Pangan Lokal, Pilihan Terbaik Di Saat Harga Beras Naik

pada hari Jumat, 6 Oktober 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.

       

 

 

 

Sumba, pulau yang kaya akan jenis pangan lokal khususnya di Kabupaten Sumba Timur, akan tetapi pangan lokal tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga ketersediaannya juga belum optimal. Jika dikelola dengan baik, pangan lokal memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini penting dipahami oleh kelompok tenun Kawara Panamung untuk bisa berinisiatif mengembangkan pangan lokal. Mereka tidak hanya menekuni kerajinan tenun, tetapi juga pengolahan pangan lokal yang ada di daerah mereka. Bertempat di rumah tenun Kawara Panamung, para perempuan bertemu membahas apa saja pangan lokal yang bisa diolah (Kamis, 05/10/2023).

 

 

 

 

Pada kesempatan tersebut, ibu-ibu bersepakat untuk berlatih membuat kue labu. Narasumber kegiatan ini adalah Ibu Kalita Mburu, kader posyandu juga kepala sekolah Paud Bina Kasih. Ia sudah pernah mengikuti pelatihan pangan lokal di tingkat provinsi, sehingga ia bisa mendampingi dan mengajari para ibu kelompok tenun Kawara Panamung cara membuat kue labu, mulai dari menyiapkan alat dan bahan hingga proses pembuatannya. Sembari membuat kue, peserta menceritakan efek musim kemarau yang berkepanjangan dengan mengeluhkan harga beras yang naik dari biasanya. Saat ini satu karung beras seharga Rp.500.000, naik menjadi Rp.700.000. Kenaikan harga beras ini membuat masyarakat khususnya di Kec. Nggaha Ori Angu beramai-ramai mengolah pangan lokal untuk bisa dimakan dan juga dijual.

Saat ini pangan lokal yang banyak diolah adalah iwi atau ubi hutan. Makanan ini bentuknya seperti buah bengkoang, banyak ditemukan di hutan, namun cara pengolahannya juga harus cermat. Kalau tidak diolah dengan baik dapat membuat orang yang mengonsumsinya mabok hingga berujung kematian. Cara pengolahannya yaitu umbi tersebut diiris tipis, jemur dan direndam di sungai selama 3 hari tiga malam untuk menghilangkan getahnya. Setelah itu dijemur sampai kering, barulah bisa diolah jadi makanan dalam bentuk kripik, bubur bahkan bisa di campur dengan beras.

Beberapa peserta menyatakan saat ini sedang mengolah iwi menjadi makanan pengganti beras. Seperti cerita pengalaman dari Ibu Yohana Day Ngana. “Saat ini saya sudah menghasilkan 2 karung iwi dan mengolahnya menjadi makanan pengganti beras, jadi beras di rumah bisa irit,” tegasnya. Ibu Katrina Pindi Njola juga bercerita bahwa makan masakan iwi bisa memperpanjang masa kenyang. Dari cerita pengalaman di atas, penulis menegaskan kepada mereka bahwa betapa pentingnya mengolah pangan lokal yang ada, apalagi jika dikelola dengan baik dapat mendapatkan nilai jual tinggi.

 

 

Usai bertukar pengalaman dan berhasil membuat kue labu, mereka promosikan hasil di Facebook. Dengan modal Rp. 200.000, menghasilkan 5 pan kue yang laku terjual dengan harga Rp. 500.000.  Keuntungan yang mereka dapatkan masuk kas kelompok untuk kebutuhan mereka mengerjakan kain, dan modalnya dipersiapkan untuk diputar kembali dengan mengolah pangan lokal lainnya. Tentu saja hal ini membuat para ibu semakin semangat dan antusias. Setelah itu mereka lanjut mengerjakan benang untuk membuat kain tenun ikat. Pada pertemuan selanjutnya mereka mencoba untuk mengolah iwi menjadi kripik dan akan dipromosikan ke sekolah-sekolah juga media sosial. ***


  Bagikan artikel ini

Kawara Panamung Menuju Kemandirian

pada hari Sabtu, 23 September 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.

     

 

Kelompok tenun ‘Kawara Panamung’ merupakan komunitas perempuan yang sudah terbentuk sejak pertengahan tahun 2020. Komunitas ini bergerak di bawah dampingan Lembaga Stube-HEMAT Yogyakarta di 3 tahun terakhir dan berfokus pada keterampilan menenun kain tradisional Sumba Timur. Selama ini kelompok tenun telah berhasil memproduksi puluhan kain tenun dengan berbagai jenis kain, motif dan cara pembuatannya yang berbeda-beda. Saat ini komunitas ‘Kawara Panamung’ ada pada fase menuju kemandirian. Dalam fase ini, sebagai pendamping, Elisabeth Uru Ndaya mengajak semua peserta kelompok bersama-sama memikirkan keberlanjutan kelompok, yang bertempat di rumah Elisabeth Uru Ndaya (Jumat, 22/09/2023).

 

 

 

 

Ada 6 topik yang dibahas sebagai bagian dari tahapan untuk mandiri yakni; 1) tetap melakukan kegiatan tenun setiap minggunya dengan menanggung akomodasi bersama-sama; 2) memikirkan kegiatan yang bisa menghasilkan income dalam jangka waktu pendek, seperti pengolahan pangan lokal menjadi produk siap jual, selain kegiatan tenun ikat yang prosesnya cukup panjang; 3) terus melakukan promosi dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk menambah daya dukung kelompok; 4) melaksanakan iuran setiap bulan; 5) pergantian pengurus, khususnya bendahara untuk mengurus buku rekening Kawara Panamung; dan 6) memelihara ternak kambing sebagai aset kelompok. Ada banyak hal yang dibahas oleh peserta tenun berkaitan dengan keberlanjutan kelompok, seperti komitmen untuk terus memproduksi kain tenun yang banyak dan berkualitas, juga kesepakatan waktu dalam mengerjakan kain tenun.

Selain itu, peserta tenun sepakat bertemu untuk melakukan pelatihan pembuatan pangan lokal berbasis  labu (Kamis, 28/09/2023). Kue labu yang telah dibuat akan dipromosikan ke gereja, sekolah, kecamatan, puskesmas dan lewat media sosial Facebook. Disamping itu kelompok akan terus melakukan kegiatan tenun sembari membuat pangan lokal. Pertemuan peserta tenun mendapatkan perhatian baik dari PKK desa Tana Tuku. Anggota kelompok diajak berkunjung ke kebun sayur PKK dan lokasi ayam petelur untuk diajak kerjasama dalam mewujudkan masyarakat sehat dan berkecukupan gizi.

 

 

 

 

‘Kawara Panamung’, komunitas tenun perempuan pertama yang ada di desa Tana Tuku, Kec. Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur, saat ini semakin dikenal oleh masyarakat maupun pemerintah. Kegiatan peserta kelompok tenun di bulan ini adalah menyelesaikan tahap akhir pembuatan selendang dan kain Kawuru. Perubahan situasi tidak menyurutkan niat dan semangat dalam mengerjakan kain tenun ikat Sumba Timur yang baik dan berkualitas.

Bagi pembaca yang terpanggil untuk mendukung pendanaan kelompok tenun perempuan Kawaru Panamung, bisa transfer ke rekening kelompok ini, a.n. Kawara Panamung Desa Tana Tuku, no rekening: 3500-01-060322-53-8, BRI Unit Pandawai, Sumba Timur. Selamat berbagi, perempuan pasti bisa! ***


  Bagikan artikel ini

Harapan Di Tengah Ancaman ASF

pada hari Rabu, 5 April 2023
oleh Apriyanto Hangga
          

 

Ternak babi, merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas keseharian masyarakat Sumba pada umumnya. Tahun 2019 mulai muncul virus ASF (African Swine Fever) yang membuat lebih dari 75% ternak babi di Sumba mati hingga 2021. Dengan berjalannya waktu, pertengahan 2022 yang lalu, virus ini mereda dan bahkan tidak nampak sehingga membuat kegiatan peternakan mulai kembali menggeliat. Pengamatan lapangan menunjukan bahwa kegiatan peternakan babi sudah kembali normal seperti sedia kala di Sumba.

 

 

Keadaan bebas virus ASF ternyata tidak berlangsung lama, hanya kurang lebih 6–8 bulan saja virus ini muncul lagi. Medio Februari 2023, informasi serangan virus dari pulau-pulau sekitaran Sumba membuat galau dan panik para peternak di Sumba. Inilah yang ditakutkan para peternak. Kandang-kandang yang sudah lama tidak terisi, dan baru mulai berpenghuni,  para peternak yang mulai bersemangat kembali, harus menerima keadaan serangan ulang virus yang memupus harapan dan impian kejayaan ternak babi.

 

 

 

Para pemangku kebijakan ternak di Sumba langsung mengambil tindakan tegas dengan cara memotong rantai pasokan ternak ke Sumba dengan tujuan menutup akses masuk virus. Namun apa daya, langkah tegas pun tak menjamin keamanan ternak babi, dan saat ini para peternak dalam ketidakpastian dan harap cemas karena  banyak ternak babi yang sakit dan bahkan mati mendadak. Parahnya, belum ada kejelasan apakah ternak tersebut mati karena virus ASF atau virus lain.

 

 

 

Bagi para pencinta dan peternak babi saat ini ibarat seperti menunggu petaka yang siap menyambar bahkan mulai tipis harapan. Beberapa peternak yang babinya telah mati, merasa sangat terpukul karena untuk mendapatkan ternak setelah serangan virus pertama sangat sulit dan harganya pun lumayan tinggi, dan kini harus berhadapan lagi dengan keganasan virus ini. Sudah tentu banyak peternak yang putus asa dan tidak mau lagi memelihara ternak babi. Sebagai peternak babi, hati ini masih sangat berharap semoga badai ini cepat berlalu dan Tuhan masih menolong untuk meloloskan babi yang masih ada. Berbagai langkah pencegahan telah dilakukan, bahkan ternak diisolasi. Harapan masih ada namun karena banyak ahli bidang peternakan mengatakan bahwa virus ASF belum memiliki obat, sehingga para peternak tinggal pasrah pada keadaan.

 

 

 

Kondisi jalanan kembali mengeluarkan aroma busuk karena ulah para peternak yang membuang bangkai babi tanpa prosedur yang benar. Inilah gambaran situasi kehidupan ternak babi sampai medio April 2023 di Sumba. ***

 


  Bagikan artikel ini

Menabur Asa Untuk Perempuan Di Waiwakih

pada hari Jumat, 31 Maret 2023
oleh Multiplikasi Stube HEMAT Sumba
 

Perempuan dan laki-laki merupakan bagian utuh dari entitas bangsa, dan seluruh hak-hak termasuk hak politik dijamin konstitusi. Saat perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama bisa aktif dalam berbagai bidang dan membuat keputusan, maka kebijakan yang mucul menjadi representatif dan inklusif, terutama keputusan untuk mencapai pembangunan desa ke arah yang lebih baik. Perjuangan perempuan untuk dapat didengar, dipertimbangkan, dan menempati posisi penting masih lemah sehingga tidak sedikit perempuan di desa yang tidak pernah terlibat dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Perempuan harus didorong terus semangat, percaya diri, tidak malu dan takut, serta tampil menjadi perempuan yang aktif. Permasalahan seperti ini juga dihadapi oleh perempuan-perempuan di desa Tanatuku, kec. Nggaha Ori Angu, Kab. Sumba Timur.

 

 

 

Berangkat dari pergumulan tersebut, Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Sumba terus menyuarakan hak-hak perempuan dan potensi kepemimpinan perempuan. Bertempat di dusun 4 Waiwakih  (30/03/2023), Elisabeth sebagai pendamping memberikan pandangan dan membuka harapan kaum perempuan dengan membuka wawasan pentingnya perempuan pemimpin. Agar perempuan bisa menjadi pemimpin, maka perempuan harus kuat terlebih dahulu, mulai dari kemampuan mengurus diri sendiri, mengurus rumah tangga hingga ke hal-hal yang lebih besar. Pada umumnya pemimpin perempuan yang berhasil ialah mereka yang berhasil menata rumah tangganya. Salah seorang peserta diskusi, Lodiana Hembir, menanggapi, ”Saat ini rasa kepedulian dan kemauan perempuan untuk duduk bersama mendiskusikan sesuatu hal yang penting terasa berkurang. Tidak hanya urusan di desa, urusan di gereja pun banyak perempuan enggan untuk terlibat.” Sementara peserta lain, Yuningsih, beranggapan bahwa penyebab perempuan di desa kebanyakan mati minat karena mereka merasa tidak dianggap, merasa tidak punya kemampuan untuk berbicara dengan baik dan bahkan tidak mempunyai pengalaman dalam berorganisasi.

 

 

Elisabeth menyampaikan, “Saya berharap bahwa kaum perempuan yang hadir pada saat ini, jika mau menjadi perempuan yang berbobot maka harus terus belajar, bisa menjadi teladan, bersemangat membangun kebersamaan, hingga terbentuk organisasi perempuan di Waiwakih, Tanatuku.” Elisabeth juga menegaskan beberapa poin menjadi perempuan yang berkualitas seperti bijaksana mengontrol ego agar tidak mudah bawa perasaan, menunjukkan sifat dewasa, dan tidak mudah termakan omongan orang, mampu melihat segala sesuatu secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Kemampuan berkomunikasi menjadi modal utama seorang pemimpin perempuan untuk berinteraksi, menyampaikan informasi dan membangun hubungan agar tetap kondusif dan berjalan baik.

 

Diskusi berlangsung seru, peserta berharap semakin banyak kaum perempuan yang bergabung dalam komisi perempuan dan mau belajar bersama-sama. Mereka sangat antusias untuk ada dalam satu komunitas yang bertumbuh dan bisa berdampak positif bagi keluarga dan sekelilingnya, seperti yang sudah dilakukan teman-teman perempuan di komunitas tenun Kawara Panamung. Perempuan pasti bisa! ***

 

 

 


  Bagikan artikel ini

Bersinergi Untuk Ketahanan Pangan Sumba

pada hari Minggu, 26 Februari 2023
oleh Frans Fredi K. Bara, S.E.
Panen tomat Gustavi F1 dan penanaman cabe Dewata 76 F1

      

Apa yang paling ditunggu petani? Pasti saat panen tiba. Program multiplikasi STUBE HEMAT bekerja sama dengan kelompok tani ‘Tunas Baru’ dengan gembira melakukan panen simbolis tomat Gustavi F1 dan tak lupas sekaligus penanaman cabe Dewata 76 F1. Kegiatan ini bukan sekedar rutinitas tahunan, melainkan juga membuka cara pandang baru untuk melihat sektor pertanian sebagai sektor kunci ketahanan pangan, tumbuhnya motivasi kerja untuk mengolah potensi sumber daya tanah dan air yang ada di Sumba. Yang lebih menarik adalah bagaimana bertani dengan cara-cara baru dan praktis.

 

 

Panen dan penanaman dilakukan di lokasi pusat studi pertanian hortikultura (Sabtu, 25/02/2023). Kegiatan diawali dengan acara pembukaan dan sambutan dalam ruangan, setelah itu dilanjutkan dengan panen simbolis di sawah. Bupati Sumba Timur, Drs. Khristofel Praing, M.Si merupakan tokoh kunci dalam kegiatan panen simbolis tomat Gustavi F1 dan penanaman tumpang sari cabe Dewata 76 F1 ini, didukung unsur-unsur DPRD Kabupaten Sumba Timur, KAPOLRES Sumba Timur, DANDIM 1601, Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur, Koordinator Panah Merah Sumba, lembaga keuangan (BRI, Koperasi Swastisari), BP3K Lambanapu, Camat Kambera, Lurah Malumbi, Lurah Lambanapu, tokoh masyarakat, anggota petani muda dan petani-petani lainnya.

 

 

Dalam acara sambutannya Bupati Sumba Timur menyampaikan dukungannya atas kegiatan panen simbolis yang dilakukan oleh kelompok tani ‘Tunas Baru’, “Kita membutuhkan masyarakat yang pro-aktif membantu pemerintah menciptakan ketahanan pangan. Saya bangga ada saudara-saudara saya dari Lambanapu yang mau bertani dengan cara–cara terbaru”. Selanjutnya Frans Fredi Kalikit Bara, ketua kelompok tani ‘Tunas Baru’ dan Multiplikator STUBE HEMAT menyampaikan, “Panen simbolis bukan sekedar kegiatan panen, melainkan sebuah edukasi bagi teman-teman petani lainnya, dimana petani milineal akan memperkenalkan beberapa inovasi sederhana yang mempermudah aktivitas bertani seperti irigasi tetes sederhana untuk penyiraman tanaman, pemupukan dengan metode gravitasi, pemupukan sitem kocor dan penanaman sistem tumpang sari.”

 

 

Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di kelurahan Lambanapu, kecamatan Kambera, tetapi juga akan dilakukan di kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah kabupaten Sumba Timur. Panen simbolis yang dilakukan di Lambanapu ini sebagai model (pilot project) dan hadirin bisa meniru dan mereplikasi di kecamatan masing-masing. Mari bergerak bersama untuk ketahanan pangan Sumba. ***

 


  Bagikan artikel ini

Pemimpin Bukan Pemimpi

pada hari Sabtu, 25 Februari 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
         

Perempuan merupakan sumber daya potensial, jika diberi kesempatan akan maju dan meningkatkan kualitasnya secara mandiri, menjadi penggerak kehidupan dan pembangunan bangsa. Namun fakta menyatakan bahwa masih tinggi tingkat kekerasan terhadap perempuan, kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki, dan terbatasnya akses sebagian perempuan untuk pendidikan yang lebih tinggi. Secara kultural, perempuan masih dibelenggu oleh budaya patriarki, perempuan di sektor domestik, laki-laki di sektor publik. Dilihat dari partisipasi perempuan di desa dalam kepemimpinan, masih rendah khususnya di desa Tanatuku, Kec. Nggaha Ori Angu. Dalam situasi ini Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba terus bergerak menjadi wadah, memberi ruang terhadap perempuan-perempuan muda di desa untuk bersuara.

 

 

Diskusi dan berbagi pengalaman tentang kiprah perempuan penggerak akan menjadi salah satu  pendorong para perempuan untuk melangkah lebih maju. Bersama Ince Riani Anika Salean seorang aktivis perempuan muda yang sudah berkiprah di daerahnya, Lewa Tidahu, Sumba Timur, ia menggerakkan perempuan desa dalam berbagai bidang, membentuk organisasi perempuan dan membangun rumah literasi didesanya, kelompok perempuan program Multiplikasi Stube HEMAT berkumpul untuk berdiskusi (Jumat, 24/02/2023). Narasumber mengawali pembicaraannya dengan mengangkat RA Kartini, tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan untuk belajar di sekolah dan memimpin organisasi supaya perempuan memiliki sifat demokratis dan rasa kepedulian, dan membuktikan bahwa perempuan pun berkompeten untuk menjadi pemimpin organisasi.

 

 

Ira Padu Lemba, mahasiswa Akademi Keperawatan bertanya, “Bekal apa yang harus perempuan miliki jika ingin menjadi tokoh perempuan yang berpengaruh dan bisa menjadi pemimpin?” “Untuk menjadi seorang pemimpin tidak saja dibutuhkan bakat, tetapi juga dibutuhkan kemampuan dan keahlian yang dilatih sejak muda, dan inilah manfaatnya bagi kita untuk terlibat dalam setiap organisasi,” tegas narasumber.  “Pemimpin harus visioner, partisipatif, berkarakter, cerdas secara spiritual, emosional, sosial, maupun intelektual juga adanya passion kompetitif. Lantas, apa yang harus dilakukan sebagai perempuan pemimpin? Perempuan harus mampu membangun personal branding atau citra diri yang positif, baik sebagai individu, ibu, mitra suami, sebagai pemimpin atau pelayan masyarakat. Perempuan harus memahami konsep diri, yaitu kesadaran, sikap, dan pemahaman, tentang siapa diri kita, apa cita-cita kita, apa kekurangan, kelebihan, kemampuan, kekuatan, dll. Perempuan pemimpin juga harus penuh percaya diri, mempunyai keyakinan yang kuat akan tindakannya dan mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya, tanpa menyakiti perasaan diri-sendiri atau perasaan orang lain, tanpa mengganggu hak orang lain,” papar narasumber.

 

 

 

Narasumber kembali menceritakan pengalamannya selama ia menggerakkan banyak perempuan muda di desa dan membentuk organisasi perempuan. Ia juga menegaskan mengapa perempuan harus tampil dan ikut mengambil kebijakan, karena partisipasi perempuan diharapkan dapat mencegah kondisi yang tidak menguntungkan bagi kaum perempuan dalam menghadapi masalah stereotip terhadap perempuan seperti diskriminasi di bidang hukum, kehidupan sosial dan juga eksploitasi terhadap perempuan. Ia bercerita pernah menangani kasus kawin tangkap hingga ke proses hukum dan pada akhirnya korban kembali mendapatkan haknya untuk bebas hidup bahagia. Pada akhirnya perempuan harus terus menunjukkan eksistensinya dan perlu berdaya karna suara mereka menentukan arah pembangunan di tempat mereka berkiprah. Mulai dari sekarang perempuan harus menunjukkan bisa menjadi pemimpin, bukan pemimpi. ***

 


  Bagikan artikel ini

Menggagas Usaha Di Tengah Ketidakpastian

pada hari Minggu, 12 Februari 2023
oleh Apriyanto Hangga

 

 

Menggairahkan kembali kelesuan peternak babi yang menderita banyak kerugian karena ternaknya mati diakibatkan serangan virus ASF tidaklah mudah. Ide-ide kreatif perlu dicoba untuk menggugah kembali semangat beternak. Pembicaraan dan diskusi bersama dilakukan di Praipaha (Sabtu, 26/01/2023) untuk melahirkan ide-ide segar untuk para peternak babi. Rasa pesimis masih bergelayut di benak para peternak sehingga untuk melahirkan ide dan gagasan ke depan terasa berat, namun dengan mendengarkan masukan dan usulan-usulan bersama, lahirlah ide kontes/ lomba ternak babi dan membuat sentra kuliner daging babi.

 

Kontes/lomba ternak babi merupakan langkah mendorong peternak memiliki ternak babi yang sehat. Sementara usaha kuliner berbasis daging babi menjadi kelanjutan usaha ternak dan diharapkan ada inovasi-inovasi kuliner yang bisa dimunculkan. Adapun kriteria ternak yang bisa masuk lomba meliputi kandang bersih dan layak, babi sehat dan subur dengan kategori sesuai jenis babi yang dipelihara mencakup kategori babi asli Sumba, babi peranakan/hasil kawin silang, babi durog/lendris, jumlah ternak yang dimiliki, dan pengolahan pakan alternatif. Tim yuri bisa dipilih dari Dinas Peternakan, Fakultas Peternakan Unkriswina, Mahasiswa Peternakan Unkriswina, Pemerintah setempat dan Multiplikator Stube Hemat.

 

Adapun usaha lain sentra kuliner berbasis daging babi dibahas di Waingapu yang mencakup pembuatan rumah makan khas babi (Sabtu, 11/02/2023). Rumah makan ini memiliki peluang besar dengan melihat pangsa pasar di Sumba yang sebagian besar mengkonsumsi daging tersebut. Beberapa hal dalam perbincangan mencakup tempat yang harus strategis, bahan baku dan masakan harus selalu tersedia, disiapkan beberapa menu masakan, dan model penjualan bisa dilakukan baik secara off line maupun on line. Kesiapan peralatan, tempat, juru masak dan bahan baku lain cukup bagus, tinggal menunggu kondisi aman.

 

Tantangan dari usaha ini adalah ancaman terjadinya kembali serangan virus ASF yang ternyata sudah timbul kembali di beberapa wilayah provinsi NTT termasuk terjadi di kabupaten Sumba Barat Daya. ***


  Bagikan artikel ini

Perempuan Berhak Hidup Sehat

pada hari Sabtu, 11 Februari 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
          

Hak hidup yang salah satunya didukung oleh kualitas kesehatan, sering terabaikan karena kelalaian negara, pengabaian, maupun pelaziman budaya. Misalnya, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih cenderung tinggi, Kementerian Kesehatan RI mencatat 183 kasus per 100 ribu kelahiran pada tahun 2022. Sementara di NTT per Juni 2022 tercatat 63 kasus kematian ibu melahirkan. Dunia global terus memperjuangkan bahwa pada tahun 2030, angka kematian ibu melahirkan didorong turun dan harus di bawah 70 kasus per 100 ribu kelahiran hidup.

 

 

 

Di Sumba, pengabaian layanan Kesehatan, kelalaian orang-orang terkait dengan tanggung jawab kesehatan jarang dianggap sebagai persoalan yang krusial. Terlebih berbagai praktek budaya yang merapuhkan kualitas hidup perempuan, kurangnya pengetahuan akan kesehatan, sehingga banyak perempuan lebih memilih acuh tak acuh akan kesehatan diri. Dari latar belakang ini maka penting bagi perempuan-perempuan desa khususnya di Kabupaten Sumba Timur yang dikenal sebagai daerah terluar, terpencil dan tertinggal, diberi pemahaman mengecek kesehatan secara rutin untuk terpenuhinya hak-hak kesehatan.

 

 

 

 

Kesadaran atas hak kesehatan juga ditanamkan pada kelompok perempuan komunitas tenun ikat di Tantuku, Kec. Nggaha Ori Angu. Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba bekerjasama dengan perawat dan kader desa hadir memeriksa kesehatan ibu-ibu peserta kelompok tenun di Tanatuku terhadap penyakit endemik Malaria (10/02/2023). Kader kesehatan Kalita Mboru didampingi perawat Jeni, terlebih dahulu menyampaikan pentingnya memeriksa kesehatan secara berkala seperti tes malaria. Peserta yang hadir juga diajarkan pola hidup sehat, seperti tidur menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk Malaria yang membawa parasit atau bakteri yang akan menginfeksi sel darah merah. Selain gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkit manusia melalui tranfusi darah, pemakaian jarum suntik, dan janin bisa terinfeksi dari ibunya.

 

 

Dari penjelasan tersebut, selanjutnya dilakukan tes sampel darah. Satu-persatu peserta tenun memasukkan daftar nama dan menunggu giliran untuk dipanggil. Namun, ada  peserta yang enggan untuk melakukan tes darah karna takut dengan jarum.  Asri Kaita Endi berkata, “Aiiii nyungga ndi’a angu, ku mangadat pakadjuku, ndaku torung a,” dalam Bahasa Sumba yang artinya “saya tidak berani melakukan tes darah karena takut.” Setelah diberikan pemahaman akhirnya semua peserta melakukan tes darah. Perbincangan pun terjadi berkaitan dengan pengalaman kesehatan yang dialami oleh kebanyakan perempuan, baik itu di keluarga maupun di lingkungan sekitar. Kasus kesehatan yang paling banyak ditemui adalah maag kronis, namun masih dianggap penyakit biasa, disusul penyakit malaria, dan kelalaian ibu hamil untuk menjaga asupan diri saat hamil.

 

Dalam pemeliharaan kesehatan, perlu ditegaskan bahwa setiap perempuan harus menempatkan kesehatan dan keselamatan diri menjadi hal paling utama dari semua urusan. Menerapkan pola makan sehat, olahraga, mengkonsusmsi vitamin dan suplemen, rajin memeriksa kesehatan harus selalu dilakukan perempuan. Perempuan sehat akan melahirkan generasi yang sehat dan kuat.  ***


  Bagikan artikel ini

Kolaborasi Stube HEMAT-Petani Matawai

pada hari Selasa, 31 Januari 2023
oleh adminstube
 
Toping Pucuk Tanaman Cabe Rawit dan Pemangkasan Daun Bawah Tanaman Tomat          

 

Hal penting yang harus dilakukan petani adalah terus meningkatkan pengetahuan supaya semangat bertani bertambah dan semakin produktif. Mengingat dunia pertanian adalah sektor penyedia pangan yang dibutuhkan semua orang, maka diharapkan jumlah petani menjadi semakin banyak untuk konsentrasi mengembangkan pertanian dan menambah sentra produksi hortikultura di Sumba. Untuk itu program multiplikasi Stube HEMAT mengajak kelompok tani Matawai belajar bersama dan mempelajari petunjuk teknis budidaya cabe rawit dan tomat dengan lokasi di kelurahan Malumbi, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur.

 

 

Petani di Malumbi pada umumnya adalah pengrajin dinding bambu (gedek). Selain bertani mereka memiliki ketrampilan menganyam, dan untuk menopang hidup sehari-hari, mereka memproduksi anyaman untuk dijual. Ketrampilan menganyam mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan ketrampilan bertaninya, oleh karena itu pengetahuan teknis budidaya tanaman hortikultura khususnya tanaman cabe dan tomat perlu ditingkatkan. Pelaksanaan pelatihan dilakukan atas kerjasama program multiplikasi Stube HEMAT dan kelompok tani Matawai bertempat di kelurahan Malumbi (Senin, 30/01/2023). Peserta dalam kegiatan ini terdiri dari orang tua dan juga beberapa orang muda. Antusias mereka di lapangan cukup baik dengan munculnya beberapa pertanyaan berkaitan dengan toping pucuk pada tanaman cabe dan pemangkasan daun bawah pada tanaman tomat, karena hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi mereka.

 

 

Toping pucuk yang dilakukan pada tanaman cabe bertujuan untuk memperbanyak tunas baru di bawah cabang V sehingga tanaman cabe akan memiliki tangkai buah yang banyak dan setiap pohon akan memproduksi buah cabe yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman cabe yang tidak mengalami perlakuan toping. Kondisi tanaman yang ditoping cenderung pendek dan bundar. Pada tanaman tomat dilakukan pemangkasan daun bawah dan tunas bawah. Tujuan dilakukan hal ini untuk memaksimalkan produksi buah, nutrisi yang diberikan pada tanaman akan fokus pada proses pembungaan dan pembesaran buah. Tingkat serangan jamur dan bakteri pada tanaman tomat yang sudah dipangkas akan berkurang dan intensitas cahaya akan lebih maksimal. Selamat berproses teman-teman petani Matawai. ***

 


  Bagikan artikel ini

Perempuan Dan Kesehatan Reproduksi

pada hari Kamis, 19 Januari 2023
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
 
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.          

 

Remaja perempuan korban pergaulan bebas yang berahir dengan kehamilan di luar nikah tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga ditemukan di kecamatan Nggaha Ori Angu. Hal ini terjadi karena usia remaja, khususnya di pedesaan, mengalami pergeseran nilai sehingga terjebak dalam pergaulan bebas dan perilaku seks pra nikah. Hal ini ditunjang dengan teknologi informasi yang semakin maju dan mudah diakses, sehingga para remaja bisa memanfaatkan sekaligus menerima dampak negatif.

 

 

 

Remaja perempuan perlu mengetahui dan menjaga kesehatan organ reproduksi, karena mereka paling rentan terinfeksi HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual (PMS). Oleh karena itu, permasalahan kesehatan reproduksi remaja perlu mendapatkan perhatian khusus. Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba bekerja sama dengan lembaga Child Fund tergerak mensosialisasikan hal ini padaremaja di desa Tanatuku mengingat usia ini mudah terpengaruh dengan hal-hal yang baru, baik positif maupun negatif. Ketidaktahuan pada masalah reproduksi bisa berujung kehamilan pra nikah, aborsi, seks bebas, dan bahkan penyalahgunaan obat.

 

 

 

Sosialisasi dilakukan di rumah tenun Kawara Panamung oleh Viktor Ndena dari lembaga Child Fund (Jumat, 18/01/2023). Kegiatan sosialisasi ini juga dihadiri beberapa pemuda desa sebagai generasi yang peduli. Remaja yang hadir dibekali dengan materi kesehatan reproduksi dan akibat buruk dari pergaulan bebas. Pemateri juga memperkenalkan organ reproduksi pada laki-laki dan pada perempuan, dan cara merawat organ reproduksi. Setelah itu pemateri menjelaskan apa itu HIV/AIDS dan cara penularannya, yang bisa terjadi karena penggunaan jarum suntik yang berlebihan, sering berganti pasangan (hubungan seksual) dan melalui tranfusi darah yang terkontaminasi HIV/AIDS.

 

 

 

Pada kesempatan ini Alfin Lestari, seorang pemuda desa memberikan pemaparan mengenai pergaulan remaja sekarang yang akan mempengaruhi kehidupan ke depan. Yulen Tanggu Hana, mahasiswa STT Lewa juga turut memberikan pandangan bagaimana menjadi remaja yang sehat dan bebas dari pergaulan buruk. Ia bertanya, “Apakah ada remaja di sini yang sudah punya pacar?” Para remaja pun serentak menjawab “Ya” sambil tersipu malu. Yulen pun kembali mengingatkan agar berhati-hati dalam berpacaran. Viktor sekali lagi menegaskan akibat dari pergaulan bebas yang akan berimbas pada diri sendiri, seperti dikucilkan oleh lingkungan, menanggung rasa malu, merasa rendah diri bahkan menjalani masa depan yang suram.

 

 

 

 

Sosialisasi ini diharapkan dapat mengedukasi para remaja di desa Tanatuku, agar dapat memahami dan menjaga kesehatan reproduksi serta dapat menginformasikan tentang kesehatan reproduksi kepada teman sebaya di sekitarnya. ***

 

 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua