Mahasiswa Berkontribusi untuk Desa   Program Vi&Mi (Village and Me)

pada hari Rabu, 11 Desember 2019
oleh adminstube
 

 

Kesempatan anak muda Sumba untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kesempatan berharga demi peningkatan kualitas diri mereka sekaligus kehidupan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapat di kampus semestinya juga dirasakan penduduk desa di mana mereka tinggal. Stube-HEMAT Sumba sebagai lembaga pendampingan mahasiswa dan pemuda di Sumba mendorong mereka memiliki perhatian kepada desanya dan membuka kesempatan melalui program Village and Me periode 2 di tahun 2019, untuk ‘berbagi berkat’ pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari di kampus. Ada tiga mahasiswa berpartisipasi, mereka adalah:

 

 

 

 

 

 

Bernadus Zakarias Weni Liwang, sebagai mahasiswa semester tujuh Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Gereja Kristen Sumba di Lewa Sumba Timur, ia tergerak untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan sumber daya manusia, khususnya anak-anak dan remaja di kampung halamannya di Lewa Paku, kecamatan Lewa, Sumba Timur. Ia merancang pendampingan anak-anak dan remaja berupa kursus Bahasa Inggris di Pingailuri, salah satu gereja cabang dari GKS Pametikarata, Lewa. Kegiatan ini dilakukan empat kali seminggu, Minggu, Selasa, Kamis dan Sabtu pada jam 16.00-18.00 selama Oktober-November di gereja setempat.

 

 

 

 

 

 

Belasan anak dan remaja usia SD dan SMP antusias belajar bahasa Inggris karena kegiatan seperti ini jarang mereka dapatkan di desanya. Mereka mempelajari kosakata sederhana seperti abjad, angka, nama hari, bulan dan tahun, mereka juga membaca teks pendek. Selanjutnya mereka mempraktekkan pengucapannya di depan peserta lainnya. Metode ini akan memperkuat rasa percaya diri peserta selain penguasaan kata-kata dalam bahasa inggris itu sendiri. Bahkan mereka ingin tidak saja bahasa Inggris tetapi pelajaran lainnya, jadi Bernad membuka peluang bagi teman-temannya menjadi fasilitator anak-anak dan remaja belajar pelajaran lainnya.

 

 

 

Trisno Karepi Kahendu, seorang anak muda kelahiran Praipaha, 22 Februari 1998 tinggal di desa Pepuwatu dimana penduduk menggantungkan hidup di pertanian sehingga ia akrab dengan pengolahan lahan, penyiapan bibit, pembuatan pupuk dan pemeliharaan tanaman pangan, seperti padi, jagung, kacang tanah, ubi jalar dan keladi. Saat ini Trisno mendalami Agroteknologi di Universitas Kristen Wira Wacana, yang melengkapi dirinya dengan pengetahuan berkaitan dunia pertanian dan teknologi yang menunjang pertanian.

 

 

 

Pada bulan November  2019, ia bersama penduduk desa Pepuwatu, kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur berkumpul di Rawa Madap, termasuk perangkat dusun setempat, Giling Kawara Konda dan Yunus Ngamba Handa Mbewa untuk mempraktekkan pembuatan pupuk bokashi baik padat dan cair. Bahan dasar yang digunakan adalah air sumur, gula nira cair, em4, bekatul (pau) dan kotoran hewan (ayam, kambing, kuda). Bahan tersebut dicampurkan dan diaduk perlahan dalam sebuah drum plastik dan ditutup, setiap hari dibuka, diaduk perlahan dan ditutup kembali sampai satu minggu menjadi siap pakai.

 

 

 

Julian Huki Pahawali, dari desa Praikarang, Sumba Timur dan kuliah di Universitas Kristen Wira Wacana Waingapu jurusan Agribisnis. Ia bersemangat mendampingi anak-anak di SD paralel Mbinudita kecamatan Nggaha Ori Angu dan bersama warga mempersiapkan kegiatan pembangunan ruangan kelas di sekolah tersebut.

 

 

 

Keberadaan SD Paralel Mbinudita sendiri merupakan respon masyarakat desa setempat atas jarak yang jauh antara rumah penduduk dengan fasilitas pendidikan dasar yang terdekat, karena SD terdekat berada 5-6 kilometer dari desa mereka sehingga cukup berat untuk anak kelas satu dan dua untuk berjalan kaki ke sekolah setiap hari. Tahun lalu masyarakat membangun ruang belajar sementara dengan rangka kayu, dinding bambu dan atap alang-alang, sehingga perlu penambahan ruang kelas baru untuk memfasilitasi anak-anak belajar. Konsekuensi dari sekolah ini adalah keterbatasan fasilitas mengajar dan ketiadaan guru tetap untuk mengajar. Julian sebagai anak muda dan mahasiswa dari kampung setempat tergerak untuk mengisi waktunya di sela-sela waktu kuliah untuk mendampingi belajar di SD tersebut.

 

 

Kiprah para anak muda ini perlu mendapat apresiasi, sekalipun dalam lingkup kecil di desa tetapi memberikan dampak positif untuk masyarakat dan desa setempat. Ini menjadi impian bersama jika setiap mahasiswa Indonesia memiliki perhatian terhadap desanya. Indonesia dengan 83.931 wilayah pemerintahan setingkat desa (BPS 2018) memanggil orang-orang terdidik untuk membuat desa terus berbenah dan menarik minat penduduknya untuk tinggal dan bekerja sehingga desa berkembang dan kesejahteraan masyarakat terwujud. (TRU).


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua