Bersinergi Untuk Ketahanan Pangan Sumba

pada hari Minggu, 26 Februari 2023
oleh Frans Fredi K. Bara, S.E.
Panen tomat Gustavi F1 dan penanaman cabe Dewata 76 F1

      

Apa yang paling ditunggu petani? Pasti saat panen tiba. Program multiplikasi STUBE HEMAT bekerja sama dengan kelompok tani ‘Tunas Baru’ dengan gembira melakukan panen simbolis tomat Gustavi F1 dan tak lupas sekaligus penanaman cabe Dewata 76 F1. Kegiatan ini bukan sekedar rutinitas tahunan, melainkan juga membuka cara pandang baru untuk melihat sektor pertanian sebagai sektor kunci ketahanan pangan, tumbuhnya motivasi kerja untuk mengolah potensi sumber daya tanah dan air yang ada di Sumba. Yang lebih menarik adalah bagaimana bertani dengan cara-cara baru dan praktis.

 

 

Panen dan penanaman dilakukan di lokasi pusat studi pertanian hortikultura (Sabtu, 25/02/2023). Kegiatan diawali dengan acara pembukaan dan sambutan dalam ruangan, setelah itu dilanjutkan dengan panen simbolis di sawah. Bupati Sumba Timur, Drs. Khristofel Praing, M.Si merupakan tokoh kunci dalam kegiatan panen simbolis tomat Gustavi F1 dan penanaman tumpang sari cabe Dewata 76 F1 ini, didukung unsur-unsur DPRD Kabupaten Sumba Timur, KAPOLRES Sumba Timur, DANDIM 1601, Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur, Koordinator Panah Merah Sumba, lembaga keuangan (BRI, Koperasi Swastisari), BP3K Lambanapu, Camat Kambera, Lurah Malumbi, Lurah Lambanapu, tokoh masyarakat, anggota petani muda dan petani-petani lainnya.

 

 

Dalam acara sambutannya Bupati Sumba Timur menyampaikan dukungannya atas kegiatan panen simbolis yang dilakukan oleh kelompok tani ‘Tunas Baru’, “Kita membutuhkan masyarakat yang pro-aktif membantu pemerintah menciptakan ketahanan pangan. Saya bangga ada saudara-saudara saya dari Lambanapu yang mau bertani dengan cara–cara terbaru”. Selanjutnya Frans Fredi Kalikit Bara, ketua kelompok tani ‘Tunas Baru’ dan Multiplikator STUBE HEMAT menyampaikan, “Panen simbolis bukan sekedar kegiatan panen, melainkan sebuah edukasi bagi teman-teman petani lainnya, dimana petani milineal akan memperkenalkan beberapa inovasi sederhana yang mempermudah aktivitas bertani seperti irigasi tetes sederhana untuk penyiraman tanaman, pemupukan dengan metode gravitasi, pemupukan sitem kocor dan penanaman sistem tumpang sari.”

 

 

Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di kelurahan Lambanapu, kecamatan Kambera, tetapi juga akan dilakukan di kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah kabupaten Sumba Timur. Panen simbolis yang dilakukan di Lambanapu ini sebagai model (pilot project) dan hadirin bisa meniru dan mereplikasi di kecamatan masing-masing. Mari bergerak bersama untuk ketahanan pangan Sumba. ***

 


  Bagikan artikel ini

Pemimpin Bukan Pemimpi

pada hari Sabtu, 25 Februari 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
         

Perempuan merupakan sumber daya potensial, jika diberi kesempatan akan maju dan meningkatkan kualitasnya secara mandiri, menjadi penggerak kehidupan dan pembangunan bangsa. Namun fakta menyatakan bahwa masih tinggi tingkat kekerasan terhadap perempuan, kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki, dan terbatasnya akses sebagian perempuan untuk pendidikan yang lebih tinggi. Secara kultural, perempuan masih dibelenggu oleh budaya patriarki, perempuan di sektor domestik, laki-laki di sektor publik. Dilihat dari partisipasi perempuan di desa dalam kepemimpinan, masih rendah khususnya di desa Tanatuku, Kec. Nggaha Ori Angu. Dalam situasi ini Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba terus bergerak menjadi wadah, memberi ruang terhadap perempuan-perempuan muda di desa untuk bersuara.

 

 

Diskusi dan berbagi pengalaman tentang kiprah perempuan penggerak akan menjadi salah satu  pendorong para perempuan untuk melangkah lebih maju. Bersama Ince Riani Anika Salean seorang aktivis perempuan muda yang sudah berkiprah di daerahnya, Lewa Tidahu, Sumba Timur, ia menggerakkan perempuan desa dalam berbagai bidang, membentuk organisasi perempuan dan membangun rumah literasi didesanya, kelompok perempuan program Multiplikasi Stube HEMAT berkumpul untuk berdiskusi (Jumat, 24/02/2023). Narasumber mengawali pembicaraannya dengan mengangkat RA Kartini, tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan untuk belajar di sekolah dan memimpin organisasi supaya perempuan memiliki sifat demokratis dan rasa kepedulian, dan membuktikan bahwa perempuan pun berkompeten untuk menjadi pemimpin organisasi.

 

 

Ira Padu Lemba, mahasiswa Akademi Keperawatan bertanya, “Bekal apa yang harus perempuan miliki jika ingin menjadi tokoh perempuan yang berpengaruh dan bisa menjadi pemimpin?” “Untuk menjadi seorang pemimpin tidak saja dibutuhkan bakat, tetapi juga dibutuhkan kemampuan dan keahlian yang dilatih sejak muda, dan inilah manfaatnya bagi kita untuk terlibat dalam setiap organisasi,” tegas narasumber.  “Pemimpin harus visioner, partisipatif, berkarakter, cerdas secara spiritual, emosional, sosial, maupun intelektual juga adanya passion kompetitif. Lantas, apa yang harus dilakukan sebagai perempuan pemimpin? Perempuan harus mampu membangun personal branding atau citra diri yang positif, baik sebagai individu, ibu, mitra suami, sebagai pemimpin atau pelayan masyarakat. Perempuan harus memahami konsep diri, yaitu kesadaran, sikap, dan pemahaman, tentang siapa diri kita, apa cita-cita kita, apa kekurangan, kelebihan, kemampuan, kekuatan, dll. Perempuan pemimpin juga harus penuh percaya diri, mempunyai keyakinan yang kuat akan tindakannya dan mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya, tanpa menyakiti perasaan diri-sendiri atau perasaan orang lain, tanpa mengganggu hak orang lain,” papar narasumber.

 

 

 

Narasumber kembali menceritakan pengalamannya selama ia menggerakkan banyak perempuan muda di desa dan membentuk organisasi perempuan. Ia juga menegaskan mengapa perempuan harus tampil dan ikut mengambil kebijakan, karena partisipasi perempuan diharapkan dapat mencegah kondisi yang tidak menguntungkan bagi kaum perempuan dalam menghadapi masalah stereotip terhadap perempuan seperti diskriminasi di bidang hukum, kehidupan sosial dan juga eksploitasi terhadap perempuan. Ia bercerita pernah menangani kasus kawin tangkap hingga ke proses hukum dan pada akhirnya korban kembali mendapatkan haknya untuk bebas hidup bahagia. Pada akhirnya perempuan harus terus menunjukkan eksistensinya dan perlu berdaya karna suara mereka menentukan arah pembangunan di tempat mereka berkiprah. Mulai dari sekarang perempuan harus menunjukkan bisa menjadi pemimpin, bukan pemimpi. ***

 


  Bagikan artikel ini

Menggagas Usaha Di Tengah Ketidakpastian

pada hari Minggu, 12 Februari 2023
oleh Apriyanto Hangga

 

 

Menggairahkan kembali kelesuan peternak babi yang menderita banyak kerugian karena ternaknya mati diakibatkan serangan virus ASF tidaklah mudah. Ide-ide kreatif perlu dicoba untuk menggugah kembali semangat beternak. Pembicaraan dan diskusi bersama dilakukan di Praipaha (Sabtu, 26/01/2023) untuk melahirkan ide-ide segar untuk para peternak babi. Rasa pesimis masih bergelayut di benak para peternak sehingga untuk melahirkan ide dan gagasan ke depan terasa berat, namun dengan mendengarkan masukan dan usulan-usulan bersama, lahirlah ide kontes/ lomba ternak babi dan membuat sentra kuliner daging babi.

 

Kontes/lomba ternak babi merupakan langkah mendorong peternak memiliki ternak babi yang sehat. Sementara usaha kuliner berbasis daging babi menjadi kelanjutan usaha ternak dan diharapkan ada inovasi-inovasi kuliner yang bisa dimunculkan. Adapun kriteria ternak yang bisa masuk lomba meliputi kandang bersih dan layak, babi sehat dan subur dengan kategori sesuai jenis babi yang dipelihara mencakup kategori babi asli Sumba, babi peranakan/hasil kawin silang, babi durog/lendris, jumlah ternak yang dimiliki, dan pengolahan pakan alternatif. Tim yuri bisa dipilih dari Dinas Peternakan, Fakultas Peternakan Unkriswina, Mahasiswa Peternakan Unkriswina, Pemerintah setempat dan Multiplikator Stube Hemat.

 

Adapun usaha lain sentra kuliner berbasis daging babi dibahas di Waingapu yang mencakup pembuatan rumah makan khas babi (Sabtu, 11/02/2023). Rumah makan ini memiliki peluang besar dengan melihat pangsa pasar di Sumba yang sebagian besar mengkonsumsi daging tersebut. Beberapa hal dalam perbincangan mencakup tempat yang harus strategis, bahan baku dan masakan harus selalu tersedia, disiapkan beberapa menu masakan, dan model penjualan bisa dilakukan baik secara off line maupun on line. Kesiapan peralatan, tempat, juru masak dan bahan baku lain cukup bagus, tinggal menunggu kondisi aman.

 

Tantangan dari usaha ini adalah ancaman terjadinya kembali serangan virus ASF yang ternyata sudah timbul kembali di beberapa wilayah provinsi NTT termasuk terjadi di kabupaten Sumba Barat Daya. ***


  Bagikan artikel ini

Perempuan Berhak Hidup Sehat

pada hari Sabtu, 11 Februari 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
          

Hak hidup yang salah satunya didukung oleh kualitas kesehatan, sering terabaikan karena kelalaian negara, pengabaian, maupun pelaziman budaya. Misalnya, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih cenderung tinggi, Kementerian Kesehatan RI mencatat 183 kasus per 100 ribu kelahiran pada tahun 2022. Sementara di NTT per Juni 2022 tercatat 63 kasus kematian ibu melahirkan. Dunia global terus memperjuangkan bahwa pada tahun 2030, angka kematian ibu melahirkan didorong turun dan harus di bawah 70 kasus per 100 ribu kelahiran hidup.

 

 

 

Di Sumba, pengabaian layanan Kesehatan, kelalaian orang-orang terkait dengan tanggung jawab kesehatan jarang dianggap sebagai persoalan yang krusial. Terlebih berbagai praktek budaya yang merapuhkan kualitas hidup perempuan, kurangnya pengetahuan akan kesehatan, sehingga banyak perempuan lebih memilih acuh tak acuh akan kesehatan diri. Dari latar belakang ini maka penting bagi perempuan-perempuan desa khususnya di Kabupaten Sumba Timur yang dikenal sebagai daerah terluar, terpencil dan tertinggal, diberi pemahaman mengecek kesehatan secara rutin untuk terpenuhinya hak-hak kesehatan.

 

 

 

 

Kesadaran atas hak kesehatan juga ditanamkan pada kelompok perempuan komunitas tenun ikat di Tantuku, Kec. Nggaha Ori Angu. Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba bekerjasama dengan perawat dan kader desa hadir memeriksa kesehatan ibu-ibu peserta kelompok tenun di Tanatuku terhadap penyakit endemik Malaria (10/02/2023). Kader kesehatan Kalita Mboru didampingi perawat Jeni, terlebih dahulu menyampaikan pentingnya memeriksa kesehatan secara berkala seperti tes malaria. Peserta yang hadir juga diajarkan pola hidup sehat, seperti tidur menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk Malaria yang membawa parasit atau bakteri yang akan menginfeksi sel darah merah. Selain gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkit manusia melalui tranfusi darah, pemakaian jarum suntik, dan janin bisa terinfeksi dari ibunya.

 

 

Dari penjelasan tersebut, selanjutnya dilakukan tes sampel darah. Satu-persatu peserta tenun memasukkan daftar nama dan menunggu giliran untuk dipanggil. Namun, ada  peserta yang enggan untuk melakukan tes darah karna takut dengan jarum.  Asri Kaita Endi berkata, “Aiiii nyungga ndi’a angu, ku mangadat pakadjuku, ndaku torung a,” dalam Bahasa Sumba yang artinya “saya tidak berani melakukan tes darah karena takut.” Setelah diberikan pemahaman akhirnya semua peserta melakukan tes darah. Perbincangan pun terjadi berkaitan dengan pengalaman kesehatan yang dialami oleh kebanyakan perempuan, baik itu di keluarga maupun di lingkungan sekitar. Kasus kesehatan yang paling banyak ditemui adalah maag kronis, namun masih dianggap penyakit biasa, disusul penyakit malaria, dan kelalaian ibu hamil untuk menjaga asupan diri saat hamil.

 

Dalam pemeliharaan kesehatan, perlu ditegaskan bahwa setiap perempuan harus menempatkan kesehatan dan keselamatan diri menjadi hal paling utama dari semua urusan. Menerapkan pola makan sehat, olahraga, mengkonsusmsi vitamin dan suplemen, rajin memeriksa kesehatan harus selalu dilakukan perempuan. Perempuan sehat akan melahirkan generasi yang sehat dan kuat.  ***


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua