Berinteraksi untuk Memotret Sumba Tindak Lanjut Pelatihan Analisis Sosial

pada hari Senin, 23 Juni 2014
oleh adminstube
 
 
Turun ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat untuk menggali informasi merupakan salah satu cara memotret Sumba sebagaimana sudah dipelajari dalam pelatihan analisis sosial beberapa waktu yang lalu. Dalam tindak lanjut kegiatan ini, sesuai pembagian kelompok yang sudah dilakukan, masing-masing kelompok terjun sesuai topik permasalahan yang diangkat.
Banyak hal menarik yang didapatkan karena apa yang dipikirkan di awal, ternyata tidak selamanya benar dengan apa yang terjadi di lapangan. Wawancara yang dilakukan peserta, membuat mereka bisa mengerti persoalan yang sebenarnya bahkan mereka juga belajar tentang karakter responden yang begitu beragam.
Ada pengalaman yang menarik saat kelompok pasar turun ke lapangan untuk wawancara, karena salah satu peserta yakni Elsy tersiram air dari atas tingkat, seolah membantu mendinginkan siang yang panas waktu itu. Yang membanggakan adalah semangat mereka bertemu dan berinteraksi dengan para pedagang pasar meski kadang para pedagang menolak untuk diajak wawancara bagaimana tata kelola pasar yang kurang jelas tersebut. Bahkan diantara mereka menyatakan enggan berkomentar untuk masalah pengelolaan pasar karena punya rasa takut.
Kelompok yang mencermati kehidupan petani di Mauliru menemukan fakta di lapangan bahwa banyak petani sudah menggadaikan sawahnya untuk mencukupi kebutuhan mendesak dan tidak mempunyai jalan keluar selain menggadaikan sawah. Pada umumnya mereka menggadaikan sawah mereka kepada para pemilik modal atau pegawai negeri dan dengan mudah mereka melepas sawahnya pada harga murah hanya karena kebutuhan uang untuk melaksanakan adat. Pada akhirnya mereka menjadi buruh tani di tanah mereka sendiri.
Kelompok yang mengamati pemulung, menyatakan bahwa banyak diantara para pemulung tersebut berusia dini. Mereka melewatkan waktu bermain untuk membantu orang tua mereka karena tekanan ekonomi. Sepanjang investigasi peserta tidak menemukan adanya pemulung cilik yang meninggalkan sekolah, namun pemulung cilik tersebut tidak punya waktu seperti layaknya anak-anak yang lain. Selanjutnya kelompok ini bisa mempertemukan orang yang memiliki keprihatinan atas dunia pendidikan yang mengajar pemulung-pemulung cilik tersebut dan mendapatkan buku-buku bacaan serta beberapa alat tulis.
Kelompok ijon menemukan fakta di lapangan adanya ketergantungan masyarakat Lewa pada tengkulak sehingga membuat Lewa yang seharusnya merupakan lumbung padi menjadi wilayah rawan pangan. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang meminjam uang atau barang pada tengkulak, harus membayar dengan bunga 100%. Inilah salah satu contoh yang membuat masyarakat Lewa tetap berada pada  garis kemiskinan.
Kelompok-kelompok mahasiswa pengamat di atas berusaha mendapatkan data akurat untuk bisa dipaparkan pada anggota dewan yang baru sebagai referensi program yang akan dilaksanakan. Semoga bermanfaat. ***(ABR)

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua