Tak Hanya Teori, Tapi Aksi!

pada hari Senin, 4 Desember 2017
oleh adminstube
 
 
 
Kata-kata di atas tepat disematkan kepada Marthen Rangga Mbani, seorang anak muda yang berasal dari Wudi Pandak, kecamatan Tabundung, Sumba Timur. Berbekal pengetahuan dan pengalaman belajar tentang ayam kampung ketika berada di Yogyakarta, saat ini ia telah mengembangkan ternak ayam kampung di rumahnya. Tak hanya itu, ia juga mengolah pekarangan rumahnya untuk menanam sayuran.
 
 
Awalnya, Juli tahun 2016 ia bersama dua anak muda lainnya mendapat kesempatan belajar di Yogyakarta sebagai peserta Eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta karena ia aktif mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Sumba. Ia memilih ternak ayam kampung karena ia juga memelihara ayam kampung di rumahnya, Mboka, Kanatang, Sumba Timur. Ia berharap dengan pengetahuan dan keterampilan yang ia dapatkan di Yogyakarta ia bisa merawat ayam kampung dengan baik dan menjual dengan harga tinggi dan keuntungannya untuk membiayai kuliah di STT Terpadu Waingapu.
 
 
Di Yogyakarta, selain mengenal Stube-HEMAT Yogyakarta, Marthen belajar ternak ayam kampung dan pertanian terpadu di Joglo Tani, Sleman di bawah arahan TO Suprapto, seorang praktisi pertanian yang berpengalaman. Ia belajar pengelolaan pertanian terpadu, peran ternak dalam pertanian dan pembuatan kandang ayam yang aman dan sehat.
 
 

 

Pembelajaran Marthen berlanjut ke Temon, Kulonprogo untuk belajar pemeliharaan ayam kampung milik Gendut Minarto, seorang peternak ayam kampung yang memiliki jaringan luas. Ia mempelajari tahapan pemeliharaan ayam kampung dari menyiapkan kandang, menyiapkan pakan, vaksin dan pemanas kandang, sterilisasi kandang, vaksinasi anak ayam dan pemberian makan ayam, pemilihan ayam sesuai ukuran dan menimbang ayam siap jual.

 

 

Sekembalinya di Sumba, ia memulai memelihara ayam di desa asalnya di Tabundung, tetapi mengalami kegagalan, semua ayamnya mati karena penyakit dan perubahan musim. Ia tidak menyerah, tetapi ia memindah tempat memelihara ayamnya di Mboka, Kanatang, tempat ia tinggal sementara untuk kuliah. Setelah satu tahun merintis ternak ayam kampung, ia berhasil memelihara ayam dan setiap bulan menjual 10-12 ayam kampung.
 

 

Saat ini Marthen sedang mempersiapkan kandang pengeraman demi mengurangi resiko kematian anak ayam. Ia memiliki 4 indukan ayam, tiga dari indukan akan bertelur dan satu indukan sedang mengerami telurnya. Sementara itu, ada dua belas ayam siap jual dengan harga 50.000 rupiah per ekor.
 
 
 



Selain ternak ayam, bersamaan datangnya musim penghujan di Sumba, Marthen mengolah pekarangan rumahnya di Mboka. Kawasan ini dikenal kawasan berbukit, gersang dan batu karang. Orang-orang mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menanam jagung, ubi jalar, kacang dan tanaman lainnya, tetapi Marthen punya keyakinan kalau tanah diolah maka tanah akan memberi hasilnya. Ia mengolah tanah dan menambah pupuk kandang dari babi, ayam, kambing dan kompos dari ranting dan daun. Ia menghindari bahan kimia karena merusak tanah. Ia yakin bahwa setiap usaha baik akan diberkati Tuhan asal ada kemauan untuk melakukan. Ayo JOS (Jangan Omong Saja).
 

 

 

“Saya ucapkan terima kasih kepada Stube-HEMAT yang sudah memberi saya pelatihan mengenai ayam kampung, sehingga saya bisa mempunyai penghasilan, walaupun sedikit bisa meringankan beban orang tua. Saya akan terus mengembangkan ayam kampung ini walaupun masih terkendala modal, karena saya masih harus berbagi dengan kuliah, tetapi saya tetap berusaha sesuai kemampuan saya, terima kasih Stube,” ungkap Marthen.
 

 

Benar anak muda, pengetahuan yang hanya ada di kepala tidak akan bermanfaat bagi banyak orang. Marthen telah memulai dengan beternak ayam kampung dan pengalamannya pasti semakin bertambah dengan memanfaatkan pekarangan untuk tanam sayuran. Tetap semangat dan jadi berkat. (TRU).
 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua