Kartini-Kartini Era Teknologi

pada hari Jumat, 22 April 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba

Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba.          

 

 

 

Setiap tahun tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Perayaan ini merupakan wujud penghormatan atas jasa-jasa Raden Ajeng Kartini dalam mempelopori pendidikan dan emansipasi bagi wanita di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, hari Kartini merupakan hari saat perempuan Indonesia mengekspresikan dirinya sebagai perempuan yang setara dengan lawan jenisnya. Perkembangan jaman yang semakin dinamis menunjukkan bahwa keberadaan perempuan memiliki peran baik dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan berumah tangga. Di era digital, emansipasi wanita yang telah didapat membawa perempuan lebih bisa beraktualisasi dan mengabarkan kepada dunia luar tentang dirinya, dengan berbagai aspek seperti pendidikan, budaya, sosial, bisnis dan masih banyak lagi.

 

 

Perayaan hari Kartini, melalui program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba, kelompok tenun Kawara Panamung mengadakan berbagai perlombaan outdoor seperti futsal, bisik kata dan memasukkan pensil dalam botol dengan menggunakan sarung (Kamis, 21/04/2022) di rumah tenun Tanatuku. Meski sulit bermain futsal menggunakan sarung, namun acara itu tetap berlangsung meriah. Gelak tawa dan canda selalu terjadi saat ibu-ibu kesulitan menendang bola, bahkan saat ada seorang peserta yang salah menendang atau jatuh, semua tidak dapat menahan tawa. Debi Hada Indah, peserta tenun ikat mengaku baru pertama kali ikut futsal memakai sarung. Ia terlihat sangat gembira dan penuh tawa ketika melihat teman-temannya menendang bola namun tidak tepat sasaran. Tidak kalah seru dengan perlombaan lain seperti bisik kata, apalagi kata yang diambil kosakata seputaran tahapan menenun yang sedang dipelajari dan ditekuni.

 

 

Di akhir perlombaan, ibu-ibu kelompok tenun terlihat sangat gembira saat menerima hadiah berupa sembako. Setelah perlombaan usai, rekaman aktivitas perlombaan ditayangkan di YouTube channel Kawara Panamung sehingga keluarga, kerabat dan masyarakat luas dapat menyaksikan kemeriahan perlombaan dan banyak yang mengapresiasi semangat ibu-ibu saat mengikuti perlombaan. Nikodemus Njurumana, kepala desa Tanatuku bangga ketika menonton channel Kawara Panamung dan berjanji akan menyumbangkan benang untuk kelompok tenun.

 

 

 

Pertandingan futsal menjadi simbol kesetaraan gender di era modern ini, sebab selama ini futsal identik dengan laki-laki. Selain itu, kaum perempuan di desa Tanatuku mampu meneladani sikap Kartini, yaitu perempuan harus selalu bahagia melaksanan tugas sehari-hari, pintar mendidik anak di keluarga, mandiri dan mampu bersinergi dengan kaum laki-laki, dan yang paling penting perempuan makin berdaya dan produktif. Perempuan bisa menjadi role model pengetahuan digital khususnya bagi keluarga dan masyarakat desa Tanatuku, dan masyarakat Sumba Timur pada umumnya. Selamat hari Kartini untuk semua perempuan hebat masa kini. Jika  perjuangan R.A Kartini terdahulu adalah emansipasi wanita, maka Kartini-Kartini di masa sekarang berjuang menjadi perempuan yang merdeka dan mampu beradaptasi dengan teknologi informasi yang ada.  (EUD)***


  Bagikan artikel ini

Paskah dan Tenun Di GKS Karunggu

pada hari Senin, 18 April 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya

Oleh: Elisabeth Uru Ndaya

 

Merayakan Paskah dengan cara berbeda menjadi salah satu agenda kelompok tenun Kawara Panamung melalui Program multiplikasi Stube HEMAT di Sumba. Berbagai lomba digelar untuk memeriahkannya (17/04/2022). Dengan melibatkan anak-anak sekolah minggu dan remaja GKS Jemaat Karunggu, lomba-lomba dilaksanakan 2 hari (14 &16/04/2022) bertempat di gedung gereja GKS Karunggu yang meliputi fashion show serba tenun, cerdas cermat Alkitab, karaoke, dan kegiatan outdoor seperti gigit kerupuk, gigit sendok dan tarik tambang. Satu hal yang menarik ialah, semua peserta lomba diwajibkan berbusana adat Sumba dengan tujuan mengenalkan anak dan remaja GKS Karunggu tentang budaya dan kain tenunan Sumba Timur.

 

 

Perlombaan dibuka oleh Pendeta jemaat GKS Karunggu, Pdt. Petrus Ndakularak, S.Th. Dalam  sambutannya ia melimpahkan banyak terimakasih kepada Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba yang medukung terlaksananya kegiatan tersebut dan memotivasi pelayanan di GKS Karunggu, terutama kelompok perempuan yang tergabung di Kawara Panamung. Perlombaan yang diikuti 100 anak lebih yang merupakan utusan setiap wilayah tersebut membuat suasana ramai ditambah dengan kehadiran orang tua masing-masing.

 

 

Anak-anak tidak malu-malu menampilkan bakat serta unjuk kebolehan dalam lomba fashion show baik di depan penonton maupun di depan kamera. Suasana semakin ramai dan seru. Satu per-satu peserta anak sekolah minggu tersebut naik ke atas panggung, dengan berbalut pakaian adat, mereka berlenggak-lenggok menapakkan kaki di karpet layaknya model profesional dengan peserta termuda berusia 2 tahun. Namun, tidak sedikit peserta yang nampak kebingungan saat di atas panggung. Ada yang berjalan seirama musik, tetapi ada juga yang buru-buru turun dari panggung. Orang tua peserta pun heboh menyaksikan anak-anak mereka berlenggang-lenggok dalam acara lomba fashion show. Mereka terlihat terharu dan bangga menyaksikan anak-anaknya beraksi di panggung. Sama halnya dengan perlombaan lain, orang tua antusias mendukung anak-anaknya menunjukkan bakat.

 

 

Selesai ibadah pada hari Minggu, panitia membagikan hadiah perlombaan kepada anak-anak sekolah minggu dan remaja dengan disaksikan oleh orang tua dan jemaat. Kegiatan tersebut menjadi sebuah momen yang baik bagi jemaat selaku orang tua dan anak-anak untuk bertumbuh bersama saling mendukung dengan kasih dalam keluarga. Rangkaian lomba diliput dalam video sebagai bahan sosialisasi kegiatan dan pembelajaran atas nilai-nilai budaya Sumba, nilai-nilai kebersamaan, pendidikan tumbuh kembang anak, juga semangat kebangkitan Yesus Kristus dari kuasa maut. Era digital memang mempermudah orang per orang untuk saling berinteraksi dan membagikan informasi dan pengetahuan pada yang lain.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Media dan Pintu Berkat

pada hari Minggu, 10 April 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya.          

 

Media digital berperan besar dan memiliki dampak yang luas. Kita lebih mudah berpartisipasi, berbagi dan bertukar informasi secara cepat dan transparan. Dengan hadirnya media sosial menjadikan kita bebas membuat berita dan memberikan dampak kepada orang banyak sebaliknya bagi yang mengkonsumsi informasi juga bebas menikmati yang diinginkan melalui media digital. Seperti cerita dari kelompok tenun Kawara Panamung  desa Tanatuku yang sudah 2 tahun berjalan, dan terus membagi cerita kegiatan lewat media sosial. Proses demi proses dibagikan dalam cerita dan foto lewat Whatsapp, Fb, cerita Blog, maupun Youtube.

 

 

Melalui media, Kawara Panamung dikenal orang lain, apalagi cerita kelompok tenun ini berbeda dengan kelompok tenun pada umumnya, karena kelompok ini berangkat dari ketidaktahuan akan pembuatan kain tenun ikat. Mereka adalah pemuda dan ibu-ibu yang bukan dari keluarga pengrajin tenun melainkan petani. Oleh sebab itu, cerita sepak terjang kegigihan kelompok inilah menjadi cerita di media. Lewat media digital jugalah, saat ini kelompok tenun Kawara Panamung mendapatkan perhatian khusus dari dokter Handayani, seorang dokter yang tengah bertugas di Kecamatan Pahunga Lodu, wilayah bagian timur Sumba Timur, dengan menyumbangkan benang 17 bantal dan satu pasang alat gulung benang untuk kelompok tenun Kawara Panamung.

 

 

Ketertarikan beliau akan kelompok tenun ikat ini bermula dari melihat postingan aktivitas peserta kelompok tenun di pertengahan tahun 2021, dan pada bulan Agustus 2021 dr. Handayani datang mengunjungi kelompok tenun yang saat itu yang sedang mengerjakan benang. Setelah kunjungan tersebut kelompok tenun Kawara Panamung terus dipantau lewat media sosial hingga di April 2022 dr.Handayani memutuskan untuk membantu memperlancar program kerja dari kelompok tenun Kawara Panamung. Selain benang dan alat gulung yang disumbangkan, dr.Handayani juga berkomitmen untuk membantu peserta dalam teknik pemasaran. Ia melihat ada semangat kekompakkan yang dilakukan oleh peserta kelompok tenun di Tanatuku dalam melakukan ketrampilan tenun dan berharap benang yang sudah dibagikan bisa menghasilkan selendang dan sarung sehingga bisa langsung dipasarkan dengan harga yang sesuai.

 

 

Benang 17 bantal dari dr. Handayani dibagikan ke peserta kelompok tenun Kawara Panamung untuk segera dikerjakan (9/04/2022). Peserta kelompok tenun pun sangat senang dan bersyukur ada orang baik yang bersedia membantu. Elisabeth Uru Ndaya sebagai pendamping program memberikan arahan kepada kelompok tentang pentingnya melek media digital, karna berkat media digital kelompok dipertemukan dengan orang baik yang tidak dikenal sebelumnya. Peserta kelompok tenun diharapkan tetap giat dan kompak dalam mengerjakan ketrampilan tenun. Dengan hadirnya program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba menjadikan perempuan-perempuan yang ada di Desa Tanatuku memiliki ketrampilan tenun dan melek digital. ***

 


 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua