanaan bazar bisa berjalan dengan baik dan pembeli pun bisa datang setiap hari. Selain pembeli datang membeli produk-produk dalam bazar, pengunjung, yang didominasi mahasiswa bisa menemukan ide-ide kreatif yang menghasilkan keuntungan.


Anastasia Diana Tumimomor, SE, M.Si, mengatakan, “Kegiatan ini akan menginspirasi anak muda untuk membaca setiap peluang usaha dan menghasilkan keuntungan. Selain itu, partisipasi Stube-HEMAT Sumba akan membuka cakrawala berpikir mahasiswa untuk membuka usaha tidak harus dengan usaha yang megah tetapi dengan keahlian atau skill yang ada untuk dikembangkan. Saya ucapkan terimakasih atas keterlibatan Stube-HEMAT Sumba dalam kegiatan ini dan harapannya ke depan ada kerjasama kegiatan sehingga hubungan Stube-HEMAT Sumba dan Universitas Kristen Wira Wacana Sumba terus terjalin.”
 
Betriks Lay, salah satu peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berkata,“Kegiatan ini sangat berharga karenamenjadi langkah awal untuk mempromosikan hasil-hasil karya mahasiswa aktivis Stube. Saya juga berterima kasih kepada Stube-HEMAT Sumba yang sudah melatih saya memiliki sebuah ketrampilansehingga menjadi berkat bagi diri saya dan menjadi berkat juga bagi masyarakat Sumba.
 
Kegiatan ini akan menginspirasi anak muda khususnya mahasiswa untukjeli membaca peluang. Mereka juga diharapkan tidak hanya berorientasi menjadi pegawai negeri sipil atau pencari kerja,tetapi bisa menciptakan pekerjaan dan menyediakan lapangan kerja bagi orang lain, terlebih saat ini Sumba sudah dilirik menjadi salah satu tujuan wisata alternatif selain Bali. Sudah siapkah anak muda, ambil peluang bisnis dengan keterampilanmu? (JUF).

 


  Bagikan artikel ini

Berani Merancang Usaha Sejak Muda Presentasi Follow-up peserta Program Entrepreneurship Sekretariat Stube-HEMAT Sumba, 27 Mei 2017

pada hari Senin, 29 Mei 2017
oleh
 
  
 
 
Stube-HEMAT Sumba adalah program pendampingan mahasiswa dengan harapan peserta berproses dalam pelatihan-pelatihan yang diikuti agar menjadi pribadi yang berkualitas. Salah satu programmnya adalah pelatihan Entrepreneurship: promosi dan pasar di era digital yang diselenggarakan di GKS Umamapu cabang Pabotandjara, Wairinding, Jumat-Minggu, 12-14 mei 2017, Pelatihan yang dihadiri mahasiswa dari beberapa kampus, seperti STT Terpadu, Unkriswina, AKN dan pemuda gereja setempat ini membahas tentang bagaimana membuka usaha di era digital, dan mengajak peserta memunculkan ide-ide kreatif suatu usaha dan mempraktekkan bagaimana rencana mereka 5 tahun ke depan.
 
 
 
 
 
 
Peserta menindaklanjuti pelatihan Entrepreneurship dengan menyusun perencanaan mereka di rumah masing masing dan kemudian dipresentasikan pada hari Sabtu 27 Mei 2017 di sekretariat Stube-HEMAT Sumba dan dihadiri 14 peserta bersama 3 orang team Stube-HEMAT Sumba, Apriyanto Hangga, A.Md, Jufri Adi Papa dan Yulius Anawaru yang memandu pertemuan ini.
 
Ada beberapa peserta yang mempresentasikan rencana mereka dalam waktu lima tahun ke depan, yaitu Naser Hailu Poti, mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana yang mengembangakn usaha peternakan itik karena saat ini ia sudah memulai usaha itik petelur di daerah Lambanapu. Ia bersama beberapa teman memelihara itik dan telurnya mereka pasarkan. Berikutnya, Ekivianus Bulu, seorang mahasiswa STT Terpadu, yang berencana dalam lima tahun ke depan sudah membuka usaha warung makan khas Sumba. Beberapa menu khas Sumba yang ia tawarkan adalah nasi jagung, nasi kacang, dan lauknya yang dibuat sesuai bahan lokal Sumba. Tidak hanya itu, tempatnya pun dirancang ada sentuhan seni dan khas Sumba. Yang ketiga adalah Putra Jayadi, seorang mahasiswa Akademi Komunitas Negeri (AKN), Waingapu, yang sudah merintis usaha tukang kayu. Dalam lima tahun ke depan ia dan ayahnya memfokuskan pada bisnis kayu dan mebel untuk bangunan.
 
 
Apriyanto Hangga, salah satu team Stube-HEMAT Sumba sangat mengapresiasi ide dan rencana setiap peserta. Ia memberi masukan kepada Naser dalam mengembangkan itik petelurnya perlu membuat target produksi, tempat pemasaran dan memperbanyak promosi usaha tersebut. Yulius Anawaru memberi masukan kepada Ekivianus supaya mencari tempat yang strategis, sehingga warung makannya bisa dijangkau oleh wisatawan dan makanannya harus bervariasi agar konsumen memiliki banyak pilihan, karena dengan demikian pelanggan akan puas.
 
Yohan, salah dari peserta menanggapi pelatihan Entrepreneurship yang diadakan Stube-HEMAT Sumba ini merupakan topik yang mampu membuka wawasan saya untuk berwirausaha, karena ternyata banyak peluang untuk membuka usaha di era digital. Saya menemukan beberapa hal yang sudah dipelajari dan untuk dikembangkan dari sekarang maupun lima tahun ke depan, seperti membuka usaha ternak yang menjadi sumber pendapatan untuk hidup sehari-hari.
 
Anak muda, kenali kemampuan diri dan kembangkan menjadi suatu usaha dari apa yang dimiliki sampai mendapatkan penghasilan. Jangan menyerah, meski sederhana belajarlah menjadi mandiri. (Naomy Mora Kalak).
 

  Bagikan artikel ini

Entrepreneurship:   Promosi dan Pasar di Era Digital

pada hari Senin, 15 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
 
 
Sumba, sebuah pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki daya tarik seni budaya dan kerajinan tradisional, alam dan pemandangan yang eksotik serta pantai-pantai dan air terjun yang ‘manandang’ (bahasa Sumba: cantik/indah). Pemanfaatan potensi daerah menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Generasi muda di Sumba perlu jeli melihat peluang dari potensi yang ada sehingga mampu menjadi aktor penggerak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Sumba.Pelatihan Entrepreneurship dengan topik “Promosi dan Pasar di Era Digital” yang dilaksanakan Stube HEMAT Sumba menjadi salah satu jawaban untuk mempersiapkan anak-anak muda menjawab tantangan ke depan.
 
 
Pelatihan ini diselenggarakan pada hari Jumat-Minggu, 12-14 Mei 2017 di GKS Umamapu cabang Pambotandjara dan diikuti dua puluh empat mahasiswa dan pemuda gerejaKasbuana Engge Hudilimu, guru Injil gereja setempat,menyampaikan firman Tuhan tentang talenta. Ia mengajak peserta mengenali bakat yang diberikan Tuhan dan mengembangkan sebaik-baiknya. Selanjutnya Trustha Rembaka, koordinator Stube-HEMAT Yogyakarta dengan topikMengasah Kreativitas Anak Muda menantang peserta memunculkan ide-ide kreatif sebanyak-banyaknya, tetapi ide yang sudah disebutkan salah satu peserta tidak boleh disebutkan lagi oleh peserta berikutnya. Peserta mengakui bahwa tidak mudah menemukan ide-ide baru, kemampuan ini harus terus diasah.
 
 
Narasumber lain, Handrianus Vianey Melin Wula, S.Kom, M.Si, dosen di Universitas Kristen Wira Wacana Sumba memaparkanEntrepreneurship dan Digital Marketingsebagai strategi populer dan digunakan oleh hampir sebagian besar pemasar di dunia.Digital marketing lebih efisien waktu, jangkauan luas sepanjang terkoneksiinternet dan biaya operasional lebih kecil dibanding pasar biasa. Kelemahan sistem ini adalah keamanan rendah, harus meyakinkan konsumen dengan sistem baru untukbertransaksi. Mahasiswa bermodal kecil bisa memulai bisnis berbasis digital atau internet, syaratnya jeli melihat peluang, berdasar hobi, punya cukup pengetahuan dan keterampilan, mau belajar dan moralitas demi menjaga kepercayaan.
 
 
Peluang berwirausaha di era digital semakin terbuka ketika Jefonses Yarsian Pote, S.Kom, M.Kom, dosen di Universitas Kristen Wira Wacana Sumba berbagi pengalaman. Yarsian Pote adalah seorang programmerkomputer dan pembicara berbagai seminar dan pelatihanSelama kuliah di Yogyakarta ia memanfaatkan internet sebagai sarana pemasukan sampingan dengan cara membuat video pendek dan mem-posting di Youtube. Dengan tahapan tertentu ia mendapat income berdasar jumlah tayangan dari videonya. Ia menyarankan agar gadget peserta tidak hanya sebagai alat foto selfie tetapi penghasil uang, yakni misalnya dengan membuat video pendek tentang keunikan budaya, tempat wisata yang alami dan kehidupan sehari-hari di Sumba. Meskipun jaringan internet di Sumba belum sebagus di Jawa, tetapi kreativitas tidak kalah apabila terus diasah.
 
 
Pengalaman Septi Dadi, S.Pd, guru Matematika di SMP Negeri 1 Waingapu berbisnis online memancing peserta untuk memulai bisnis. Septi, alumnus salah satu kampus di Yogyakarta dan aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta memulai bisnis fashiononline. Awalnya ia belum memahami dan mengalami kerugian karena salah hitung biaya kirim, tetapi ia terus belajar. Perlahan tetapi pasti, usahanya menjadi income tambahan. Selain itu, ia juga membuka les privat matematika. Ia menekankan bahwa berbisnislah dari hobi, berani mencoba dan mau bertanya kepada orang yang sudah berwirausaha.
 
Di akhir pelatihan, peserta menulis keadaan dirinya lima tahun yang akan datang, bekerja di bidang apa atau berbisnis apa. Seorang peserta bernamaPutra Jayadimengatakan, “Saya ingin berbisnis mebelair karenasaya bisa membuat mebel dan punya alat dan tempat produksi”. Sementara Trias, mahasiswa AKN Waingapu, jurusan pakan ternak, sudah merintis usaha fermentasi pakan ternak yang proses pembuatannya mudah dan sederhana tetapi bergizi untuk perkembangan ternak. Beda lagi dengan Naser yang saat ini sudah berbisnis telur bebek dan keuntungannya untuk membiayai kuliah.
 
 

 

Saatnya anak muda dengan semangat dan ide-ide kreatifnya mulai membangun kemandirian diri melaui wirausaha. Kemauan dan ketekunan menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan bisnis yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraanmasyarakat setempat. (TRU).
 
 

  


  Bagikan artikel ini

Kembalikan Alamku

pada hari Minggu, 14 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Hijau dan permai tanah kelahiranku
Tempatku menghabiskan hari-hariku
Hembusan angin yang membelai pepohonan dan rerumputan
Kini telah diganti oleh asap kendaraan
 
Alam yang permai,
Janganlah murka
Mereka hanyalah manusia yang serakah harta
Hingga tak bisa merasakan kepedihanmu
 
Dunia ini telah mati
Meninggalkan keindahan dan kesejukan
Sungai yang semakin kotor akibat limbah beracun
Tanah yang semakin tandus dan hutan yang telah gundul
Membuat semuanya menjadi sengsara
 
Kami hidup membutuhkan alam
Kami butuh kesejukan alam 
Kami butuh keindahan alam
Dan ...
Kami juga menggantungkan harapan pada alam
 
 
Oleh Frx

 

 

  Bagikan artikel ini

Mengejar Kualitas Pendidikan di Sumba

pada hari Sabtu, 13 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Sekolah merupakan wadah satuan pendidikan yang di dalamnya ada proses belajar dan mengajar. Sejatinya sekolah menjadi jembatan bagi manusia memperoleh ilmu, pengetahuan dan pengalaman hidup. Banyak hal yang dapat dipelajari di sekolah, tidak hanya ilmu yang dikemukakan para ilmuwan, tetapi pengetahuan yang terus berkembang seiring kemajuanzaman.
 
Lembaga satuan pendidikan dengan sistem kerjanya masing-masing mengharapkan agar setiap manusia memperoleh hak dan kemerdekaan yang sama dalam belajar. Memanusiakan manusia adalah salah satu tujuan utamanya agar manusia tidak lagi dijajah oleh kebodohan. Tidak jarang kemelaratan dan kemiskinan disebabkan oleh kebodohan, minimnya pengetahuan yang diperoleh oleh manusia.
 
Sumba Timur, salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur dengan potret pendidikan yang begitu kompleks dan tidak jauh berbeda dengan pendidikan di pulau Jawa. Dengan akses yang begitu mudah dan terjangkau menambah semangat belajar siswa, begitu pula semangat yang dimiliki oleh siswa di kabupaten Sumba Timur. Namun demikian tidak semua siswa mampu mengakses informasi dengan mudah, lamban dan jauh dari pembaharuan informasi.
 
SMP N 1 Waingapupionir pendidikan yang ditunjuk menjadi sekolah rujukan pada tahun 2016. Label sekolah rujukan yang ada di pundak SMP N 1 Waingapu membuat para guru berusaha semaksimal mungkin mencapai 8 standar satuan pendidikan menengah pertama. Bukanlah hal mudah untuk mencapai 8 standar pendidikan tersebut, namun satu per satu dapatterpenuhi.
 
Keteladanan dan kedisiplinan
Siswa belajar dari apa yang mereka lihatdengar dan lakukan. Inilah yang disebut keteladanan. Jika sang pamong tidak disiplin maka jangan berharap siswa disiplin, sebab mereka mengikuti siapa yang patut diteladani. Rendahnya kesadaran untuk menjadi teladan dalam hal kedisiplinanmenjadi momok dalam pembangunan pendidikan karakter siswa.Kedisiplinan menjadi salah satu poin utama untuk suatu pembaharuan pendidikan karakter. Sangat jauh berbeda motivasi belajar siswa di Sumba dan di Jawa. Kalau sebelumnya Penulis pernah praktek mengajar di salah satu sekolah di DIY yang memiliki kedisiplinan yang tinggi, sekarang merasakan perbedaan yang mencolok.
 
Kenyamanan belajar
Ketika orang tua mengantarkan anaknya tepat di depan gerbang sekolah, di depan orang tua mereka seolah-olah masuk ke lingkungan sekolah namun setelah itu mereka belajarnya cukup dari luar pagar saja. Motivasi belajar anak bukan berada di lingkungan sekolah, melainkan di luar sekolah. Hal ini menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi SMP N 1 Waingapu yang menyandang status sekolah rujukan memiliki suasana belajar yang nyaman bagi siswa-siswinya.
 

 

Kemajuan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama, pemerintah, regulasi, pengelola lembaga pendidikan, siswa dan masyarakat. Semua pihak harus berbenah dan membangun kembali pendidikan di Indonesia. Majulah pendidikan di Sumba dan Indonesia. (Septi Dadi).

 


  Bagikan artikel ini

Pejuang Terhebatku

pada hari Jumat, 12 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Wahai kau yang kubanggakan
Ketika sang merah menyingsing di ufuk timur
Engkau mengemas barang daganganmu
Menyusuri desa yang begitu rindang
Dan sengatan sang merah menghanguskan kulitmu
 
Engkau tidak mengenal lelah,
Engkau mengayuh sepeda tuamu,
bunyinya: kring, kring, kring
Saputanganmu,
Tak jemu-jemunya membersihkan butir-butir keringat di wajahmu
Engkau tak pernah menyerah,
yang walaupun barang daganganmu tak kunjung laris
Tetapi engkau tetap bersemangat menjajakan daganganmu
Dan senyuman di wajahmu tetap ada
 
Aku tahu engkau melakukannya demi orang yang engkau cintai
Dan untuk membahagiakan mereka
Engkau melakukannya dengan penuh percaya diri
Hingga sang surya kembali ke ufuk barat
Engkau pun kembali ke rumahmu
Untuk menjumpai mereka yang kau cintai
Dan kiranya Tuhan memberkati segala usahamu

Wahai pejuangku (Vebiati Lende)

 


  Bagikan artikel ini

Hari Gini Malas Menulis?   

pada hari Jumat, 12 Mei 2017
oleh adminstube
PROGRAM PELATIHAN JURNALISTIK
(kelas Lewa) 
 
Menulis adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Melalui menulislah seseorang  dapat mengekspresikan ide-idenya serta mengungkapkan apa yang dialaminya. Ironisnya, tidak banyak kaum muda yang berminat menekuni bidang penulisan karena berbagai faktor, seperti kemalasan,keterbatasan pengetahuan dan alasan kesibukan. Sebenarnya menulis mudah dilakukan jika mempunyai kemauan yang muncul dari dirinya, pengetahuan yang berkembang serta keterampilan menyusun kata-kata. Aktivitas menulis yang dilakukan kaum muda amatlah penting karena seorang penulis menambah teknik menulis, tahu cara mengumpulkan data.
 
Stube HEMAT Sumba sebagai lembaga pendampingan mahasiswa di Sumba menyadari pentingnya kemampuan menulis di kalangan mahasiswa maka Stube-HEMAT Sumba berinisiatif melakukan pelatihan menulis untuk mahasiswa di STT GKS LEWA yang difasilitasi oleh Trustha Rembaka, koordinator Stube HEMATYogyakarta dan didampingi oleh Apriyanto Hangga, A. Md, salah satu team Stube-HEMAT Sumba.
 
Kelas menulis dilakukan beberapa kali, yaitupertamaSenin, 8 Mei 2017 diikuti 12 orang peserta yang membahas pentingnya menulis, mengasah kreativitas dan kiat-kiat menulis. Kedua, Selasa, 9Mei 2017 dengan peserta 11 orang membahas mengenai cara menulis, jenis-jenis tulisan dan kerangka penulisan. Beberapa jenis tulisan yang dipelajari, antara lain puisi, untuk mengungkapkan perasaan penulis, dalam kelas ini khususnya tentang isu sosial. Reportase, sebagai laporan peristiwa atau kejadianKisah ataufeature, yang menceritakan sesuatu kisah atau tokoh yang memberi pengaruh positif bagi masyarakat.Wawancara, sebuah sarana yang baik karena ada dialog dengan narasumber untuk menggali informasi. Opini, mengkaji suatu masalah dan penulis memberikan pendapatyang membuka pemahaman khalayak umum. Ketiga, diadakan Rabu, 10 Mei 2017 berupa praktek wawancara langsung dengan IG Made Raspita, seorang tokoh penggerak pertanian dan peternakan Yayasan Sumba Sejahtera (YSS) di Lewa.

Trustha, sebagai fasilitator memaparkan materi dengan baik, fleksibel dan dekat dengan peserta karena selalu ada dialog sehingga kegiatan ini benar-benar bermanfaat bagi para mahasiswa. Sekalipun waktu perkuliahan padat peserta tetap bersemangat dan meluangkan waktu untuk turut serta di dalamnya karena kerinduan untuk mengasah keterampilan menulis.
 
Melalui kegiatan ini para peserta tidak cukup hanya tahu tentang pentingnya menulis dan metode dalam menulis, tetapi mampu mempraktekkan pengetahuan yang telah didapatkan seperti menulis puisi, reportase, kisah dan wawancara. (Yendri Kati Amah).

  Bagikan artikel ini

MENULISLAH
Karena Tulisan Mengubah Kehidupan  

pada hari Kamis, 11 Mei 2017
oleh adminstube
Sosialisasi dan kelas Menulis Stube-HEMAT Sumba
di GKS cabang Praihowar, 6 dan 10 Mei 2017 
 
‘Long live education adalah sebuah istilah yang sering dipakai dalam dunia pendidikan, bahwa pembelajaran terjadisepanjang hidup, tidak dibatasi ruang dan waktu. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan setiap manusia menjadi lebih berakhlak dan berwawasan luas. Demikian pula di Sumba, di mana menurut data BPS pada tahun 2013 di Sumba Timur ada 11% dari 240.000 penduduk yang berusia 10 tahun ke atas masih buta huruf. Hal ini perlu mendapat perhatian dan tindakan demi peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya di Sumba Timur.
 
Stube-HEMAT Sumba sebagai lembaga pendampingan mahasiswa dan pemuda gereja ikut ambil bagian dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya menusia di Sumba melalui berbagai program pelatihan, salah satunya adalah Jurnalistik. Jurnalistik merupakan ilmu yang mempelajari tentangkegiatan meliput, mengelola dan menyampaikan informasi tentang peristiwa dan data yang disampaikan melalui media cetak, elektronik atau internetKegiatan jurnalistik yang fokus pada menulis ini mendorong mahasiswa dan pemuda gereja melahirkan tulisan danmemangkas rendahnya literasi di kalangan generasi muda saat ini.

 

  

 

Program Sosialisasi dan Jurnalistik Stube-HEMAT Sumba untuk pemuda gerejadiadakan di GKS Payeti cabang Praihowar pada hariSabtu, 06 Mei 2017 dandihadiri pemuda gerejasetempat, Yulius Anawaru, team Stube HEMAT Sumba, dan Trustha Rembaka, S.Th dari Stube-HEMAT Yogyakarta.Kehadiran Trustha Rembaka sebagai fasilitator memberi semangat baru bagi pemuda. Peserta diajak berkenalan, bermain game komunikata dan bercerita selama satu menit.Meskipun peserta berlatar pendidikan berbeda-beda, ada yangSLTP, SLTA, kuliah dan bahkan bekerja, mereka percaya diri menceritakan pengalaman yang mereka alami dan paling berkesan. Trustha memotivasi mereka untuk mengalahkan kemalasan dan ketidaktahuan melalui menulis secara rutin, menuangkan apa yang mereka rasakan ke dalam tulisan.
 
Pertemuan kedua diadakanpada hari Rabu, 10 Mei 2017di tempat yang sama.Peserta diminta untuk menulis kejadian yang mereka alami dan cita-cita mereka ke dalam satu lembarkertas. Benar adanya bahwamenulis tidak semudahdengan apa yang dipikirkan.Itulah yang dialami oleh peserta. Walau dalam keterbatasan ruang dan waktu mereka tetap menyelesaikan karya tulisan tangan mereka sendiri. “Disaat suasana hati saya lagi gembira atau sedih saya sering menuangkan itu ke dalam bentuk tulisan, karena lewat menulis, apa yang saya rasakan dan saya pikirkan dapat tersalurkan,”ungkap Rezeky, salah seorang pemuda gereja setempat. “Kemampuan menulis terwujud jika ada tiga hal: kemauan, pengetahuan dan ketrampilanPotensi dan semangatpemuda di sini telah nampak melaui tulisan mereka, hanya butuh tambahan ilmu dan pendampingan untuk mengembangkanpotensi yang mereka miliki.” ucap Trustha.
 
 

 

Ya, setiap orang bisa menulis, baik itu berupa pengalaman, angan-angan dan berbagai hal lainnya. Jadi, sekarang bebaskanlah diri dan mulailah untuk menulis dan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. (Septi Dadi).

 


  Bagikan artikel ini

Jeli Lihat Peluang Siap Hadapi Resiko Presentasi Kelompok Analisis Sosial

pada hari Kamis, 11 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Pemahaman terhadap suatu kondisi sosial yang ada di masyarakat sangat penting dimiliki setiap orang, terutama bagi Pemuda dan Mahasiswa karena masih terjadi ketimpangan dan masalah sosial. Berdasar pada kondisi sosial yang ada, Stube-HEMAT Sumba mengadakan program pelatihan Analisis Sosial tentang Pemuda Sumba dan Kesempatan Kerja yang diselenggarakan di GKS Okanggapi pada 24-25 Februari 2017.

Pascapelatihan, peserta secara berkelompok melakukan riset masalah kesempatan kerja berupa pengamatan atau observasi permasalahan ketenagakerjaan di Sumba. Hasil observasi ditulis untuk didiskusikan kembali pada pertemuan tindak lanjut pada hari Sabtu 25 Maret 2017 di Sekretariat Stube-HEMAT Sumba yang dipandu oleh Apriyanto Hangga, salah satu team Stube-HEMAT Sumba.
 
Kelompok Mahasiswa di Waingapu
Kelompok ini terdiri dari mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana Sumba yang mengamati usaha peternakan babi di Waingapu. Usaha peternakan babi memiliki peluang yang baik. Mengapa? Karena adat istiadat Sumba membutuhkan hewan, salah satunya babi. Babi digunakan sebagai sarana adat belis maupun kematian sehingga permintaan babi akan terus ada. Tidak jarang demi mencukupi permintaan babi yang meningkat maka ada sekelompok orang yang mensuplai babi dari luar daerah, yaitu dari Bima, NTB.
 
Para mahasiswa berfokus mengamati peternakan babi lokal yang ada di Waingapu. Hasil wawancara dengan salah seorang peternak babi lokal menunjukkan bahwa pemeliharaan babi lokal butuh waktu yang cukup lama (antara 8 -12 bulan) dengan pertumbuhan yang lambat dan kebutuhan makan yang tentu lebih banyak dibandingkan dengan babi duroc. Namun babi lokal lebih disukai karena babi lokal tidak saja dilihat dari ukuran badan saja tapi ukuran taringnya juga. Pertumbuhan taring babi lokal lebih cepat sedangkan babi duroc lambat.
 
Kelompok mahasiswa di Lewa
Kelompok ini terdiri darimahasiswa STT GKS Lewa yangmengamati kondisi Lewa dan perekonomiannya, khususnya pasar Lewa. Infrastruktur pasar telah dilengkapi oleh pemerintah daerah namun ada masyarakat Lewa dan sekitarnya menganggap pemanfaatan pasar belum optimal dan lokasi kurang strategis, sehingga masih ada pedagang yang memilih untuk memasarkan barang dagangannya di emperan jalan, dampaknya mengganggu kelancaran lalu lintas.
 
Para mahasiswa tertarik untuk mencari tahu penyebab pedagang memilih berjualan di emperan jalan. Mereka berusaha menganalisis masalah tersebut dengan mewancarai para pedagang yang berjualan di emperan jalan. Salah satu dari pedagang mengatakan bahwa berjualan di emperan jalan itu hal biasa dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu berjualan di emperan jalan memiliki keuntungan lebih yaitu barang dagangan terjual lebih cepat karena pembeli memilih belanja di emperan jalan, ketimbang harus masuk pasar.
 
Apriyanto memberikan apresiasi dan bangga kepada kelompok yang telah berusaha menemukan dan menganalisa permasalahan yang ada di sekitar mereka. Ia menyimpulkan bahwa ketika ada permasalahan, setiap pemuda dan mahasiswa tidak bisa berdiam diri saja, tetapi harus berpartisipasi dalam usaha mengatasi. Kemudian tentang peluang usaha, pemuda harus peka dan jeli membaca peluang, khususnya peluang membuka suatu usaha dan memikirkan resikonya, sehingga tidak ada yang dirugikan, baik itu dirinya maupun masyarakat. (Jufri Adipapa).

  Bagikan artikel ini

Jauhi Virusnya Bukan Orangnya

pada hari Kamis, 11 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Saat ini berbagai persoalan sosial dan kemanusian terjadi di tengah masyarakat, salah satu di antaranya di bidang kesehatan adalah penyakit HIV/AIDS. Ini bukan wacana baru dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi sudah menjadi realita yang dialami umat manusia. Permasalahan HIV/AIDS menjadi perhatian dari berbagai latar belakang suku, rasa, agama dan lain-lainnya.
 
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang dan merusak kekebalan tubuh pada manusia, sehingga tubuh tidak mampu melawan infeksi-infeksi yang masuk dalam tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)merupakan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh pada tingkat yang paling rendah yang disebabkan oleh virus HIV.
 
Virus ini pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1981, dengan terinfeksinya 5 orang homoseksual di Los Angeles yang didiagnosa dengan gejala infeksi paru-paru yang mematikan. Di Indonesia virus ini dikenal sejak tahun 1983. Kasus HIV di Sumba pertama kali diidentifikasi di RSUD Umbu Rara Meha, khususnya Sumba Timur pada tahun 2008. Dan saat ini HIV/AIDS bukalah cerita baru di pulau Sumba. Penularan HIV dan AIDS kini telah sampai ke semua pelosok kabupaten yang berada di Sumba, baik dalam lingkungan perkotaan maupun di pedesaan. Hal ini kini menjadi salah satu fenomena yang menakutkan masyarakat dan menjadi perbincangan yang tidak tabu untuk dibicarakan. Penularan virus terjadi  melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan Ibu ke anak. Virus ini tidak terlular melalui jabat tangan, berpelukan dan makan bersama karena virus ini hanya hidup di dalam darah.
 
Menurut data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Sumba Timur didapatkan jumlah penderita HIV-AIDS pada tahun 2013 sebanyak 36 jiwa, pada tahun 2014 sebanyak 25 jiwa, dan pada tahun 2015 sebanyak 29 jiwa (Dinkes Sumba Timur, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Records RSUD Umbu Rara Meha Waingapu didapatkan jumlah penderita yang positif HIV-AIDS pada tahun 2013 sebanyak 24 jiwa, pada tahun 2014 sebanyak 27 jiwa, dan pada tahun 2015 sebanyak 19 jiwa dan di tahun 2016 dari bulan Januari-Mei sebanyak 24 orang yang terdiri dari 17 orang yang menjalani proses pengobatan, 3 orang meninggal, 1 orang ke luar kota dan 3 orang lainnya tidak mengikuti pengobatan.
 

 

Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa virus ini masih terus ada dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Sumba. Orang-orang masih takut hingga saat ini jika bertemu orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Diskriminasi dan stigma masih menjadi tindakan yang dialami ODHA yang berujung pada memperpendek usia hidup mereka. Tak jarang ODHA dikucilkan dan dijauhi bahkan dianggap sebagai manusia terkutuk dan berdosa. Oleh karena itu ini menjadi perhatian semua pihak, baik gereja maupun pemerintah. Gereja dapat melakukan pendampingan pastoral bagi pada ODHA agar tidak putus asa serta hilang harapan dan pemerintah dapat melakukan sosialisasi-sosialisasi tentang bahayanya virus ini sehingga masyarakat memahami bahwa yang harus dijauhi adalah virusnya, bukan orangnya. (Betriks Lay)

 


  Bagikan artikel ini

Kadumbul: Menuju Desa Unggul, Mungkinkah?

pada hari Kamis, 11 Mei 2017
oleh adminstube
Kadumbul: Menuju Desa Unggul, Mungkinkah?
 
 
Desa merupakan bagian dari struktur pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat ini desa tak lagi dipandang sebelah mata karena desa memiliki kepentingan secara langsung untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yakni mensejahterakan seluruh rakyat melalui pemberdayaan, pembangunan, pengentasan kemiskinan dan menjaga keutuhan NKRI.
 
Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
 
Desa Kadumbul adalah salah satu desa di Kecamatan Pandawai, kabupaten Sumba Timur yang memiliki luas wilayah 50,2 Km2 dan populasi 1.671 jiwa. Di sebelah selatan berbatasan dengan desa Kotakawau, kecamatan Kahaungu Eti, sebelah utara berbatasan dengan Laut Sabu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Palakahembi dan sebelah timur berbatasan dengan desa Wanga, kecamatan Umalulu.
 
Dalam sebuah dialog dengan mantan perangkat desa di di salah satu rumah warga pada hari Minggu, 30 April 2017 di Kadumbul, muncul diskusi mengenai infrastruktur desa, baik itu jalan maupun pertanian yang kondisinya belum layak dan masyarakat mengeluh tentang kondisi itu. Kondisi jalan yang rusak menjadi penghambat mobilitas penduduk, barang dan jasa, contohnya nelayan yang ingin menjual ikan terhambat perjalanannya.
 
Jalan utama Waingapu-Waijelu memang sudah dibangun dengan kualitas bagus, namun jalan-jalan yang menghubungkan desa-desa dengan jalan utama belumlah memadai. Masyarakat desa Kadumbul pernah mengusulkan pembangunan jalan desa pada Musrenbangdes tahun 2008, tahun 2012 dan tahun 2016, tetapisampai saat ini belum terjawab.
 
Inisiatif pemerintah
Perlunya inisiatif pemerintah merespon kebutuhan masyarakat sehingga permintaan masyarakat dapat terwujud. Demikian juga perangkat desa tidak boleh puas dengan keadaan yang didapatkan, karena masih ada masyarakat yang masih mengeluh dengan pelayanan yang ada.
 
Koordinasi antar lembaga
Lembaga-lembaga pemerintah bertanggung jawab atas pembangunan di desa, salah satunya sarana jalan. Di sinilah pentingnya koordinasi antar lembaga pemerintah demi menghindari kesan tumpang tindih dalam pelaksanaan.
 
Perbaikan mental pelayan masyarakat
Seiring dengan dinamika dan permasalahan yang sering muncul dan berkembang dalam masyarakat dengan begitu cepat menuntut pemerintah desa sebagai pelayan masyarakat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperbaiki kinerja, meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. (Gabriel Ng B).

  Bagikan artikel ini

Apakah Bekerja Menjadi TKI
Satu-satunya Pilihan?

pada hari Rabu, 10 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
 
Kesejahteraan dan hidup berkecukupan menjadi angan-angan setiap orang dan mereka berusaha sekuat tenaga dan berbagai cara untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Kemampuan seseorang mewujudkan kesejahteraan dipengaruhi oleh cara berpikir, pengetahuan, keterampilan dan semangat yang ada dalam dirinya.
 
Cerita-cerita sukses Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri memancing keinginan anak-anak muda daerah, salah satunya Sumba, melakukan hal yang sama demi peningkatan ekonomi mereka dan keluarganya. Namun hasrat menjadi tenaga kerja di luar negeri belum diimbangi dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang memampukannya berkompetisi secara global.
 
Adapun beberapa faktor pendorong menjadi TKI antara lain,ekonomi keluarga yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, masalah dalam keluarga yang membuat mereka harus pergi ke negeri orang dan TKI menjadi tempat pelarian, pola pikir bahwa di luar Sumbalah mereka lebih banyak mendapatkan uang, pendidikan rendah karena putus sekolah.
 
Jika melihat angka pengangguran propinsi NTT menurut data BPS tahun 2015 berjumlah 88.446 jiwa, maka ini bisa menjadi alasan mengapa orang-orang muda mengambil jalan pintas mencari pekerjaan di luar Indonesia. Pertanyaannya adalah, apakah menjadi tenaga kerja di luar negeri yang biasanya pembantu rumah tangga dan buruh adalah satu-satunya pilihan?
 
Jeli melihat potensi lokal
Jika mau melihat alam Nusa Tenggara Timur, setiap daerah memiliki keunikan dan keunggulan masing-masing. Sumba, salah satu pulau di NTT begitu kaya dengan sumber daya seperti dalam hal pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan tenunan, makanan lokal, pantai, perbukitan hutan dan air terjun dan sebagainya. Semua ini bisa dikelola oleh orang-orang muda Sumba. Pertanian menjadi strategis karena kebutuhan pangan menjadi kebutuhan pokok manusia seperti beras, ubi, sayuran dan bahan makanan lainnya.
 
Selain itu, ternak khususnya kerbau dan babi menjadi penting karena dibutuhkan dalam adat. Ini menjadi peluang bagi penyedia kebutuhan ternak. Kemudian tenunan Sumba, yangsebenarnya perempuan Sumba memiliki talentanya untuk menenunkain Sumba yang dihargai tinggi sesuai motif-motif dan tingkat kesulitannyaBelum lagi pantai-pantai dengan berbagai keunikan ombak, tebing dan warna laut dan pasirnya dilengkapi dengan sajian makanan khas beras jagung, daging babi panggang dan camilan manggulu.
 
Perhatian pemerintah dan gereja
Pemerintah dan gereja harus memberi perhatian penuh terhadap hal ini pemerintah daerah di Sumba mestinya berinisiatif mengambil langkah pemberdayaan masyarakat berbasis desa, membuka lowongan kerja alternatif, memfasilitasi usaha berbasis pertanian dan mempromosikan hasil kreativitas masyarakat yang ada.
 
Kemudian gereja bisa menyediakan wadah pemberdayaan jemaat melalui dukungan dan bimbingan berupa pelatihan-pelatihan di Gereja yang bekerjasama dengan sinode atau lembaga lainnya, misalnya kursus menjahit atau tenun ikat Sumba mulai punahkarena anak muda Sumba kurang berminatSelain itu danakoperasi gereja bisa memberi pinjaman modal untuk membuka usaha demi peningkatan ekonomi rumah tangga.

Jadi, apakah bekerja menjadi TKI satu-satunya pilihan?(Feberiana Leba Taga)

  Bagikan artikel ini

Saatnya Eksis dengan Menulis PROGRAM PELATIHAN JURNALISTIK
(kelas Waingapu)

pada hari Senin, 8 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Jurnalistik adalah pengetahuan tentang kegiatan meliput, mengelola dan menyampaikan informasi tentang peristiwa dan data yang disajikan melalui media cetak, elektronik atau internet. Kegiatan menulis menjadi bagian dari jurnalistik itu sendiri.

 

Anak muda dan mahasiswa perlu mengembangkan kemampuan jurnalistik, khususnya menulis karena aktivitas menulis akan memperluas pengetahuan mereka. Stube-HEMAT Sumba berinisiatif menyelenggarakan pelatihan jurnalistik untuk mahasiswa pada hari Jumat-Sabtu, 5-6 Mei 2017 di Sekretariat Stube-HEMAT Sumba di jalan Soeharto, Gang Kampung Barat No.23 Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan tema ‘Saatnya Eksis Dengan Menulis’
 
Tujuan kegiatan ini adalah peserta belajar teknik-teknik menulis dan bagaimana mengumpulkan data untuk penulisan, peserta termotivasi menulis ide-ide mereka, pendapat, atau kritik dalam sebuah konteks tertentu dan peserta benar-benar mengalami perbaikan dalam keterampilan menulisnya.
 
 
Ada tiga belas mahasiswa mengikuti pelatihan ini. Mereka berasal dari 2 kampus Sumba Timur, yaitu dari Universitas Kristen Wira Wacana dan Sekolah Tinggi Teologi Terpadu. Yulius Rihi Anawaru, salah satu team Stube-HEMAT Sumba mengucapkan terima kasih kepada setiap peserta yang hadir dan menyatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat untuk mahasiswa ketika mengerjakan aktivitas akademis dari kampus, mengeluarkan ide di media massa dan menyampaikan informasi kepada orang lain.
 
Trustha Rembaka, koordinator Stube-HEMAT Yogyakarta menjadi fasilitator pelatihan ini. Selain memaparkan teknik dan langkah-langkah dalam menulis yang baik sehingga tulisan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca, Trustha mengajak peserta melakukan hal-hal yang menarik, seperti: perkenalan diri setiap peserta sekaligus menceritakan desa asal mereka, menonton video dokumenter kegiatan Stube-HEMAT Sumba, games sebagai pembakar semangat belajar, membaca tulisan yang diposting dalam blog Stube-HEMAT Sumba, mendorong peserta untuk segera membuat tulisan.
 
 
Jumlitan S. Windi, salah seorang peserta yang kuliah di Unkriswina mengungkapkan, “Perubahan yang terjadi dalam diri saya selama mengikuti kelas menulis selama dua hari ini yaitu saya bertambah wawasan tentang langkah-langkah menulis dan menjadi percaya diri untuk menulis seperti apa yang disampaikan oleh fasilitator.”
 
Ini saatnya anak muda menunjukkan keberadaan diri melalui karya tulisan. Ya, saatnya eksis melalui menulis. (Ebhan Tanga Tuang).
 

 


  Bagikan artikel ini

Program Entrepreneurship   Promosi dan Pasar di Era Digital

pada hari Minggu, 7 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Deskripsi
Pengertian ‘entrepreneurship’ lebih luas di tahun 2000-an, yakni bagaimana dan mengapa orang atau tim mengidentifikasi kesempatan dan mengevaluasinya sebagai sebuah peluang dan memutuskan mengembangkannya untuk mendatangkan keuntungan, dengan kreativitas dan inovasi yang menjadi sumber ekonomi paling penting.
 
Sumba memiliki banyak potensi yang belum tergali, mulai dari tradisi, warisan budaya, seni, kerajinan atau keindahan alamnya, dll. Hal-hal ini harus diidentifikasi dan dipromosikan dengan kreatif untuk memberi kesejahteraan bagi orang Sumba karena kemajuan ekonomi sebuah negara tergantung pada kreativitas dan inovasi generasi penerusnya. Lebih-lebih di era digital, barang siapa lebih cepat dan memiliki interaksi lebih baik dengan konsumen, akan memiliki lebih banyak kesempatan dan keuntungan karena konsumen memerlukan informasi yang berguna mengenai apa yang mereka perlukan untuk diperdagangkan.
 
Tujuan:
1. Peserta memiliki semangat entrepreneurship setelah mempelajari bisnis kreatif demi pertumbuhan ekonomi lokal dan tersedianya kesempatan kerja.
2. Peserta tidak ketinggalan informasi tren perdagangan, pasar dan promosi dalam era digital.
3. Peserta belajar kompetisi dan kekuatan entrepreneurship.
 
Indikator:
1. Peserta merealisasikan ide mereka dalam satu bentuk bisnis kreatif seperti arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukan, software, game, layanan pendidikan, TV/radio, penerbitan, penelitian dan pengembangan.
2. Peserta menyajikan ide-ide yang mereka miliki menggunakan teknologi sebagai sebuah simulasi promosi.

 

3. Peserta membuat promosi unik untuk menarik perhatian konsumennya.

  Bagikan artikel ini

Stube-HEMAT Sumba Program Jurnalistik

pada hari Senin, 1 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
Deskripsi>>
Menulis merupakan sebuah seni mengkomunikasikan ide. Melalui tulisan dan publikasi, orang-orang bisa berkomunikasi dan berjumpa dengan orang lain yang memiliki ketertarikan dan pemikiran yang sama. Kemampuan menulis sangat penting untuk mahasiswa ketika mereka mengerjakan aktivitias akademis dari kampus, mengeluarkan ide di media massa, menyampaikan informasi kepada orang lain, dll.
 
Kegiatan menulis juga akan mendorong penulis memperluas garis pemikiran melebihi kesan atau tanggapan baik, menulis membantu penulis memahami bagaimana kebenaran ditegakkan, dan hal itu melengkapi penulis dengan keterampilan komunikasi berpikir yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam demokrasi. Namun demikian, banyak orang jarang memikirkan kompleksitas dan kesulitan proses menulis yang pada kenyataannya menulis membutuhkan kemampuan-kemampuan dasar lainnya karena sebuah tulisan perlu jelas, logis, tertata dan memerlukan tata bahasa dan kalimat yang benar.
 
Tujuan>>
1 Peserta belajar teknik-teknik menulis dan bagaimana
  mengumpulkan data untuk penulisan.
2 Peserta termotivasi menuliskan ide-ide mereka, pendapat,
  atau kritik dalam sebuah konteks tertentu.
3 Peserta benar-benar mengalami perbaikan dalam keterampilan
  menulisnya.
 
Indikator>>
1 Peserta menulis jenis-jenis tulisan seperti reportase,
  opini, kisah atau puisi.
2 Peserta mengirimkan tulisan mereka ke media cetak,
  mengunggah di blog, membuat jurnal, dll.
3 Peserta mendapatkan apresiasi untuk apa yang sudah mereka
  tulis dari kampus, komunitas atau media cetak.
 
Peserta>>
10 x 2 = 20 orang


Fasilitator>>
1. Trustha Rembaka (Koordinator Stube-HEMAT Yogyakarta)
2. Redaktur Waingapu Post
 
Pelaksanaan>>
Mulai pada Bulan Mei
Jumat 5 Mei 2017 di Waingapu
Senin, 8 Mei 2017 di Lewa
 
Saatnya Eksis dengan Menulis

  Bagikan artikel ini

Village & Me (Desa & Aku)

pada hari Senin, 10 April 2017
oleh adminstube
 
 
 
Deskripsi:
Banyak desa diabaikan oleh penduduk terdidiknya untuk mendapat pekerjaan ke tempat lain yang dianggap lebih menjanjikan untuk masa depan. Orang-orang yang masih ada di desa pada umumnya hanyalah orang tua dan anak-anak. Banyak desa ditinggalkan oleh penduduk dewasa usia produktif dengan berbagai alasan logis. Rasa memiliki untuk membangun dan memikirkan desa harus ditanamkan di kalangan generasi mudanya. Mereka harus berpikir tentang desa yang mereka tinggalkan.
 
Program 'ViMi' - Village & Me merupakan sebuah program yang memberi kesempatan kepada mahasiswa yang belajar di Waingapu, kota Sumba Timur, untuk melakukan sesuatu bagi desa mereka yang tersebar di pulau Sumba selama waktu liburan. Mahasiswa melakukan hal-hal positif berdasarkan program yang mereka usulkan dan dipresentasikan di depan tim Stube-HEMAT Sumba.
 
Tujuan:
1. Peserta punya rasa memiliki terhadap desa yang ditinggalkan.
2. Peserta membawa aktivitas positif dan membagikan kemampuan dan pengetahuan yang mereka dapat di kampus selama kuliah untuk para penduduk desa yang bertahan tinggal di desa.
3. Peserta memberdayakan penduduk desa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk hidup mereka, khususnya bagi kaum perempuan.
 
Indikator:
1. Peserta menulis proposal untuk melakukan sesuatu di desa dan diserahkan kepada tim Stube-HEMAT Sumba untuk ditindaklanjuti.
2. Peserta menyampaikan kegiatan positif seperti layanan pendidikan, pengembangan pertanian, pengelolaan sampah, perpustakaan desa, dll.
3. Program diterima oleh penduduk desa dan mereka bersedia melakukannya karena asas manfaat.
 

 

Peserta: 6 orang

 


  Bagikan artikel ini

pada hari Rabu, 1 Maret 2017
oleh adminstube

 



Apa Selanjutnya?
 
Berkarya Nyata!
 
Empat kisah dari peserta
eksposure ke Stube HEMAT Yogyakarta
 


Karya nyata menjadi satu indikator bahwa seseorang telah merealisasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar mengakar di dalam kepala, tetapi juga berbuah untuk orang yang ada di sekitarnya.
 
Dalam kurun waktu 7 tahun dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2016, Stube HEMAT Sumba sudah mengirim 6 mahasiswa/pemuda setiap tahunnya untuk mengikuti Program Exploring Stube HEMAT Yogyakarta selama satu bulan. Berikut adalah nama-nama peserta yang pernah mengikuti program ini. Seiring berjalannya waktu, beberapa diantara mereka ternyata sudah berkarya nyata di tempat masing-masing.


Daniel Wolu Praing diminta menjadi guru di salah satu Sekolah Menegah Pertama (SMP) sejak tahun 2011 untuk mengajar muatan lokal, keterampilan. Pengalaman dan pengetahuan yang dia terima saat mengikuti eksposur Jogja tahun 2010 bermanfaat bagi siswa-siswinya. Dia juga mengembangkannya menjadi usaha profit seperti membuat mebelair bambu, peralatan dapur, dan dekorasi pesta. Selain mengajar di sekolah, Daniel juga melatih anak-anak muda yang masih menganggur untuk berkarya dan bisa mendapat penghasilan dari keterampilan membuat produk dari bambu. Harapannya adalah anak-anak tahu aneka kegunaan bambu selain kayu bakar, pagar tanaman atau dinding anyaman. 

Oktavianus Umbu Hunga, akrab dipanggil Okta. Sepulang dari Yogya tahun 2011, Okta menginisiasi berdirinya kelompok pendidikan usia dini yang diberi nama Nazaret, Jl. Simpang Kemiri, Lewa, pada tahun 2012 dan berjalan baik hingga sekarang. Mula-mula ada 20 anak keluar masuk, hingga tahun 2016 tercatat ada 41 anak yang tergabung di kelompok belajar ini dengan rata-rata usia 3 s.d. 6 tahun. Kendala dan tantangan pasti ada seperti dicurigai memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan dana sementara tidak ada respon baik dari pemerintah setempat. Namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya. Untuk membiayai proyeknya, dia harus menjadi buruh proyek bangunan dan selokan. Uang dari kerja ini digunakan untuk biaya operasional. Selanjutnya dia bekerjasama dengan teman-temannya untuk mengajar. Mereka kebanyakan hanya lulusan SMA, sehingga kurang paham karakter anak. Okta mengaku membutuhkan fasilitator untuk PAUDnya, karena sekarang tinggal satu saja yang mengajar yakni seorang mahasiswa semester 6. Untuk teman-teman yang pernah belajar di Yogya, Okta berharap agar ilmu yang dimiliki dikembangkan dan dibagikan untuk teman-teman di kampung.

Marselina saat ini menjadi vikaris di salah satu gereja di Sumba Barat. Dia menuturkan bahwa pengalamannya mengikuti program eksploring ke Stube HEMAT Yogyakarta pada tahun 2012 memberi arti banyak dalam perjalanan hidupnya. Selama di Yogya dia belajar mengolah makanan dengan bahan lokal seperti ketela dan ketan menjadi aneka makanan. Saat kembali ke Sumba, dia mengerjakan apa yang sudah dipelajari dan dia bagikan pengetahuan dan ketrampilan tersebut kepada teman-teman di kampus. Dari kemampuannya membuat makanan dari bahan lokal tersebut, dia bisa membeli hp nya yang pertama. Sebagai seorang calon pendeta, keterampilan mengolah bahan lokal ini sangat membantunya meningkatkan ketrampilan anggota jemaat, khususnya kaum perempuan.

Ningsih merupakan anggota kelompok tani perempuan di desa Wangga yang bernama Rinjung Pahamu. Meski berdomisili 5 km jauhnya dari Wangga dan harus ditempuhnya dengan berjalan kaki, tidak menyurutkan keinginannya untuk bergabung dan belajar pertanian di kelompok tani tersebut. Kesempatan belajar mendalami pertanian di Yogyakarta pada tahun 2014 menjadi kesempatan yang luar biasa buat Ningsih. Pengalaman tersebut dipraktekkan di kelompok tani Rinjung Pahamu, dan hasilnya terlihat saat panen bawang merah. Dari 50 kg bibit bisa menghasilkan panen 150 kg bawang merah. Saat ini Ningsih berkesempatan melanjutkan studi untuk mengambil diploma pada Akademi Komunitas Negeri (AKN) Waingapu.
 
Masih banyak cerita anak muda yang berkarya buat sekitarnya dan masih banyak anak muda yang ingin berkarya dan berguna. Empat anak muda ini menjadi contoh sederhana berkarya dengan apa yang ada pada diri mereka dengan niat yang baik. Berkaryalah terus seiring waktu yang terus melaju. (ITM).

 


  Bagikan artikel ini

Pemuda dan Kesempatan Kerja Pelatihan Analisis Sosial di Londalima, 24-25 Februari 2017

pada hari Senin, 27 Februari 2017
oleh adminstube
 
 
 
Dalam rangka meningkatkan kepekaan mahasiswa dan pemuda gereja untuk melihat permasalahan sosial yang ada di sekitarnyaStube HEMAT Sumba menggelar pelatihan Analisis Sosial. Meskipun peserta tidak melakukan Ansos murnitetapi peserta dilatihmelakukan analisis khusus masalah pemuda dan kesempatan kerja di Sumba.Dihadiri 29 peserta, pelatihan ini berjalan dengan baik dan peserta aktif berpartisipasi di setiap sesi acara. Kegiatandalam pelatihan ini dibagi menjadi kegiatan in-class dan kegiatan out-class. Kegiatan out-class memberi waktu kepadapeserta melakukan riset masalah kesempatan kerja.
 
 
Dalam pelatihan ini, Drs Umbu Hapu Mbeju, M.Si, kepala dinas tenaga kerja dan transmigrasi KabupatenSumba Timur hadir sebagai pembicara yang membawakan materi seputar permasalahan tenaga kerja. Sesungguhnya yang terjadi di Sumba Timuradalah ketersediaan lapangan kerja formal sangat tak berbanding dengan lajutenaga kerja, karena itulah sangat diharapkan agar para pemuda Sumba jangan bergantung pada lapangan kerja formal, tetapi bekalilah diri untuk terjun ke dunia kerja non formal yang ketersediaannya jauh lebih besar. Alam Sumba sangat menjanjikan, dan peluang itu sangat besar jika anak muda peka dan memiliki pemikiran yang kritismau bekerja keras serta siap memulai tanpa ragu. Para pencari kerja yang didominasi sarjana lebih mengandalkan bidang formal sehingga saat ini pengangguran di Sumba Timur didominasi para kaum muda yang bergelar sarjana karena gengsi untuk bekerja di bidang pertanian, peternakan dan bahkan pariwisata yang sangat menjanjikan saat ini, atau bidang-bidang kerja non formal lainnya. Selain itu, karena terbatasnya peluang kerja banyak terjadi migrasi tenaga kerja keluar pulau bahkankeluar negeri menjadi TKI. “Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Stube-HEMAT Sumba dengan berbagai kegiatan dalam rangka mempersiapkan SDM yang baik bagi generasi mudaSumba. Bahkan saya siap berkolaborasi dengan Stube-HEMAT Sumba untuk mengatasi masalah kesempatan kerja di Sumba dan menyiapkan hal-hal yang mendukung tersedianya lapangan kerjabaru dari segi non-formal”, imbuhnya di sela-sela pemaparan materi.
 
Pembicara lainnya adalahOktavianus Landi, ST, anggota Komisioner KPUDyang berbicara bagaimana peserta bisa mengenal dan memahami cara kerja dan perangkauntuk melakukananalisis terhadap suatu permasalahan sosial yang sedang terjadi. Ansosmerupakan upaya untuk mendapatkan gambaran suatu masalah sosial beserta akar masalahnya, sehingga Ansos dapat diartikan sebagai upaya untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh atas masalah sosial atau situasi sosial yang terjadi. Sedangkan Masalah Sosial adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan harapan masyarakat maupun nilai dan standar sosial yang berlaku yang menimbulkan penderitaan dan kerugian. Berangkat dari hal tersebut maka Ansos hadir sebagai instrumen untuk memotret, menggali dan memahami realitas soaial secara utuh dan lengkap.
 

 

Setelah pelatihan, para peserta diminta untuk melakukan pengamatan dan observasi atas permasalahan ketenagakerjaan di Sumba dan dituliskan untuk didiskusikan kembali pada pertemuan tindak lanjut. Selamat berproses. (SHS).

 


  Bagikan artikel ini

Stube-HEMAT Sumba Selamat Datang 2017

pada hari Minggu, 1 Januari 2017
oleh adminstube
 

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua