Jeli Lihat Peluang Siap Hadapi Resiko Presentasi Kelompok Analisis Sosial

pada hari Kamis, 11 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
Pemahaman terhadap suatu kondisi sosial yang ada di masyarakat sangat penting dimiliki setiap orang, terutama bagi Pemuda dan Mahasiswa karena masih terjadi ketimpangan dan masalah sosial. Berdasar pada kondisi sosial yang ada, Stube-HEMAT Sumba mengadakan program pelatihan Analisis Sosial tentang Pemuda Sumba dan Kesempatan Kerja yang diselenggarakan di GKS Okanggapi pada 24-25 Februari 2017.

Pascapelatihan, peserta secara berkelompok melakukan riset masalah kesempatan kerja berupa pengamatan atau observasi permasalahan ketenagakerjaan di Sumba. Hasil observasi ditulis untuk didiskusikan kembali pada pertemuan tindak lanjut pada hari Sabtu 25 Maret 2017 di Sekretariat Stube-HEMAT Sumba yang dipandu oleh Apriyanto Hangga, salah satu team Stube-HEMAT Sumba.
 
Kelompok Mahasiswa di Waingapu
Kelompok ini terdiri dari mahasiswa Universitas Kristen Wirawacana Sumba yang mengamati usaha peternakan babi di Waingapu. Usaha peternakan babi memiliki peluang yang baik. Mengapa? Karena adat istiadat Sumba membutuhkan hewan, salah satunya babi. Babi digunakan sebagai sarana adat belis maupun kematian sehingga permintaan babi akan terus ada. Tidak jarang demi mencukupi permintaan babi yang meningkat maka ada sekelompok orang yang mensuplai babi dari luar daerah, yaitu dari Bima, NTB.
 
Para mahasiswa berfokus mengamati peternakan babi lokal yang ada di Waingapu. Hasil wawancara dengan salah seorang peternak babi lokal menunjukkan bahwa pemeliharaan babi lokal butuh waktu yang cukup lama (antara 8 -12 bulan) dengan pertumbuhan yang lambat dan kebutuhan makan yang tentu lebih banyak dibandingkan dengan babi duroc. Namun babi lokal lebih disukai karena babi lokal tidak saja dilihat dari ukuran badan saja tapi ukuran taringnya juga. Pertumbuhan taring babi lokal lebih cepat sedangkan babi duroc lambat.
 
Kelompok mahasiswa di Lewa
Kelompok ini terdiri darimahasiswa STT GKS Lewa yangmengamati kondisi Lewa dan perekonomiannya, khususnya pasar Lewa. Infrastruktur pasar telah dilengkapi oleh pemerintah daerah namun ada masyarakat Lewa dan sekitarnya menganggap pemanfaatan pasar belum optimal dan lokasi kurang strategis, sehingga masih ada pedagang yang memilih untuk memasarkan barang dagangannya di emperan jalan, dampaknya mengganggu kelancaran lalu lintas.
 
Para mahasiswa tertarik untuk mencari tahu penyebab pedagang memilih berjualan di emperan jalan. Mereka berusaha menganalisis masalah tersebut dengan mewancarai para pedagang yang berjualan di emperan jalan. Salah satu dari pedagang mengatakan bahwa berjualan di emperan jalan itu hal biasa dilakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu berjualan di emperan jalan memiliki keuntungan lebih yaitu barang dagangan terjual lebih cepat karena pembeli memilih belanja di emperan jalan, ketimbang harus masuk pasar.
 
Apriyanto memberikan apresiasi dan bangga kepada kelompok yang telah berusaha menemukan dan menganalisa permasalahan yang ada di sekitar mereka. Ia menyimpulkan bahwa ketika ada permasalahan, setiap pemuda dan mahasiswa tidak bisa berdiam diri saja, tetapi harus berpartisipasi dalam usaha mengatasi. Kemudian tentang peluang usaha, pemuda harus peka dan jeli membaca peluang, khususnya peluang membuka suatu usaha dan memikirkan resikonya, sehingga tidak ada yang dirugikan, baik itu dirinya maupun masyarakat. (Jufri Adipapa).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua