pada hari Rabu, 1 Maret 2017
oleh adminstube

 



Apa Selanjutnya?
 
Berkarya Nyata!
 
Empat kisah dari peserta
eksposure ke Stube HEMAT Yogyakarta
 


Karya nyata menjadi satu indikator bahwa seseorang telah merealisasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar mengakar di dalam kepala, tetapi juga berbuah untuk orang yang ada di sekitarnya.
 
Dalam kurun waktu 7 tahun dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2016, Stube HEMAT Sumba sudah mengirim 6 mahasiswa/pemuda setiap tahunnya untuk mengikuti Program Exploring Stube HEMAT Yogyakarta selama satu bulan. Berikut adalah nama-nama peserta yang pernah mengikuti program ini. Seiring berjalannya waktu, beberapa diantara mereka ternyata sudah berkarya nyata di tempat masing-masing.


Daniel Wolu Praing diminta menjadi guru di salah satu Sekolah Menegah Pertama (SMP) sejak tahun 2011 untuk mengajar muatan lokal, keterampilan. Pengalaman dan pengetahuan yang dia terima saat mengikuti eksposur Jogja tahun 2010 bermanfaat bagi siswa-siswinya. Dia juga mengembangkannya menjadi usaha profit seperti membuat mebelair bambu, peralatan dapur, dan dekorasi pesta. Selain mengajar di sekolah, Daniel juga melatih anak-anak muda yang masih menganggur untuk berkarya dan bisa mendapat penghasilan dari keterampilan membuat produk dari bambu. Harapannya adalah anak-anak tahu aneka kegunaan bambu selain kayu bakar, pagar tanaman atau dinding anyaman. 

Oktavianus Umbu Hunga, akrab dipanggil Okta. Sepulang dari Yogya tahun 2011, Okta menginisiasi berdirinya kelompok pendidikan usia dini yang diberi nama Nazaret, Jl. Simpang Kemiri, Lewa, pada tahun 2012 dan berjalan baik hingga sekarang. Mula-mula ada 20 anak keluar masuk, hingga tahun 2016 tercatat ada 41 anak yang tergabung di kelompok belajar ini dengan rata-rata usia 3 s.d. 6 tahun. Kendala dan tantangan pasti ada seperti dicurigai memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan dana sementara tidak ada respon baik dari pemerintah setempat. Namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya. Untuk membiayai proyeknya, dia harus menjadi buruh proyek bangunan dan selokan. Uang dari kerja ini digunakan untuk biaya operasional. Selanjutnya dia bekerjasama dengan teman-temannya untuk mengajar. Mereka kebanyakan hanya lulusan SMA, sehingga kurang paham karakter anak. Okta mengaku membutuhkan fasilitator untuk PAUDnya, karena sekarang tinggal satu saja yang mengajar yakni seorang mahasiswa semester 6. Untuk teman-teman yang pernah belajar di Yogya, Okta berharap agar ilmu yang dimiliki dikembangkan dan dibagikan untuk teman-teman di kampung.

Marselina saat ini menjadi vikaris di salah satu gereja di Sumba Barat. Dia menuturkan bahwa pengalamannya mengikuti program eksploring ke Stube HEMAT Yogyakarta pada tahun 2012 memberi arti banyak dalam perjalanan hidupnya. Selama di Yogya dia belajar mengolah makanan dengan bahan lokal seperti ketela dan ketan menjadi aneka makanan. Saat kembali ke Sumba, dia mengerjakan apa yang sudah dipelajari dan dia bagikan pengetahuan dan ketrampilan tersebut kepada teman-teman di kampus. Dari kemampuannya membuat makanan dari bahan lokal tersebut, dia bisa membeli hp nya yang pertama. Sebagai seorang calon pendeta, keterampilan mengolah bahan lokal ini sangat membantunya meningkatkan ketrampilan anggota jemaat, khususnya kaum perempuan.

Ningsih merupakan anggota kelompok tani perempuan di desa Wangga yang bernama Rinjung Pahamu. Meski berdomisili 5 km jauhnya dari Wangga dan harus ditempuhnya dengan berjalan kaki, tidak menyurutkan keinginannya untuk bergabung dan belajar pertanian di kelompok tani tersebut. Kesempatan belajar mendalami pertanian di Yogyakarta pada tahun 2014 menjadi kesempatan yang luar biasa buat Ningsih. Pengalaman tersebut dipraktekkan di kelompok tani Rinjung Pahamu, dan hasilnya terlihat saat panen bawang merah. Dari 50 kg bibit bisa menghasilkan panen 150 kg bawang merah. Saat ini Ningsih berkesempatan melanjutkan studi untuk mengambil diploma pada Akademi Komunitas Negeri (AKN) Waingapu.
 
Masih banyak cerita anak muda yang berkarya buat sekitarnya dan masih banyak anak muda yang ingin berkarya dan berguna. Empat anak muda ini menjadi contoh sederhana berkarya dengan apa yang ada pada diri mereka dengan niat yang baik. Berkaryalah terus seiring waktu yang terus melaju. (ITM).

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua