Menyiram Sambil Ngopi

pada hari Rabu, 16 November 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Pertanian

Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Pertanian.          
 

 

Belajar irigasi tetes ternyata tidak hanya diminati oleh sekelompok orang muda, melainkan beberapa orang tua juga memiliki niat yang tinggi mempelajari irigasi tetes karena model ini dilihat sangat praktis, menghemat waktu dan tenaga. Melalui kegiatan program Multiplikasi Stube HEMAT yang diselenggarakan di Kelurahan Malumbi (Selasa, 15/11/2022) pukul 16.00 WITA sampai selesai, multiplikator melakukan pendampingan di Kelompok Tani Matawai berkaitan manfaat irigasi tetes dan petunjuk teknis merakit irigasi tetes. Dalam pelatihan ini peserta juga diajarkan pemilihan benih unggul dan berkualitas, pemilihan media semai, rumah semai dan teknik persemaian yang benar, pemberian nutrisi tanaman dan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.

 

 

Peserta yang hadir dalam pelatihan ini cukup aktif belajar irigasi tetes, mereka berharap agar pendampingan ini terus dilakukan sampai mereka benar–benar paham dan bisa mandiri melakukan usaha pertanian hortikultura. Saat melakuan proses instalasi salah satu anggota berkelakar dalam bahasa Kambera, ”Ndapa jilli ndoku apa yiana, mangahung sambil unu nda kopi ba” yang artinya bahwa dengan sistem irigasi tetes ini tidak capek lagi karena sambil menyiram, bisa menikmati kopi. Ada juga peserta yang berangan-angan mengembangkan irigasi ini di lahan–lahan kering yang mereka miliki yang selama ini belum diolah secara maksimal karena kendala air.

 

 

Adapun harapan yang ingin dicapai dari kegiatan pendampingan ini yakni, peserta memahami irigasi tetes dan dapat dimanfaatkan di lokasi usaha pertanian masing–masing. Salah satu isu yang belum menjadi fokus perhatian adalah masalah sumber daya petani, oleh karena itu perlu untuk terus meningkatkan pengetahuan petani. Harapan terakhir adalah petani bisa maju, mandiri, modern untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia. (FFKB) ***

 


  Bagikan artikel ini

Berkolaborasi Untuk Sebuah Gerakan

pada hari Selasa, 25 Oktober 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Pertanian
 
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Pertanian.         

 

Secara global, kita sedang diperhadapkan dengan tiga persoalan besar pasca pandemi Covid–19 yakni isu krisis pangan global, krisis energi dan krisis digital. Tiga persoalan ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global karena pandemi Covid–19, serta perang Rusia-Ukraina. Masalah pangan menjadi topik utama yang dibahas di beberapa negara. Ditambah lagi kondisi akhir-akhir ini dengan perubahan iklim yang tidak menentu dan banyak petani yang mengalami kegagalan panen. Di Indonesia sendiri, pemerintah berusaha meningkatkan produksi pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan produk impor dan menjaga stok demi kestabilan harga.

Menurut Kasdi Subagyono selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dan sekaligus ketua ADM RI, ”Gejolak pangan yang terjadi saat ini menguji ketahanan pangan di banyak negara, untuk itu diperlukan transformasi sistem pangan yang mampu membantu meningkatkan daya tahan terhadap ketersediaan pangan, kecukupan kalori dan protein. Gejolak harga pangan yang fluktuatif serta maraknya restriksi ekspor yang dilakukan oleh beberapa negara produsen pangan, semakin membuat disrupsi ketersediaan pangan global menjadi tidak terkendali. Isu pertanian ketiga yang tidak kalah penting adalah pengembangan agripreneurial inovatif melalui digitalisasi pertanian untuk meningkatkan penghidupan petani khususnya di daerah pedesaan.”

 

Kolaborasi dengan Bank NTT

 

Dari beberapa persoalan di atas, STUBE HEMAT melalui program multiplikasi memberi respon melalui gerakan–gerakan pendampingan Petani Muda dalam hal ini penguatan sumber daya manusia untuk mengolah potensi secara bijak dan cerdas dan akhirnya bisa memenuhi kebutuhan pangan dan berpengaruh pada peningkatan ekonomi. Gerakan yang sudah dilakukan oleh STUBE HEMAT yakni menginisiasi terbentuknya kelompok tani muda di Kelurahan Lambanapu dengan nama kelompok “Kelompok Tani Tunas Baru”. Kelompok Tani ini beranggotakan orang muda dengan jumlah 26 orang dan merupakan satu-satunya kelompok orang muda yang ada di Kabupaten Sumba Timur.

Untuk terwujudnya satu gerakan pembangunan pertanian, kelompok tani Tunas Baru bekerjasama dengan beberapa pihak yakni perusahaan benih Panah Merah. Keunggulan perusahaan ini adalah pendampingan ekstra terkait petunjuk teknis budidaya tanaman hortikultura dari pengenalan benih hingga pasca panen. Bentuk kolaborasi juga dilakukan dengan pemerintah setempat dan mendapat dukungan dari bupati Sumba Timur dalam bentuk bantuan perpipaan dan selang drip.

 

 

Yang terbaru ini adalah dukungan dari DPR-RI Komisi B, Yohanis Fransiskus Ansy Lema, S.IP., M.Si, melalui kegiatan P2L (Program Pekarangan Pangan Lestari). Ketua DPRD Propinsi NTT, Ir. Emilia Julia Nomleni juga meluangkan waktu untuk berkunjung di lokasi pusat studi petani muda sekaligus berdiskusi tentang motivasi dan gerakan petani muda. Membangun relasi dengan toko pertanian Karya Agung untuk menyediakan kebutuhan yang diperlukan oleh petani di lapangan. STUBE HEMAT juga membangun kerja sama dengan lingkup akademisi yakni Universitas Kristen Wira Wacana-Sumba untuk mengajak teman-teman muda belajar bersama terkait ilmu pertanian yang menjadi bekal sebagai aktor pemerhati pangan di desa.

Jejaring yang dibangun tidak hanya terbatas pada lembaga tetapi juga tokoh-tokoh kunci yang membantu menjadi motivator, narasumber yang berperan menghubungkan jejaring yang bisa bekerja sama dengan petani muda. Petani muda siap berjejaring dan berkolaborasi. ***


  Bagikan artikel ini

Miliki Karakter Wirausaha

pada hari Sabtu, 22 Oktober 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.          

 

Karakter wirausaha merupakan faktor penting dalam mempertahankan jalannya bisnis. Karakteristik wirausahawan yang kuat akan mampu membantu wirausahawan tetap bertahan menghadapi persaingan bisnis yang semakin hari semakin ketat. Dalam menjalankan usaha, yang diperlukan bukan hanya modal dana, teknik pemasaran, dan promosi, namun juga dibarengi karakter wirausaha yang kuat. Karakter ini berguna dalam membangun dan memimpin sebuah bisnis seperti usaha tenun yang sedang digeluti oleh ibu-ibu penenun di Tanatuku. Karena pentingnya pembinaan karakter wirausaha, Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba mengadakan diskusi bertopik ‘Karakter Wirausaha’ bersama ibu-ibu kelompok tenun Kawara Panamung di rumah Tenun Tanatuku (Jumat, 21/10/2022).

 

 

Pada kesempatan ini, Hotmaida Pangaribuan, S.Par, sebagai narasumber memberikan pemahaman tentang pengertian karakter wirausaha kepada kelompok perempuan penenun Tanatuku. Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu yang dapat membedakan seorang dari yang lain, baik pada lingkup keluarga, masyarakat dan negara. Wirausaha merupakan suatu tindakan pengambilan resiko untuk menjalankan kerja sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru yang berkembang dan mandiri. Ada 3 kebiasan yang menghambat jalannya usaha, yaitu: 1) lingkungan selalu ada dalam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan untuk memulai sesuatu baru yang menimbulkan resiko; 2) kemampuan untuk berdiri atau bertahan dan mengembangkan usaha sendiri tanpa mengandalkan bantuan pemerintah atau bantuan pihak lain; 3) lemahnya kemampuan melihat dan menciptakan peluang untuk memanfatkannya dengan kegiatan positif. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kebiasaan di atas maka karakter berani, mandiri, dan kreatif harus ditanamkan pada diri pelaku wirausaha. Disamping itu ada 4 poin karakter wirausaha yang narasumber sampaikan kepada ibu-ibu penenun, yaitu karakter mandiri, komitmen, tanggung jawab dan integritas.

 

 

Setelah memberikan materi, narasumber bertanya apakah mereka sudah memiliki keempat karakter wirausaha tersebut, dan sudah mencapai berapa persen. Asri Kaita Endi, salah satu peserta diskusi merespon bahwa dari keempat karakter tersebut sudah 70% ia capai, namun ia mengakui mesti harus belajar banyak lagi. Narasumber dibantu Ince Anika Salean dan Nur Pariwana mengajak para peserta berada dalam kelompok kecil dan melakukan sharing bersama. Kelompok usia senior didampingi oleh Hotmaida, ibu-ibu muda didampingi oleh Ince Anika Salean dan para perempuan lajang didamping Nur Pariwana. Diskusi kecil tersebut membahas karakter apa yang paling sulit dan apakah ada kendala saat menerapkannya.

 

Yayanti Langga, Mahasiswa Unwina Prodi Peternakan mengakui bahwa karakter komitmen yang sangat berat diterapkan. “Gampang sekali saya berucap bahwa saya akan berkomitmen untuk melakukan sesuatu hal apapun itu namun susah untuk saya lakukan secara aksi nyata”, tegasnya. Begitu juga peserta lainnya, mereka mengakui hampir semua karakter tidak tuntas untuk mereka terapkan. Di akhir sesi, narasumber menawarkan kepada peserta jika ingin keempat karakter terlaksana dengan baik, hal utama yang harus dilakukan ialah memiliki hati yang taat, karena akan menolong kita mengenal Tuhan sehingga penyertaan dan pimpinan Tuhan selalu ada, dan apa yang kita kerjakan diberkati dan dibuat berhasil untuk kemuliaan nama Tuhan. Di akhir sesi narasumber menutup diskusi dengan mendoakan para peserta yang hadir. ***

 


  Bagikan artikel ini

Maju Bersama Rumah Tenun Tanatuku

pada hari Kamis, 20 Oktober 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Pemberdayaan Perempuan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Pemberdayaan Perempuan.          

 

Masyarakat di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur mengandalkan hidup dari kegiatan bertani atau beternak, selain itu menenun kain adalah mata pencaharian yang tak kalah penting. Di beberapa daerah di Sumba Timur, membuat kain tenun ikat sudah menyatu dengan kesibukan sehari-hari, khususnya kaum perempuan di sela-sela kesibukan mengurus rumah tangga dan membantu suami bekerja di ladang. Khususnya para pemuda dan kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok tenun Kawara Panamung, dalam dua tahun terakhir ini tidak lagi hanya memiliki kegiatan di rumah mengurus rumah tangga dan berkebun, namun juga sibuk menekuni tenun ikat. Bermula dari Program Multipilkasi Stube HEMAT di Sumba dengan kegiatan pemberdayaan perempuan di desa Tanatuku, Kecamatan Nggaha Ori Angu. Jika dulu desa ini tidak ada penenun, melalui program ini, Tanatuku sudah memiliki dua puluhan perempuan yang menekuni tenun.

 

Pendeta Dr. Tumpal M.P.L Tobing, Mag. Theol, salah satu Pembina Lembaga Stube HEMAT Indonesia bersama Dema Mathias, seorang pengembang IT, berkesempatan mengunjungi kelompok tenun Kawara Panamung di Tanatuku (Rabu, 19 Oktober 2022). Ini menjadi kesempatan berharga dan bersejarah bagi para peserta kelompok tenun dan menyambut dengan memberikan selempang selendang tenun diiringi tarian anak-anak sekolah minggu dan kayaka-kakalak (salam selamat datang) oleh ibu-ibu sambil berjalan bersama menuju rumah tenun.

 

 

Setelah tiba di rumah tenun, Alfin Lestari pembawa acara menyapa para peserta yang hadir dan kegiatan dibuka dengan doa, dilanjutkan sambutan Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd, multiplikator Stube HEMAT di Sumba. Elisabeth menceritakan pengalaman dan dinamika berproses bersama peserta kelompok tenun. Dalam sambutannya, Pdt. Tumpal sangat bersyukur bisa hadir dan bertemu langsung dengan para perempuan penenun di tempat ini. Beliau mengapresiasi semangat ibu-ibu di Tanatuku untuk berada dalam satu kesatuan maju bersama dan tidak menyangka dampak dari program Stube HEMAT sangat besar. Pada kesempatan itu juga diceritakan bagaimana sejarah lembaga Stube HEMAT dibawa dari Jerman ke Indonesia dan betapa penyertaan Tuhan begitu nyata hingga saat ini. Salah seorang peserta bernama Katrina Pindi Njola ditanya mengapa mau belajar tenun. Ia tegas menjawab, “Saya penasaran dan mau tahu bagaimana proses pembuatan tenun.” Sementara seorang peserta lain Bernama Debi Hada Inda menambahkan, “Saya mau belajar dan mau mendapat penghasilan dari tenun.” Pdt. Tumpal kembali memotivasi peserta kelompok agar selalu bersemangat dan terus berdaya juga berkarya bersama.

 

 

Kepada peserta, Dema Mathias menyampaikan bagaimana pentingnya peran media dalam kehidupan  saat ini. “Saya melihat wajah ibu-ibu di sini seperti tidak asing lagi, karena saya sering melihat aktivitas ibu-ibu ketika Elisabeth upload ke media seperti Facebook dan YouTube. Sehingga terlihat jelas dampak dan manfaat media. Walaupun kami tinggal di Jakarta tetapi bisa memantau dan mengetahui aktifitas teman-teman di sini melalui media. Oleh sebab itu gunakan dan manfaatkan media sebaik mungkin untuk mempromosikan kegiatan agar diketahui oleh banyak pihak”, tambahnya. Karena sejak rumah tenun dibangun, baru saat ini digunakan, Elisabeth meminta Pendeta Tumpal mendoakan rumah tenun agar menjadi rumah yang memberikan keteduhan, kenyamanan bagi yang menggunakannya, juga sekaligus tempat perjuangan kaum perempuan untuk maju. Dari rumah tenun inilah kaum perempuan khususnya di Tanatuku belajar mencintai budayanya sekaligus mengenal dunia. Majulah kaum perempuan! (EUN) ***

 


  Bagikan artikel ini

Mengolah Pakan Fermentasi untuk Ternak Babi

pada hari Rabu, 19 Oktober 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Peternakan.          

 

Kegiatan Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba di bidang Peternakan mendapat ‘suntikan’ semangat dengan kehadiran Pdt. Tumpal M.P.L. Tobing Mag. Teol., salah satu board Stube HEMAT dan Dema Matias, praktisi IT di Yogyakarta. Pdt Tumpal memperkenalkan kepada peserta tentang program Stube HEMAT, sejarahnya yang terinspirasi dari Stube yang ada di Jerman, mengapa Stube HEMAT ada di Indonesia, program yang telah dilakukan dan program yang akan dilakukan.

 

 

 

Diskusi semakin menarik dengan hadirnya para aktivis Stube HEMAT ketika menjadi mahasiswa di Yogyakarta, antara lain Stefanus Makambombu, Pdt Dominggus Umbu Deta, dan Yulius Anawaru, serta Frans Fredi, Multiplikator Stube HEMAT di Sumba yang mengerjakan pertanian. Mereka menceritakan aktivitas dan pengalaman dalam pelayanan di Sumba. Tak kurang dua puluh lima mahasiswa dan pemuda gereja mengikuti diskusi ini. (Selasa, 18/10/2022).

 

Dari diskusi berlanjut ke pelatihan Mengolah Pakan Fermentasi untuk Ternak Babi. Para peserta yang berminat pada ternak babi mengikuti pelatihan ini sebagai upaya peningkatan kapasitas dan sebagai jawaban atas mahalnya pakan ternak babi pabrikan. Ini penting karena ketersediaan pakan yang mudah dan murah menjadi faktor penting dalam kelangsungan ternak babi mereka. Mudah artinya bisa mereka lakukan sendiri dan murah karena bahan-bahannya ada di sekitar tempat tinggal mereka. Di pelatihan ini peserta bersama Apriyanto Hangga, Multiplikator Stube HEMAT di Sumba di bidang peternakan mengenal jenis bahan-bahan yang bisa diolah untuk pakan ternak dan proses pembuatannya.

 

 

 

Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain, EM 4, gula pasir, ampas tahu, dedak, ampas padi, batang pisang. Sedangkan alat-alat yang digunakan meliputi pisau atau parang, ember, drum besar, dan plastik polos. Proses pembuatan adalah sebagai berikut, (1) cincang halus semua dedaunan hijau dan batang pisang. (2) larutkan EM4 dan gula dalam satu ember air. (3) Campur dedaunan hijau, batang pisang, dedak, dan ampas tahu sampai benar-benar merata (4) percik adonan menggunakan larutan EM4 dan gula, aduk sampai merata (5) masukkan ke dalam drum besar dan padatkan campuran bahan tadi. (6) tutup drum menggunakan plastik untuk menghindari kontak dengan udara luar, dan biarkan berproses selama tiga sampai empat hari.

 

 

 

Narasumber juga memberikan ciri-ciri fermentasi yang berhasil, antara lain, plastik di ember tampak menggembung, warna bahan berubah menjadi kecoklatan dan empuk ketika dipegang. Selanjutnya pangan fermentasi ini siap diberikan pada ternak babi. Bahan pangan fermentasi ini sangat baik karena mengandung nutrisi dan vitamin yang baik bagi pertumbuhan ternak babi.

 

Kemampuan mengolah bahan-bahan lokal menjadi pakan fermentasi untuk ternak babi menjadi langkah maju para peternak babi untuk meningkatkan kualitas SDM dan mewujudkan kemandirian peternak khususnya mencukupi kebutuhan pakan. Jadi, apakah masih ragu untuk menekuni usaha peternakan babi? ***

 


  Bagikan artikel ini

Abon Babi, Terobosan Kuliner Sumba

pada hari Jumat, 14 Oktober 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan.          

 

 

 

Peternakan merupakan sektor penting di Sumba Timur untuk terus berkembang, salah satunya peternakan babi setelah dihantam virus beberapa waktu lalu. Perlahan peternakan babi di Sumba Timur bangkit dan populasi ternak babi semakin meningkat dengan keterlibatan berbagai pihak dari peternak babi, pemerintah dan lembaga yang concern pada pengembangan peternakan. Ada beragam upaya yang dilakukan untuk mendukung peningkatan ternak babi di Sumba Timur, dari vaksin kesehatan ternak, penyediaan induk dan anak babi berkualitas, penguatan SDM peternak dan jaringan kelompok peternak, pembuatan pakan alternatif dan pengolahan produksi ternak.

 

Pemberdayaan SDM di bidang peternakan menjadi perhatian Stube HEMAT melalui program Multiplikasi untuk mewujudkan peternak babi yang mandiri dari penyediaan bibit, pembesaran, pengadaan pakan sampai pada pengolahan daging babi. Upaya pengolahan dari hulu ke hilir ini menjadi usaha yang diproyeksikan menguntungkan dan berkelanjutan.

 

 

 

Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba berinisiatif mengadakan pelatihan pembuatan abon daging babi yang diikuti dua puluh empat peserta dari peternak babi, anak muda setempat dan mahasiswa. Di pelatihan ini Ferniyanti Rambu dan Apriyanto Hangga berperan sebagai instruktur (13/10/2022). Dari diskusi awal, setiap peserta mengatakan sudah pernah makan abon tetapi tidak tahu bagaimana membuatnya dan apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan.

 

Narasumber memaparkan materi berkaitan dengan potensi ternak babi di Sumba Timur dan kuliner berbahan dasar daging babi adalah salah satunya. Ia kemudian memperkenalkan bahan-bahan abon daging babi dan tahapan pembuatannya. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah daging babi, bawang merah, bawang putih, merica, lada, pala, kunyit, daun serai, garam, minyak goreng, dan santan kelapa. Para peserta membagi tugas dan mengerjakan tahapan sesuai arahan narasumber.

 

 

 

Tahapan pembuatan abon babi mencakup proses sebagai berikut: (1) Merebus daging babi hingga empuksekitar 60 menit dan selanjutnya mencacah daging babi sampai berbentuk cacahan kecil. (2) Kupas dan haluskan semua bumbu, gunakan pencampur untuk bumbu tercampur dengan baik. (3) Goreng bumbu dengan minyak hingga matang dan masukkan santan kelapa. (4) Selanjutnya masukkan daging babi menjadi satu dan goreng hingga kering dengan api kecil untuk menghindari gosong. (5) Setelah kering letakkan daging babi di kain bersih dan pres minyaknya hingga benar-benar kering dan abon babi sudah siap disajikan.

 

Narasumber mengingatkan bahwa abon ada dua macam, yaitu abon siap saji, abon yang disajikan setelah proses goreng dan penyaringan. Ini biasanya tidak tahan lama karena masih relatif basah oleh minyak goreng. Kemudian yang kedua, abon kemasan, yaitu abon yang melalui proses dua kali goreng untuk memastikan abon benar-benar kering, sehingga lebih awet ketika dikemas.

 

 

 

Dari bekal ini peternak babi tidak hanya bergerak pada pemeliharaan babi, penyediaan anak babi maupun pembesaran, tetapi memiliki alternatif menjual dan mengolah daging babi. Pelatihan pengolahan produk daging babi menjadi abon daging babi menjadi produk pangan alternatif, bahkan potensial menjadi unggulan oleh-oleh khas Sumba Timur, dan pada akhirnya menciptakan lapangan perkerjaan baru bagi masyarakat. Ayo peternak babi Sumba Timur, ambil peluang ini. Pasti bisa! ***


  Bagikan artikel ini

Mengenal & Memilih Dua Metode Irigasi

pada hari Jumat, 30 September 2022
oleh Frans Fredy Kalikit Bara, S.E.
Oleh Frans Fredy Kalikit Bara, S.E.          

 

Dalam aktivitas pertanian, irigasi merupakan salah satu bagian yang cukup penting, karena merupakan sumber hidup tanaman dan hal ini adalah salah satu pekerjaan yang cukup berat di sisi petani. Irigasi juga menjadi salah satu penentu untuk meningkatkan hasil produksi yang maksimal dalam aktivitas usaha di bidang pertanian hortikultura. Pulau Sumba Secara umum memiliki potensi sumber daya tanah yang cukup luas dan memiliki sumber daya air yang cukup melimpah, namun pada kenyataannya masih cukup banyak lahan yang belum dikelola secara maksimal oleh petani, oleh karena itu dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengelola potensi sumber daya alam tersebut. Melihat dari persoalan di atas STUBE HEMAT mengangkat tema diskusi tentang ”Sistem irigasi lap dan sistem irigasi tetes pada tanaman hortikultura”. Tema ini bertujuan untuk mengajak para petani muda dalam hal ini mahasiswa dan pemuda gereja mempelajari dua metode irigasi ini dan mengetahui manfaatnya.

 

 

Kegiatan dilakukan di Lokasi Pusat Studi Pertanian Hortikultura–Lambanapu (Rabu, 28/09/2022). Adapun peserta yang ikut pelatihan ini terdiri dari mahasiswa, anggota petani muda Panah Merah dan juga pemuda gereja yang baru menyelesaikan studi dan berkomitmen menjalankan usaha pertanian hortikultura. Dalam pelatihan ini, narasumber menjelaskan keunggulan dan kelemahan dari sistem irigasi lap dan sistem irigasi tetes. Narasumber tidak hanya menjelaskan materi di dalam ruangan tetapi juga mengajak peserta di lokasi untuk mengenal lebih dalam manfaat praktis dua metode irigasi yang dipelajari.

 

 

Irigasi tetes memiliki beberapa keunggulan yakni: 1) Meningkatkan nilai guna air, menghemat penggunaan air, 2) Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, 3) Pemberian air yang tepat sasaran dan terukur, menekan pertumbuhan gulma, 4) Menghemat tenaga kerja, 5) Penyiraman serentak dalam jumlah populasi tertentu. Adapun kelemahannya adalah: 1) Sering terjadi penyumbatan pada lubang emitter sehingga memerlukan perawatan yang intensif, 2) Membatasi pertumbuhan tanaman. Pemberian air yang agak terbatas pada sistem irigasi tetes akan menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat, 3) Sistem irigasi tetes memerlukan biaya yang cukup tinggi, 4) Anti terhadap zat kapur, air berlumut dan berlumpur.

 

 

Keunggulan irigasi lab yakni: 1) Tanaman dan lahan tidak akan pernah kekeringan, 2) Petani memiliki banyak waktu  melakukan pekerjaan lain, 3) Dalam seminggu bisa dilakukan hanya 2 kali penyiraman. Kelemahan dari sistem irigasi lab: 1) Pertumbuhan tanaman tidak terlalu baik karena akar yang terendam permanen tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup, 2) Tingkat pertumbuhan gulma cukup tinggi, 3) Tanah cepat padat, 4) Unsur hara dalam tanah mudah terkikis, 5) PH tanah cepat drop.

Dua metode irigasi di atas memiliki keunggulannya masing–masing dan petani tinggal memilih sesuai dengan kondisi lahan yang dimilikinya. Adapun harapan yang ingin dicapai dari pelatihan ini yakni peserta mengetahui lebih mendalam terkait sistem irigasi tetes dan sistem irigasi lab, mampu menerapkannya di lahan masing–masing, bisa membandingkan penyiraman secara konvensional dengan irigasi lab dan irigasi tetes, dapat mengambil keputusan yang cerdas dalam menentukan pilihan dari dua metode irigasi yang dipelajari.

Para peserta cukup antusias mengikuti kegiatan ini dan salah satu peserta bernama Berto menyampaikan, “Pelatihan ini memberi ilmu baru bagi saya dan saya berharap pada pelatihan selanjutnya kita bisa sama–sama berdiskusi tentang gerakan–gerakan ekonomi kreatif yang dilakukan komunitas orang muda.” Anak muda, terus berkarya. ***

 

 

 


  Bagikan artikel ini

Perempuan, Perlu Mandirikah?

pada hari Kamis, 29 September 2022
oleh Elizabeth Uru Ndaya, S.Pd.
Elizabeth Uru Ndaya, S.Pd.          

 

Perempuan menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai stigma. Salah satu yang paling melekat sejak zaman dulu adalah perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah, tidak berdaya, dan selalu bergantung pada laki-laki. Namun seiring berjalannya waktu, stigma tersebut perlahan-lahan tergantikan. Saat ini sudah banyak sosok perempuan inspiratif yang bisa menjalani hidup dengan mandiri dan bisa berdiri di kakinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya partisipasi perempuan di berbagai bidang. Tidak hanya itu, perempuan juga berani mengambil keputusan sendiri, tegas, berani mengutarakan opini dan pendapatnya, memiliki kepercayaan diri, serta berpegang teguh atas pendiriannya. Karena itu sangat penting bagi perempuan untuk menjadi sosok yang mandiri dalam hal apapun, baik itu dalam karier, cinta, keuangan dan lain sebagainya. Terkait hal ini, kelompok tenun Kawara Panamung membahas topik “Mengapa perempuan perlu mandiri” dengan narasumber Martha Hebi, aktivis perempuan yang tegas dan hebat (Rabu, 28/09/2022).

 

 

Di awal diskusi, Martha Hebi mengajak peserta belajar mengenali diri mereka terlebih dahulu, ia juga menyentil peserta dengan pertanyaan apakah laki-laki dan perempuan berbeda. Semua peserta serentak menjawab laki-laki dan perempuan berbeda. Narasumber bertanya lagi, apa perbedaannya? Mama Kalita Mboru dengan tegas menjawab bedanya laki-laki mencari nafkah perempuan mengurus rumah tangga. Mama Yustina menambah, perempuan bisa mengandung dan menyusui sedangkan laki-laki tidak. Peserta lainnya menjawab perempuan rambutnya panjang sedangkan laki-laki rambutnya pendek, sambil tersenyum Martha Hebi merespon, “Suami saya rambutnya gondrong tetapi dia laki-laki” serentak peserta merespon dengan tertawa. Melihat ibu-ibu kelompok tenun belum terlalu paham akan perbedaan yang signifkan dari perempuan dan laki-laki, selanjutnya ia menjelaskan pengertian kodrat/sex dan perilaku gender beserta ciri-cirinya kepada peserta sehingga mampu membedakan mana yang merupakan perilaku gender dan mana yang adalah kodrat dari Tuhan.

 

 

Setelah itu narasumber mengungkapkan pentingnya perempuan mandiri, karena salah satu penyebab terjadinya ketidakadilan gender terhadap perempuan yaitu perempuan sering dianggap sebagai kaum yang lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa selain sebagai ibu rumah tangga.  Jika perempuan tidak mandiri dan hanya berharap laki-laki yang menafkahi maka hak-hak sebagai perempuan akan susah terpenuhi dan rentan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Perempuan diharapkan mandiri secara finansial karena dapat memberikan kekuatan bagi perempuan untuk tidak bergantung terhadap orang lain, termasuk orang tua maupun pasangan, tegasnya. Selanjutnya Mama Katrina Njoloa sharing tentang pengalamannya dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Ia bercerita bahwa menjadi perempuan yang mandiri sudah melekat pada dirinya sejak masih sekolah dulu, karena harus mencari uang sendiri untuk biaya sekolah hingga menikah pun terus berusaha untuk menjadi perempuan yang mandiri, karna kalau hanya bergantung pasangan, mungkin anak-anaknya tidak ada yang sekolah karena kebutuhan sulit terpenuhi. Martha Hebi sangat mengapresiasi perjuangan hidup ibu Katrina Njola. Ada empat poin yang disarankan Martha Hebi agar bisa hidup mandiri, yaitu menggunakan skala prioritas, memiliki penghasilan sendiri, memiliki tabungan, dan memahami pentingnya investasi misalnya investasi emas, tanah dan property.

 

 

Di akhir diskusi narasumber menegaskan pentingnya perempuan berorganisasi. Ia sangat mengapresiasi semangat ibu-ibu di Desa Tanatuku yang terus berkarya dan berdaya bersama. Adanya kelompok tenun Kawara Panamung akan membantu perempuan menemukan wadahnya untuk menggali dan menuangkan potensinya, menjadikan kain tenun sebagai penghasilan tambahan juga dengan berorganisasi, perempuan bisa mencapai tujuan bersama dengan efisien dan efektif. Perempuan merupakan salah satu subjek kehidupan yang penting dan diharapkan memiliki andil dan peran dalam kehidupan bermasyarakat. Kelompok tenun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan peran dan fungsi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan untuk mewujudkan kondisi yang ideal. Kawara Panamung, Lai Nyuta Yaa !! ***

 


  Bagikan artikel ini

Perempuan Bersatu Perempuan Berdaya

pada hari Selasa, 13 September 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.         

 

 

 

Perempuan adalah manusia, hak perempuan adalah hak asasi manusia. HAM berlaku secara universal untuk semua orang yang artinya semua berhak atas perlindungan hak asasi dan kebebasannya. Perempuan memiliki hak dan kesempatan yang setara dengan gender lainnya. Sangat perlu ada perjuangan khusus untuk hak perempuan, karena banyak pelanggaran hak dan kesenjangan kesempatan yang dialami perempuan dan bahkan merugikan perempuan. Seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, kurangnya akses pendidikan dan lain sebagainya. Sudah ratusan tahun, gerakan hak perempuan berkampanye menghapus aturan, perilaku stigma dan tradisi yang tidak berpihak pada perempuan. Hingga saat inipun kampanye memperjuangkan hak perempuan terus didengungkan sebagaimana halnya Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba, memperkenalkan dan menyuarakan hak-hak perempuan pada mahasiswa dan komunitas perempuan. 

 

 

 

 

Sebuah diskusi menarik diselenggarakan di gedung gereja GKS Karunggu, bersama Komisi Perempuan GKS Jemaat Karunggu dengan narasumber Pdt. Dr. Irene Umbu Lolo, M.Th, dosen STT GKS, juga seorang aktivis perempuan (Senin, 12/09/2022). Narasumber menceritakan bahwa pelanggaran hak perempuan yang kerap terjadi adalah kekerasan berbasis gender, yaitu tindakan kekerasan yang dilakukan atas dasar identitas gender yang mengakibatkan penderitaan secara fisik yaitu berupa KDRT, pemerkosaan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan keguguran. Penderitan secara psikis yang terjadi mengakibatkan depresi, ketakutan, gangguan stress, dan munculnya pikiran untuk bunuh diri. Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Irene menegaskan bahwa jika ada kekerasan yang terjadi jangan pernah di bungkam, jangan takut untuk bersuara karena setiap kita punya hak untuk hidup tenteram. Ia bercerita pernah mendampingi seorang perempuan korban kekerasan dari suaminya sendiri, dimana suaminya menyiksa istrinya dalam waktu yang lama, bahkan melakukan segala cara untuk membunuhnya. Kekerasan yang dialami istri tersebut tidak hanya secara fisik namun juga psikis. Ia begitu menderita, hingga istrinya memutuskan untuk bersuara, dan terus menerima pendampingan yang pada akhirnya ia mendapatkan kembali haknya yaitu hak untuk hidup tentram dan bahagia.

 

 

Alfin Lestari seorang aktivis bertanya, “Terkadang perempuan yang merupakan korban ketidakadilan gender merasa nyaman saja dengan situasinya dan pasrah dengan perilaku ketidakadilan yang ia dapatkan. Dalam situasi seperti ini langkah-langkah apa yang bisa dilakukan agar mereka yang ada dalam situasi tersebut berani untuk bersuara untuk memperjuangkan hak-hak mereka?” Pdt Irene merespon bahwa pertama, perempuan harus paham haknya terlebih dahulu. Perempuan berhak untuk hidup dan mendapatkan kehidupan yang layak. Perempuan berhak untuk bebas, perempuan berhak untuk bahagia, perempuan berhak untuk sehat jasmani dan rohani, perempuan berhak untuk tetap terlihat cantik dan elegan. Seringkali perempuan kalau sudah berumah tangga, lupa untuk urus diri karena yang diurus hanya suami, anak-anak dan keluarga. Biasanya kalau berangkat ke gereja atau kemana saja, suami dan anak-anak terlihat rapi, tetapi istri, bahkan rambut lupa disisir. Komisi perempuan yang hadir saat itu merespon dengan tertawa tergelak.

 

 

Selain itu, tidak sedikit perempuan yang tidak tau haknya. Jika para perempuan menyadari penuh  hak-hak hidupnya, maka ia tidak akan terus membelenggu dirinya dalam situasi ketidakadilan. Perempuan yang hebat adalah perempuan yang mampu memperjuangkan haknya ditengah-tengah keluarga maupun lingkungannya. Perempuan juga berhak untuk bersosialisasi, jika perempuan sering bertemu dan berkumpul, maka perempuan akan kembali berdaya karena akan saling menguatkan, bergandengan tangan, membangun persaudaraan yang kuat dan membangin solidaritas.

Pada akhir diskusi, Pdt. Irene mengapresiasi semangat Komisi Perempuan untuk terus berorganisasi lewat kelompok perempuan tenun yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun dan berhasil memberi bekal ketrampilan kepada kaum perempuan. ***

 


  Bagikan artikel ini

Tidak Sulit Mengolah Sei Babi

pada hari Minggu, 11 September 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Peternakan          

 

Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba dengan fokus peternakan babi melanjutkan kegiatan praktek membuat kuliner berbasis daging babi. Kegiatan ini menjadi pengayaan pengetahuan dan keterampilan bagi para peserta sehingga tidak hanya beternak, tetapi juga terobosan usaha kuliner berbasis daging babi.  Ada enam belas peserta mengikuti pelatihan strategi pemasaran dan mengolah daging babi (Sabtu, 10/9/2022) di Waingapu. Oktoviana. C. Fanggidae, A.Md, dari Dinas Peternakan Sumba Timur menjadi pemateri diskusi dan praktek memasak sei babi.

 

 

 

 

Dalam paparannya, Oktoviana mengungkapkan bahwa setiap usaha perlu strategi, dan salah satunya adalah strategi pemasaran. Berkaitan dengan pengalaman pemasaran ada banyak teori atau strategi yang dapat diterapkan agar produk atau barang laku di pasaran. Pemasaran produk makanan berbasis daging babi perlu pasar khusus karena tidak semua orang mengkonsumsinya dan beberapa tahun terakhir ternak babi diserang virus ASF, sehingga penyediaan bahan daging babi harus teliti demi menjamin kualitas daging. Kondisi saat ini dengan adaptasi hidup normal baru pasca covid mengubah pola hidup penduduk dan strategi pemasaran, namun, ini bisa menjadi peluang usaha baru yang menggerakkan ekonomi masyarakat. Ketika pilihan produk kuliner sudah dipilih dengan kualitas dan rasa khas yang menjadi nilai jual atau branding produk, maka seorang pengusaha memetakan potensi konsumen, apakah dari lingkungan keluarga, sahabat dan kerabat, rekan kerja, orang tua teman bermain anak, jejaring organisasi dan tetangga sekitar. Ini menjadi promosi sederhana dari mulut ke mulut karena mudah dilakukan dan tanpa biaya.

 

 

Dalam praktek memasak sei babi, peserta mendalami cara mengolah sei dengan benar. Ada beragam olahan kuliner berbasis daging babi, namun yang menjadi tren kegemaran konsumen adalah daging sei babi. Sei sendiri artinya asap panas sehingga daging sei artinya daging asap atau daging dikeringkan dengan menggunakan asap panas atau dipanggang di atas tungku api. Cara memanggang seperti ini akan menghasilkan aroma dan citarasa yang khas, berbeda ketika dibakar.

Oktoviana mendampingi peserta mempersiapkan bahan-bahan termasuk tungku dan peralatan yang dibutuhkan, seperti arang, alat panggang, kayu dan daun kesambi dan alat dapur lainnya. Khusus kayu dan daun kosambi (schleisera oleosa) dipilih karena menghasilkan aroma yang khas. Bahan utama yaitu daging babi dan bumbu yang diperlukan, antara lain bawang merah, bawang putih, merica, garam. Proses pembuatannya, daging dipotong sesuai selera apakah memanjang atau pendek, biasanya melintang supayamudah menjadi lunak. Selanjutnya daging dilumuri garam dan campuran bawang merah, bawang putih dan merica yang sudah dihaluskan. Tunggu beberapa menit agar bumbu meresap dalam dagingSelanjutnya, bungkus daging babi dengan daun kosambi dan panggang di atas tungku selama kurang lebih 60 menit atau ketika daging sudah matang atau terlihat kering. Di tahap ini sei babi sudah bisa dikonsumsi, maupun diolah lanjut menjadi kuliner lain sesuai selera. Bahan sambal untuk sei babi, yaitu bawang merah, bawang putih, merica, lombok, garam, tomat, penyedap rasa, halia (jahe). Semua bahan ditumis dengan minyaksampai layu, dan selanjutnya dihaluskan dan sambal siap dihidangkan.

 

 

Kegiatan ini melengkapi peserta, tidak hanya memelihara ternak babi tetapi juga mengolah dagingnya, sehingga menjadi bekal untuk kemandirian peternak babi maupun peserta anggota Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba. Terus berlatih dan berani merintis usaha kuliner berbasisdaging babi! ***

 


  Bagikan artikel ini

Perempuan dan Tingkat Kepercayaaan

pada hari Minggu, 4 September 2022
oleh Alfin Lestari
Oleh: Alfin Lestari          

 

Perkembangan keterlibatan perempuan dari waktu ke waktu terus meningkat secara signifikan, hal ini bisa dilihat dari keterwakilan perempuan dalam berbagai organisasi. Namun jika berbicara tentang tingkat kepercayaaatas tanggung jawab yang diberikan kepada perempuan masih sangat minim karena perempuan seringkali dianggap sebagai pelengkap sajaMeskipun saat ini adalah zaman modernperempuan masih sering mendapatkaperlakuan yang tidak adil, bahkan menjadi korban kekerasan baik secara verbal maupun non verbal.

Di Sumba ada dua perbedaan kehidupan sosial yang nyata bagi laki-laki dan perempuan. Lingkungan masyarakat ditandai sebagai tempat pertama bagi laki-laki, dan perempuanlah yang akrab dengan lingkungan rumah tangga. Kebiasaan seperti inilah yang membuat banyak perempuan hanya mengasuh anak-anak dan berada dlingkungan rumah tangga. Selain itu, hal ini juga menyebabkan perempuan kurang berpartisipasi dalam arena politik, karena dipengaruhi secara kultural dan diperkuat oleh interpretasi agama, sehingga perempuan berada di posisi subordinat terhadap laki-laki atau masih dianggap sebagai mahluk yang berada di bawah kepemimpinan laki-laki. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan, berkaitan dengan kehidupan sosial, politik ekonomi maupun kehidupan pribadi itu sendiriumumnya perempuan tidak memiliki hak suara apalagi hak untuk mengambil dan memberi keputusan.

 

 

 

 

Dengan alasan di atas, Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba bersama 30 peserta mahasiswa STT GKS berdiskusi menyuarakan hak perempuan bersama narasumber Pendeta. Dr. Suryaningsih MilaM.Si di Aula STT GKS Lewa (Sabtu, 3/9/2022). Di awal diskusi, Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd memperkenalkan sedikit tentang Lembaga Stube-HEMAT dan menjelaskan tujuan diskusi tersebut. Setelah itu, Pdt. Ningsih memberikan arahan dan pandangan tentang stigma masyarakat terhadap perempuan. Ia mengatakan munculnya pandangan negatif terhadap perempuan karena dipengaruhi oleh budaya patriarki. Di pengantar diskusi, ia memberikan kesempatan kepada para mahasiwa untuk menyuarakan pendapat tentang tantangan bagi perempuan pemimpin, dan syarat menjadi pemimpin. Beberapa mahasiswa menyampaikan pemikiran dan pandangan mereka. Arniwati, mahasiswa theologi menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi perempuan ialah adanya keragu-raguan dari laki-laki yang menganggap bahwa perempuan tidak dapat dipercaya, karena dalam pandangan masyarakat perempuan hanya bertugas di dapur. Seorang mahasiswa lain yang bernama Ruth memberikan sarannya tentang syarat menjadi pemimpin ialah yang mampu dan berani bertanggung jawab terhadap apa yang sudah menjadi misinya.

 

 

 

 

Dalam tema women rights, leadership, and participation, Ovi, peserta yang hadir pada saat itu bertanya bagaimana caranya agar perempuan dapat dipercaya untuk menjadi  seorang pemimpin dalam organisasi maupun di lembaga masyarakatPendeta Suryaningaih merespon dengan mengatakan bahwa perempuan harus membangun kesadaran diri dan mengubah pola pikir menjadi aktif dan kreatif. Ia juga menegaskan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin masa depan,  perempuan bisa menjadi role model dan agen perubahan, dengan berangkat dari nilai-nilai hidup yang benar, adilselaras, peduli dan penuh empati. Perempuan mendukung sesama perempuan dengan mengispirasi memberdayakan dan bekerja sama, perempuan dapat berfikir dan bertindak strategis dan politis. Perempuan juga bisa berpartisipsi di ruang publik dan menembus ruang publik yang digenderkan. Dengan cara perempuan harus memiliki perspektif feminis, perempuan menguatkan kapasitas diri, percaya diri, dan perempuan perlu bekerja sama dengan laki-laki.

Di akhir diskusi, Pdt. Suryaningsih mengharapkan agar perempuan-perempuan masa kini mempunyai mimpi yang besar untuk dirinya. Bukan sekedar jadi ibu rumah tangga, tetapi  ke depannya juga menjadi perempuan yang inovatif, produktif dan partisipatif. ***

 


 

 


  Bagikan artikel ini

Budidaya Bawang Merah Dari Biji

pada hari Rabu, 31 Agustus 2022
oleh Frans Fredy Kalikit Bara, S.E.
Frans Fredy Kalikit Bara, S.E.          

 

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang dibutuhkan dalam konsumsi rumah tangga. Akhir–akhir ini harga bawang merah mengalami kenaikan akibat dari perubahan iklim dan banyak petani yang mengalami gagal panen. Selain bertani, petani juga diharapkan mampu melihat perubahan iklim untuk bisa terhindar dari ancaman gagal panen. Berdasarkan data Early Warning System (EWS) Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian pertanian, produksi bawang merah nasional April 2022 sebesar 157.121 ton, sementara Mei 2022 sebesar 153.513 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat produksi bawang merah secara nasional mengalami penurunan 11 persen. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, produksi tanaman sayuran menurut Kabupaten/Kota (Kuintal), 2019–2021, produksi bawang merah untuk Kabupaten Sumba Timur dari tahun 2019 sebesar 1.753 kuintal, dan pada tahun 2021 sebesar 1.385 kuintal.

STUBE HEMAT melalui program multiplikasi mengambil peran strategis untuk menjawab masalah–masalah sosial khususnya masalah kelangkaan pangan, oleh karena itu pelatihan ini fokus pada budidaya bawang merah dari biji (30/08/2022). Peserta yang hadir dalam pelatihan ini adalah mahasiswa, petani muda dan pemuda gereja.

Umumnya, petani tahu bahwa bawang merah dikembangkan dari umbi, namun dalam pelatihan ini narasumber menjelaslan bahwa budidaya bawang merah bisa dilakukan melalui persemaian  biji bawang atau langsung tanam benih langsung. Peserta kegiatan merasa bahwa ini adalah pengetahuan baru dan bisa segera dilakukan di pekarangan rumah masing–masing. Kegiatan pelatihan ini adalah salah satu bentuk dukungan untuk ketersediaan pasokan bawang merah di Sumba.

Beberapa tahapan budidaya bawang merah dari biji yakni; 1) Pemilihan benih bawang yang berkualitas, tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis benih bawang yang dimaksudkan adalah Sanren F1 dan Lokananta F1, 2) Pembuatan bedengan persemaian dengan lebar bedengan 120 cm dan pembentangan jerami padi di atas bedengan lalu dibakar, untuk membunuh jamur dan bakteri yang ada di dalam tanah, mengurangi pertumbuhan gulma, 3) Pembuatan larikan di bedengan dengan jarak 15 cm, 4) Mencampur biji bawang dengan fungisida berbentuk tepung dengan tujuan agar benih bawang terhindar dari serangan jamur dan bakteri atau dengan kata lain mencegah terjadinya pembusukan umbi pada saat di persemaian, 5) Menaburkan benih bawang di atas bedengan semai dengan jarak yang tidak terlalu rapat dan ditutup dengan jerami bakar, 6) Penyiraman dengan menggunakan mata gembor yang halus dan menjaga tingkat kelembapan hingga 90 persen, 7) Waktu persemaian kurang lebih 35 hari, setelah itu dilakukan proses penanaman dengan jarak tanam 10 cm : 10 cm, 8) Waktu yang dibutuhkan dari penanaman hingga usia panen adalah 75 hari. Hal yang diperhatikan pada saat panen adalah kondisi lahan kering, siapkan gudang agar bawang yang sudah dipanen terhindar dari air hujan dan embun.

Selamat mempraktekkan pengetahuan baru dari pelatihan ini dan anak muda menjadi garda terdepan ketersediaan bawang merah dan pangan pada umumnya di Sumba. ***

 


  Bagikan artikel ini

Memahami Hak Perempuan Merdeka

pada hari Kamis, 11 Agustus 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.          

 

Hak asasi manusia adalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh seseorang yang telah dilahirkan di dunia sebagai hak dasar dan mutlak yang dimiliki manusia tanpa adanya perbedaan bangsa, suku, agama, ras dan golongan. Baik itu hak mendapatkan kehidupan, maupun hak dalam berpendapat. Dengan adanya hak asasi manusia, maka perlindungan dari kekerasan, mendapat kebebasan dalam berpikir, kebebasan berekspresi dan lain sebagainya bisa diakomodir. Salahsatu hak asasi manusia yang sering disepelekan adalah hak atas perempuan. Di zaman yang semakin maju dan berkembang sekarang ini, perempuan seringkali menjadi salahsatu sasaran korban kekerasan dan ketika hal itu terjadi banyak perempuan yang hanya diam dan takut bersuara menyampaikan kepada keluarga atau pihak yang berwajib. Dengan alasan tersebut diatas, di awal program, Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba menyapa para perempuan kelompok tenun Kawara Panamung untuk bersama-sama berdiskusi menggali sejauh mana pemahaman tentang hak asasi sebagai perempuan.

 

 

Di sela-sela para perempuan penenun menyelesaikan proses mengikat benang tenun, multiplikator Stube HEMAT di Sumba, Elisabeth Uru Ndaya, mengajak kelompok tenun ini sharing bersama tentang topik besar yang akan ditekuni dan dipelajari selama 6 bulan ke depan mencakup; Hak perempuan, kepemimpinan dan partisipasi perempuan dalam segala aspek kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat (Rabu, 10/08/2022). Yang hadir tidak hanya anggota kelompok Kawara Panamung, tetapi juga mahasiwa Unwina yang sedang melakukan KKN di Tanatuku. Juga hadir suami dari para anggota kelompok untuk mendampingi. Pada kesempatan ini, Elisabeth membuka diskusi dengan membahas apa saja permasalahan-permasalahan yang sering mereka temui di kehidupan berumah tangga baik itu dari pengalaman mereka sendiri maupun orang lain. Memulai dengan sharing, beberapa dari peserta bercerita masih sering sekali ditemui tindak diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi di lingkungan sekitar seperti kasus KDRT.

Deby Hada Inda, seorang guru PAUD bercerita tidak hanya kasus KDRT bahkan kasus pelecahan pun masih sering terjadi, dan hanya karena kasusnya tidak diungkap jadi seolah-olah tidak terjadi apa-apa tegasnya. Anjas, mahasiswa KKN mengungkapkan kasus yang sering terjadi pada perempuan di sini kebanyakan tidak terungkap karena mereka lebih memilih bungkam dan berpikir bahwa tidak adanya kekuatan atau keberanian untuk melawan sehingga seringkali dijadikan korban. Pada diskusi tersebut disampaikan juga bahwa selain pelecehan, kasus kawin paksa pun masih sering ditemui di beberapa lokasi di Sumba Timur. Hal ini terjadi karena atas kesepakatan kedua belah pihak untuk lebih mementingkan belis atau mahar dari seorang perempuan. Selain sebagai budaya, belis menjadi salah satu cara agar keluarga dari pihak perempuan mendapatkan keuntungan.

 

 

Di sesi terakhir Elisabeth menanggapi bahwa tidak sedikit perempuan yang mengaku bahwa dirinya tidak berdaya ketika haknya dilanggar, perihal tersebut terjadi karena lemahnya tenaga yang perempuan miliki dibandingkan dengan seorang laki-laki. Rendahnya pendidikan perempuan juga karena adanya faktor ekonomi dan patriarki. Dengan adanya program pemberdayaan Stube HEMAT diharapkan dapat membantu perempuan-perempuan di Sumba Timur khususnya di Desa Tana Tuku agar merdeka atas hak-haknya. Perempuan juga diharapkan mampu merubah paradigma dan pola pikir sebagai perempuan yang lemah, tetapi harus bisa memperjuangkan haknya sebagai manusia yang memiliki hak-hak yang sama dan bukan objek kekerasan. ***

 


  Bagikan artikel ini

Menggagas Kuliner Babi di Sumba Timur

pada hari Senin, 8 Agustus 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan          

 

Daerah wisata tidak akan lepas dari kuliner khas daerah itu karena sajian kuliner menjadi bagian yang tak terpisahkan dan menjadi ‘pengingat’ bagi wisatawan yang pernah berkunjung ke tempat itu. Sumba Timur dan Waingapu khususnya, merupakan daerah dengan aneka ragam daya tarik wisatanyasehingga perlu membidik peluang wisata kuliner dengan bahan pangan khas Sumba Timur. Kuliner dengan bahan dasar daging babi, ikan laut, jagung maupun olahan khas lainnya bisa diangkat membidik peluang tersebut.

Pemikiran ini menjadi langkah lanjut program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba untuk peternakan babi menuju kemandirian peternak babi dan pemberdayaan masyarakat. Peternak babi tidak hanya membudidayakan ternak tetapi juga mengembangkan diri dan membangun jaringan untuk mengolah daging babi siap konsumsi atau kuliner berbasis daging babi. Selanjutnya, Apriyanto Hangga (Multiplikator Stube HEMAT di Sumba) bersama 24 persertayang terdiri dari mahasiswa Unkriswina, STT GKS, Pemuda Gereja dan peternak babi, mengadakan diskusi dan pemetaan peluang peternakan babi, manajemen pemasaran dan strategi usaha kuliner daging babi (Minggu, 7 Agustus 2022).

 

 

Narasumber diskusi saat ini adalah Yessi Tamu Ina, S.Pt., M.Si dan Apriyanto Hangga (Multiplikator Stube HEMAT di Sumba). Setiap usaha bisnis membutuhkan manajemen pemasaran, yang menjadi syarat penting perintisan usaha, supayausaha bisnis bisa berjalan baik dan mendatangkan keuntungan. Narasumber mengungkap beberapa hal penting untuk merintis usaha kuliner, antara lain: 1) Cermat membaca peluang saat ini maupun ke depannya, agar tepat memilih kegiatan usaha yang akan dijalankan dan berkesinambungan. 2) Mengenali pangsa pasar, untuk memetakan calon konsumen dan apa yang menjadi kebutuhan pasar, sehingga yang disediakan itu menjawab kebutuhan pasar. 3) Ketersediaan bahan dasar, menjadi modal dasar keberlanjutan dari usaha, apakah tersedia, mudah didapatkan, harga stabil untuk mengantisipasi kendala ketersediaan bahan ke depannya. 4) Promosi atau pemasaran, memanfaatkan beragam cara baik secara langsung maupun memanfaatkan media sehingga konsumen mengenal produk yang dihasilkan. 5) Ketepatan waktu, menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan konsumen ketika order dan menyelesaikan order, atau berkaitan dengan pengiriman produk ke konsumen. 6) Kemasan produk,memegang kunci kesan pertama di mata konsumen, jika kemasan menarik dan unik akan menjadi daya tarik tersendiri. 7) Ketepatan isi, antara label dalam kemasan produk sesuai dengan isi maupun konten yang ada, jangan sampai promosi berbeda dengan produknya. 8) Penentuan harga, perlu dipikirkan dengan cermat mengantisipasi perubahan harga yang berulang kali dan harga harus menyesuaikan pangsa pasar dan daya beli. 9) Nilai lebih atau keunikan produk, menjadi nilai tambah, ketika produk yang dihasilkan memiliki ciri khas atau nilai lebih yang membedakan dengan produk lainnya.

 

 

 

Merujuk pada kuliner berbahan dasar daging babi, ada beberapa alternatif makanan, seperti sei babi, sate babi, sop babi, tabu, kerupuk kulit babi, atau roti isi daging babi. Beberapa hal yang harus dicermati, yaitu, daging yang bersih dan sehat, jelas asal-usul daging babi, tempat dan alat masak yang higienis, paham cara pengolahannya, awali dengan jumlah yang kecil, pemasaran ke orang-orang terdekat, tentukan harga yang terjangkau dan memiliki cita rasa yang khas.

Dari titik ini para peserta menyepakati untuk praktek mengolah daging babi dan memasarkannya. Harapannya peternakan babi di Sumba Timur menjadi ekosistem baru dalam budidaya ternak, penyediaan bibit sampai pada pengolahan daging babi yang membawa manfaat untuk masyarakat.***

 


  Bagikan artikel ini

Regenerasi Untuk Kecukupan Pangan

pada hari Sabtu, 30 Juli 2022
oleh Frans Fredy
Oleh: Frans Fredy

 

Secara Global saat ini kita sedang diperhadapkan dengan dua persoalan besar yakni masalah resesi ekonomi dan masalah pangan. Tingkat pertumbuhan manusia berjalan lebih cepat dibandingkan dengan ketersediaan sumber daya alam dan saat ini kita mengarah pada masalah kelangkaan pangan. Dalam program Multiplikasi STUBE HEMAT, masalah pangan menjadi fokus perhatian yang cukup serius dan membutuhkan gerakan pro-aktif untuk bisa keluar dari persoalan ini. Untuk mendukung ketersediaan pangan, Lembaga STUBE HEMAT melakukan kegiatan penanaman sayur-sayuran di pekarangan rumah dan kegiatan ini dinamakan ”Dapur Hidup”.

 

 

Melalui kegiatan ini, anak–anak, remaja dan orang tua belajar bersama tentang pentingnya motivasi menanam. Mereka mulai mengenal beberapa jenis benih hortikultura yang berkualitas, belajar tentang persemaian dan perawatan. Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Sumba Barat Daya, Kalembu Nga’a Bangga (Rabu, 29/07/2022). Dimulai pukul 16.00 WITAkegiatan ini diikuti 30 orang terdiri dari anak–anak, remaja dan orang tua. Mereka cukup antusias mengikuti kegiatan ini dan menyatakan mendapat pengetahuan baru tentang tanaman sayur-sayuran.

 

 

Kegiatan yang berkaitan dapur hidup dilakukan dengan dua metode yakni in-door dan out-door. Untuk kegiatan in-doorpeserta diajarkan teknik budidaya tanaman hortikultura mulai dari mengenal beberapa jenis benih, teknik persemaian, penanaman dan perawatan hingga ke pasca panen. Kegiatan kedua dilakukan di lapangan dengan mengamati langsung aktivitas  petani hortikultura di lokasi Mananga Aba, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya. Dua narasumber dalam kegiatan studi lapangan merupakan alumni STUBE HEMAT yang pernah mengikuti kegiatan pertanian sebelumnya.

 

 

Peserta benar–benar merasa puas karena dapat melihat langsung beberapa jenis tanaman yang dikembangkan oleh ke dua narasumber. Dalam kegiatan studi lapangan pesera diajarkan tentang ruang semai, cara semai serta kendala yang sering terjadi selama proses persemaian. Peserta juga belajar cara mengolah lahan yang baik dan benar dan alat–alat pendukung yang digunakan dan yang terakhir mereka belajar tanaman tomat yang hampir panen dan budidaya bawang merah jenis lokananta F1 dari biji yang dikembangkan melalui tahap persemaian.

 

 

Adapun harapan yang ingin dicapai dari pelatihan ini adalah peningkatan pemahaman bertani dari peserta yang mengikuti kegiatan ini. Mereka bisa mulai mengembangkan beberapa jenis tanaman sayur–sayuran untuk mencukupi kebutuhan sehari–sehari. Selanjutnya mereka bisa menjadi contoh untuk masyarakat di sekitar sebagai bentuk gerakan ketahanan pangan yang dimulai dari rumah tangga.***


  Bagikan artikel ini

Kartini-Kartini Era Teknologi

pada hari Jumat, 22 April 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba

Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba.          

 

 

 

Setiap tahun tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Perayaan ini merupakan wujud penghormatan atas jasa-jasa Raden Ajeng Kartini dalam mempelopori pendidikan dan emansipasi bagi wanita di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, hari Kartini merupakan hari saat perempuan Indonesia mengekspresikan dirinya sebagai perempuan yang setara dengan lawan jenisnya. Perkembangan jaman yang semakin dinamis menunjukkan bahwa keberadaan perempuan memiliki peran baik dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan berumah tangga. Di era digital, emansipasi wanita yang telah didapat membawa perempuan lebih bisa beraktualisasi dan mengabarkan kepada dunia luar tentang dirinya, dengan berbagai aspek seperti pendidikan, budaya, sosial, bisnis dan masih banyak lagi.

 

 

Perayaan hari Kartini, melalui program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba, kelompok tenun Kawara Panamung mengadakan berbagai perlombaan outdoor seperti futsal, bisik kata dan memasukkan pensil dalam botol dengan menggunakan sarung (Kamis, 21/04/2022) di rumah tenun Tanatuku. Meski sulit bermain futsal menggunakan sarung, namun acara itu tetap berlangsung meriah. Gelak tawa dan canda selalu terjadi saat ibu-ibu kesulitan menendang bola, bahkan saat ada seorang peserta yang salah menendang atau jatuh, semua tidak dapat menahan tawa. Debi Hada Indah, peserta tenun ikat mengaku baru pertama kali ikut futsal memakai sarung. Ia terlihat sangat gembira dan penuh tawa ketika melihat teman-temannya menendang bola namun tidak tepat sasaran. Tidak kalah seru dengan perlombaan lain seperti bisik kata, apalagi kata yang diambil kosakata seputaran tahapan menenun yang sedang dipelajari dan ditekuni.

 

 

Di akhir perlombaan, ibu-ibu kelompok tenun terlihat sangat gembira saat menerima hadiah berupa sembako. Setelah perlombaan usai, rekaman aktivitas perlombaan ditayangkan di YouTube channel Kawara Panamung sehingga keluarga, kerabat dan masyarakat luas dapat menyaksikan kemeriahan perlombaan dan banyak yang mengapresiasi semangat ibu-ibu saat mengikuti perlombaan. Nikodemus Njurumana, kepala desa Tanatuku bangga ketika menonton channel Kawara Panamung dan berjanji akan menyumbangkan benang untuk kelompok tenun.

 

 

 

Pertandingan futsal menjadi simbol kesetaraan gender di era modern ini, sebab selama ini futsal identik dengan laki-laki. Selain itu, kaum perempuan di desa Tanatuku mampu meneladani sikap Kartini, yaitu perempuan harus selalu bahagia melaksanan tugas sehari-hari, pintar mendidik anak di keluarga, mandiri dan mampu bersinergi dengan kaum laki-laki, dan yang paling penting perempuan makin berdaya dan produktif. Perempuan bisa menjadi role model pengetahuan digital khususnya bagi keluarga dan masyarakat desa Tanatuku, dan masyarakat Sumba Timur pada umumnya. Selamat hari Kartini untuk semua perempuan hebat masa kini. Jika  perjuangan R.A Kartini terdahulu adalah emansipasi wanita, maka Kartini-Kartini di masa sekarang berjuang menjadi perempuan yang merdeka dan mampu beradaptasi dengan teknologi informasi yang ada.  (EUD)***


  Bagikan artikel ini

Paskah dan Tenun Di GKS Karunggu

pada hari Senin, 18 April 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya

Oleh: Elisabeth Uru Ndaya

 

Merayakan Paskah dengan cara berbeda menjadi salah satu agenda kelompok tenun Kawara Panamung melalui Program multiplikasi Stube HEMAT di Sumba. Berbagai lomba digelar untuk memeriahkannya (17/04/2022). Dengan melibatkan anak-anak sekolah minggu dan remaja GKS Jemaat Karunggu, lomba-lomba dilaksanakan 2 hari (14 &16/04/2022) bertempat di gedung gereja GKS Karunggu yang meliputi fashion show serba tenun, cerdas cermat Alkitab, karaoke, dan kegiatan outdoor seperti gigit kerupuk, gigit sendok dan tarik tambang. Satu hal yang menarik ialah, semua peserta lomba diwajibkan berbusana adat Sumba dengan tujuan mengenalkan anak dan remaja GKS Karunggu tentang budaya dan kain tenunan Sumba Timur.

 

 

Perlombaan dibuka oleh Pendeta jemaat GKS Karunggu, Pdt. Petrus Ndakularak, S.Th. Dalam  sambutannya ia melimpahkan banyak terimakasih kepada Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba yang medukung terlaksananya kegiatan tersebut dan memotivasi pelayanan di GKS Karunggu, terutama kelompok perempuan yang tergabung di Kawara Panamung. Perlombaan yang diikuti 100 anak lebih yang merupakan utusan setiap wilayah tersebut membuat suasana ramai ditambah dengan kehadiran orang tua masing-masing.

 

 

Anak-anak tidak malu-malu menampilkan bakat serta unjuk kebolehan dalam lomba fashion show baik di depan penonton maupun di depan kamera. Suasana semakin ramai dan seru. Satu per-satu peserta anak sekolah minggu tersebut naik ke atas panggung, dengan berbalut pakaian adat, mereka berlenggak-lenggok menapakkan kaki di karpet layaknya model profesional dengan peserta termuda berusia 2 tahun. Namun, tidak sedikit peserta yang nampak kebingungan saat di atas panggung. Ada yang berjalan seirama musik, tetapi ada juga yang buru-buru turun dari panggung. Orang tua peserta pun heboh menyaksikan anak-anak mereka berlenggang-lenggok dalam acara lomba fashion show. Mereka terlihat terharu dan bangga menyaksikan anak-anaknya beraksi di panggung. Sama halnya dengan perlombaan lain, orang tua antusias mendukung anak-anaknya menunjukkan bakat.

 

 

Selesai ibadah pada hari Minggu, panitia membagikan hadiah perlombaan kepada anak-anak sekolah minggu dan remaja dengan disaksikan oleh orang tua dan jemaat. Kegiatan tersebut menjadi sebuah momen yang baik bagi jemaat selaku orang tua dan anak-anak untuk bertumbuh bersama saling mendukung dengan kasih dalam keluarga. Rangkaian lomba diliput dalam video sebagai bahan sosialisasi kegiatan dan pembelajaran atas nilai-nilai budaya Sumba, nilai-nilai kebersamaan, pendidikan tumbuh kembang anak, juga semangat kebangkitan Yesus Kristus dari kuasa maut. Era digital memang mempermudah orang per orang untuk saling berinteraksi dan membagikan informasi dan pengetahuan pada yang lain.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Media dan Pintu Berkat

pada hari Minggu, 10 April 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya.          

 

Media digital berperan besar dan memiliki dampak yang luas. Kita lebih mudah berpartisipasi, berbagi dan bertukar informasi secara cepat dan transparan. Dengan hadirnya media sosial menjadikan kita bebas membuat berita dan memberikan dampak kepada orang banyak sebaliknya bagi yang mengkonsumsi informasi juga bebas menikmati yang diinginkan melalui media digital. Seperti cerita dari kelompok tenun Kawara Panamung  desa Tanatuku yang sudah 2 tahun berjalan, dan terus membagi cerita kegiatan lewat media sosial. Proses demi proses dibagikan dalam cerita dan foto lewat Whatsapp, Fb, cerita Blog, maupun Youtube.

 

 

Melalui media, Kawara Panamung dikenal orang lain, apalagi cerita kelompok tenun ini berbeda dengan kelompok tenun pada umumnya, karena kelompok ini berangkat dari ketidaktahuan akan pembuatan kain tenun ikat. Mereka adalah pemuda dan ibu-ibu yang bukan dari keluarga pengrajin tenun melainkan petani. Oleh sebab itu, cerita sepak terjang kegigihan kelompok inilah menjadi cerita di media. Lewat media digital jugalah, saat ini kelompok tenun Kawara Panamung mendapatkan perhatian khusus dari dokter Handayani, seorang dokter yang tengah bertugas di Kecamatan Pahunga Lodu, wilayah bagian timur Sumba Timur, dengan menyumbangkan benang 17 bantal dan satu pasang alat gulung benang untuk kelompok tenun Kawara Panamung.

 

 

Ketertarikan beliau akan kelompok tenun ikat ini bermula dari melihat postingan aktivitas peserta kelompok tenun di pertengahan tahun 2021, dan pada bulan Agustus 2021 dr. Handayani datang mengunjungi kelompok tenun yang saat itu yang sedang mengerjakan benang. Setelah kunjungan tersebut kelompok tenun Kawara Panamung terus dipantau lewat media sosial hingga di April 2022 dr.Handayani memutuskan untuk membantu memperlancar program kerja dari kelompok tenun Kawara Panamung. Selain benang dan alat gulung yang disumbangkan, dr.Handayani juga berkomitmen untuk membantu peserta dalam teknik pemasaran. Ia melihat ada semangat kekompakkan yang dilakukan oleh peserta kelompok tenun di Tanatuku dalam melakukan ketrampilan tenun dan berharap benang yang sudah dibagikan bisa menghasilkan selendang dan sarung sehingga bisa langsung dipasarkan dengan harga yang sesuai.

 

 

Benang 17 bantal dari dr. Handayani dibagikan ke peserta kelompok tenun Kawara Panamung untuk segera dikerjakan (9/04/2022). Peserta kelompok tenun pun sangat senang dan bersyukur ada orang baik yang bersedia membantu. Elisabeth Uru Ndaya sebagai pendamping program memberikan arahan kepada kelompok tentang pentingnya melek media digital, karna berkat media digital kelompok dipertemukan dengan orang baik yang tidak dikenal sebelumnya. Peserta kelompok tenun diharapkan tetap giat dan kompak dalam mengerjakan ketrampilan tenun. Dengan hadirnya program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba menjadikan perempuan-perempuan yang ada di Desa Tanatuku memiliki ketrampilan tenun dan melek digital. ***

 


 


  Bagikan artikel ini

Melawan Stigma Perempuan Lemah: Menjadi Perempuan Berdaya di Era Revolusi Industri 4.0

pada hari Kamis, 24 Maret 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya
Oleh Elisabeth Uru Ndaya           

 

Adanya stigma masyarakat yang sering mendiskriminasi perempuan dan mengganggap perempuan lemah tak berdaya, bodoh, tidak mandiri, sumber masalah, dan lain sebagainya membuat Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba yang berfokus pada pemberdayaan perempuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa sebagai generasi penerus untuk belajar dan berdiskusi bagaimana menghargai potensi yang ada pada diri perempuan dan memperjuangkan hak-hak perempuan yang tertindas. Kegiatan diskusi dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Maret 2022 di Alexis cafe, Waingapu dengan menghadirkan 20 peserta mahasiswa Unkriswina.

 

 

Pdt. Dr. Suryaningasih Mila, M.Si yang merupakan narasumber dalam diskusi tersebut memberikan arahan dan pandangannya tentang stigma masyarakat terhadap perempuan Sumba saat ini. Ia mengatakan munculnya pandangan negatif terhadap perempuan karena dipengaruhi oleh budaya patriarki, dimana konstruksi gender yang menganggap laki-laki kuat, perkasa, berani, pencari nafkah, produktif, bekerja di ruang publik berbeda dengan perempuan sifatnya emosional, lemah lembut, keibuan, sabar, lemah dan tidak berdaya. Dari adanya budaya patriarki ini terkadang menimbulkan terjadinya ketimpangan gender, ketidakadilan gender, dan relasi kuasa yang mengakibatkan kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, marginalisasi, stigma dan penindasan. Dampak dari stigma negatif pada perempuan inilah yang membuat perempuan merasa minder, tidak percaya diri, menjadi tidak berdaya, adanya pembatasan pada ruang gerak perempuan serta meremehkan perempuan dan potensi dirinya.

 

 

Pada kesempatan ini, Indah Pratiwi, mahasiswa Unwina prodi matematika menanyakan bagaimana cara perempuan yang ingin merdeka melawan stigma yang ada dan bagaimana cara merangkul perempuan-perempuan di desa yang merasa terdiskriminasi. Pdt Suryaningsih merespon, ”Perempuan harus membangun kesadaran diri yang kritis dengan mengubah perspektif, menjadi perempuan yang aktif, produktif dan kreatif. Perempuan melawan stigma dengan cara memberdayakan diri, memiliki konsep diri yang jelas dan harus bersikap kritis terhadap budaya yang tidak adil gender. Ia juga menegaskan ketika bertemu dengan perempuan yang dikelilingi stigma masyarakat, maka cobalah membangun komunikasi yang setara, membangun lingkar persahabatan dengan mereka, merangkul dan mendengar cerita mereka tanpa menghakimi.”

 

 

Narasumber juga menegaskan anak muda dan perempuan harus berdaya di era revolusi industri 4.0. Perempuan harus melek teknologi, memiliki kreativitas, mampu bersinergi dan berkolaborasi agar memiliki daya juang dan daya saing yang tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggali potensi diri melalui akses pendidikan, percaya pada kekuatan diri dan menciptakan ruang pengembangan diri. Perempuan bisa menjadi role model dan pelopor perubahan. Narasumber memutar video tentang beberapa srikandi muda Sumba yang telah berkarya seperti Rahel, ketua kelompok wanita tani, memilki hutan cendana, aktif dalam pemberdayaan tingkat desa dan kecamatan. Asti Kula, mengadakan English Goes to Campus, Ampri Magi membangun sekolah alam Sumba, juga Elisabeth Uru Ndaya membentuk kelompok tenun dan aktif dalam pemberdayaan anak muda di desa dan kecamatan.

 

 

Di akhir diskusi, mahasiswa menuliskan kesan dan pesan mereka. Iwan, mahasiswa prodi Hukum menyatakan bahwa diskusi yang diikuti sangat menarik, menambah wawasan dan mengajarkannya bagaimana menghargai perempuan. Ia berharap ada diskusi terkait kekerasan dalam berpacaran. Ita, mahasiwa prodi Matematika merasa sangat termotivasi dengan adanya diskusi ini, membuatnya lebih percaya diri, dan ingin mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Perempuan pasti bisa! (EUD)***

 


 


  Bagikan artikel ini

Local Hero dan Perubahan-Perubahan

pada hari Selasa, 22 Maret 2022
oleh adminstube

Menurunnya minat kaum muda di Indonesia untuk kembali ke desa dan mengambil keputusan ke sektor riil adalah salah satu persoalan nasional yang sudah lama menjadi pokok pembahasan bersama. Berdasarkan data Pusat Statitik 2021 dilihat dari faktor umur, sekitar 17,29% atau sebanyak 6,61 juta adalah tenaga kerja pertanian berusia kurang dari 30 tahun, kemudian sekitar 29, 15% atau sebanyak 11,14 juta orang berusia 30–44 tahun, lalu sekitar 32,39% atau sebanyak 12,38 juta orang berusia antara 45–59 tahun, dan sekitar 21,7% atau sebanyak 8,09 juta orang berusia di atas 60 tahun. Dari data di atas nampak bahwa minat generasi muda untuk mencintai pertanian masih sangat kurang. Namun ada hal yang menarik, di Sumba mulai bertambah jumlah orang muda yang bekerja di sektor pertanian. Dari jumlah awal 4 orang hingga kini sudah bertambah menjadi kurang lebih 25 orang dalam kurun waktu 2 tahun (2018-2020)

 

 

Sebagai salah satu bentuk tanggapan terhadap persoalan tersebut STUBE HEMAT melalui program multiplikasi memfasilitasi dialog yang mengangkat tema tentang ”Kaum Muda kembali ke Desa untuk membangun Desa” yang diselenggarakan di Lambanapu (21/03/ 2022),  mulai pukul 09.00 sampai dengan selesai. Saat ini desa sedang membutuhkan campur tangan kaum muda untuk menyentuh potensi– potensi riil yang ada. Kaum muda dipandang sebagai generasi yang tangguh, memiliki cara pandang yang progresif dalam hal pembangunan jangka pendek dan jangka panjang dan kreatif serta inovatif. Sebagai nara sumber utama dalam dialog ini adalah  Drs. Samsul Widodo, MA (staf ahli mentri bidang hubungan antara lembaga Kementrian Desa, PDT dan transmigrasi) dan Yuli Sri Wilanti, S.Pi., M.P (asisten deputi pengembangan agribisnis hortikultura kementrian koordinator bidang perekonomian dan staf kemenko perekonomian).

Pembicara pertama menegaskan agar kaum muda Sumba memiliki rasa kepedulian untuk membangun desanya. Tujuan kedatangan ke Sumba selain kunjungan lapangan sebagai bentuk pengamatan awal dan menemukan solusi untuk mendukung pembangunan desa sekaligus dalam rangka mencari local hero. Lokal Hero yang dimaksud adalah sosok orang muda yang aktif melakukan perubahan-perubahan di desa atau di daerahnya. Hasil dari tindakan tersebut akan dijadikan model atau contoh untuk pembangunan di desa. Yuli Sri Wilanti narasumber kedua lebih fokus melihat apakah program pemerintah pusat sudah optimal terealisasi di lapangan atau belum, serta mengkoordinasikan program-program yang ada. “Bicara pertanian berarti kami harus turun ke lapangan dan mengamati untuk memiliki perhatian khusus terlebih di wilayah NTT,” tegasnya.

 

 

Suasana diskusi dalam dialog ini cukup hidup diwarnai dengan pertanyaan- pertanyaan menarik, ada yang bertanya seputar alat pertanian, bantuan benih dan pupuk, atau pun sistem pola tanam. Ada yang menarik saat salah satu penanya menyatakan bersyukur adanya bencana Seroja April 2021, karena petani beralih profesi dari bertani padi sawah ke bertani hortikultura karena ternyata lebih menguntungkan. Adapun peserta yang hadir dalam kegiatan ini yakni mahasiswa UNKRISWINA jurusan Agroteknologi dan Agribisnis, Camat Kambera, Lurah Lambanapu, Kepala BP3K Lambanapu, PPL, Direktur Caritas Waitabula, tokoh masyarakat dan anggota Petani Muda Panah Merah Sumba. Harapan dari kegiatan dialog ini adalah makin banyak orang muda yang mencintai dunia pertanian, bersedia kembali ke desa serta menjadi pelaku perubahan dan menjadi local hero yang memiliki pengaruh positif untuk daerah, lingkungan dan masyarakat. ***


  Bagikan artikel ini

Bupati Sumba Timur Konsisten Mendukung Petani Milenial

pada hari Kamis, 10 Maret 2022
oleh Frans Fredy Kalikit Bara Multiplikator Stube HEMAT di Sumba
Oleh: Frans Fredy Kalikit Bara Multiplikator Stube HEMAT di Sumba

 

Pasca bencana badai Seroja tahun 2021, sebagian besar petani beralih profesi karena yang selama ini merupakan petani padi sawah dengan pola monokultur, sekarang dipaksa kondisi harus menanam jagung dan tanaman hortikultura. Pada umumnya tidak bisa dipungkiri bahwa petani juga bermental instan, apalagi saat air melimpah dan jalur irigasi berjalan normal, namun kondisi saat ini petani harus berjuang mencari sumber air untuk tetap bertahan hidup dan berusaha menghijaukan lahan. Proses pengerjaan bendungan terus dilakukan dan sudah hampir selesai, tinggal pembenahan jalur-jalur irigasi yang penuh dengan endapan lumpur.

Bulan Agustus tahun 2021, kelompok petani Milenial bersama dengan koordinator Lapangan dari PT. East West seed Indonesia (Elias Taemnanu) melakukan audiensi dengan Bupati Sumba Timur terkait bantuan irigasi tetes dan bantuan fasilitas traktor besar untuk petani yang terkena dampak badai Seroja. Bntuan fasilitas traktor besar sudah terealisasi di akhir bulan Agustus dan lahan-lahan pertanian milik petani muda digarap dengan 2 unit traktor besar, sedangkan bantuan irigasi tetes direalisasikan pada bulan Maret 2022. Para petani muda pun mulai menggunakan sistem penyiraman terbaru yakni menggunakan irigasi tetes sederhana yang bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya. Keunggulan lain dari sistim irigasi ini adalah penyiraman tepat sasaran langsung pada bagian pohon tanaman, menekan pertumbuhan gulma dan jumlah air yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

 

 

Dalam momen panen simbolis tomat Gustavi F1 (09/03/2021) di kebun Stefanus, Bupati Sumba Timur konsisten mendukung petani untuk mencukupi kebutuhan pangan di Sumba Timur. Petani millenial juga akan terus melakukan usaha pertanian untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga dan konsumsi rumah tangga serta mencukupi kebutuhan pangan Sumba Timur. ***


  Bagikan artikel ini

Digital Marketing & Usaha Menengah Kecil & Mikro

pada hari Rabu, 2 Maret 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya

Oleh: Elisabeth Uru Ndaya.          

 

Digital marketing merupakan bentuk pemasaran melalui media internet. Beberapa media sosial yang biasa digunakan adalah instagram, facebook, twitter, WA, website dan email marketing. Digital marketing banyak digandrungi pelaku usaha dalam satu dekade terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin modern yang membuat sebagian besar masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya dibandingkan di dunia nyata. Digital marketing menjadi senjata efektif yang dapat mengingat lebih banyak konsumen dibandingkan dengan pemasaran yang dilakukan secara konvensional. Oleh sebab itu, sangat penting bagi pelaku usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) untuk beralih ke digital marketing sebagai salah satu cara meminimalisir penurunan pendapatan saat pandemi.

 

 

 

 

 

Karena besarnya peluang digital marketing bagi pelaku UMKM, maka penting bagi kelompok tenun Kawara Panamung mendapatkan pemahaman tentang hal tersebut. Untuk menjawab itu semua program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba mengundang pembicara Robinson Umbu Hunggurami, S.I.Kom, seorang pelaku usaha tenun ikat yang berpengalaman dalam digital marketing untuk mengisi diskusi kelompok (Rabu, 20/03/2022), bertempat di rumah tenun Kawara Panamung.

 

Dihadiri oleh peserta kelompok tenun, mahasiswa dan muda-mudi, Umbu Robinson Hunggurami, S.I.Kom, menceritakan pengalaman mempromosikan usaha tenunnya di media sosial yang sudah berjalan 2 tahun, dan kain tenunannya sudah banyak yang laku sampai ke luar negeri seperti United Kingdom, Filipina, Inggris dan Prancis. Ia memiliki akun instagram dan Facebook khusus untuk promosi kain tenun. Ia juga memberikan trik cara penjualan kain tenun di media agar dibeli baik oleh konsumen lokal maupun mancanegara. Jika pangsa pasar ada di dalam negeri maka ia menekankan kualitas untuk dipromosikan, sementara jika pangsa pasarnya  ke luar negeri maka cerita di balik kain tenun tersebut yang dipromosikan tanpa mengurangi kualitasnya. Beliau juga memberikan manfaat dari menggunakan digital marketing untuk usaha kain tenun, seperti : 1) memudahkan interaksi dengan pelanggan, 2) menekan biaya promosi, 3) menjangkau lebih banyak konsumen, dan 4) mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

 

 

 

Peserta yang hadir saat itu mengaku sangat termotivasi dengan pengalaman usaha yang dijalankan oleh Umbu Hunggurami. Mersita, mahasiwa Unkriswina mengungkapkan keinginannya untuk memanfaatkan media sosial yang dimiliki agar turut mempromosikan kain tenun di akun media miliknya. “Digital sangat erat dengan kehidupan generasi muda. Karena itu peluangnya sangat besar bagi para pemuda untuk mengambil peran dalam melakukan pemasaran berbasis digital atau online marketing,” tegas Umbu Hunggurami.

 

 

 

Meriance Danga, peserta kelompok tenun menanyakan jika ingin mempromosikan kain tenun, kualitas kain seperti apa yang banyak diminati oleh konsumen. Narasumber kembali menegaskan bahwa kualitas kain yang dimaksud ialah kain yang menggunakan pewarna alam, motif jelas dan warna tidak pudar, tenunannya juga harus padat agar kain terlihat indah dan keren.

 

Era digital menuntut para pelaku usaha bisa beradaptasi dengan perkembangan digital yang begitu cepat. Diskusi ini membuka wawasan baru dan pengembangan pengetahuan terkait pemanfaatan media sosial sebagai media pemasaran sebagaimana konsep digital marketing. ***

 

  Bagikan artikel ini

Manajemen Peternakan Babi

pada hari Senin, 21 Februari 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan.          

 

 

Salah satu kunci keberhasilan usaha apapun adalah manajemen yang baik, sehingga kemampuan manajemen harus dimiliki oleh orang-orang yang berkecimpung dalam suatu usaha. Lebih lagi jika usaha tersebut adalah usaha yang berkaitan menghasilkan profit, pengetahuan dan keterampilan berkaitan manajemen mutlak dimiliki, juga secara sadar harus terus belajar dan meningkatkan kualitas manajemen agar berhasil, menguntungkan dan sesuai dengan tantangan zaman.

 

 

Situasi ini dialami para peternak babi di Sumba Timur dalam koordinasi Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba, dimana mereka harus mengelola dengan baik ternak babi yang mereka miliki. Penguatan kapasitas peternak melalui diskusi dan pelatihan terus dilakukan secara kontinyu. Di awal tahun 2022 ini para peternak berdialog dengan akademisi, yaitu Yessy Tamu Ina, S.Pt, M.Si, dosen Fakultas Peternakan Universitas Kristen Wira Wacana, di kediaman Apriyanto Hangga, (Multiplikator Stube HEMAT) di Mboka, kecamatan Kanatang, Sumba Timur (Minggu, 20/2/2022). Tak kurang dua puluh empat peserta mahasiswa dan peternak mengikuti kegiatan ini dengan tema Manajemen Peternakan Babi. Dari kegiatan ini para peserta memiliki pengetahan tambahan untuk memelihara dan mengembangkan ternak babi. Secara umum, kegiatan peternakan babi adalah breeding atau pengembangan dan fattening atau penggemukan, dimana dua aspek ini para peternak harus memahami manajeman pemeliharaan ternak babi secara intensif untuk memaksimalkan produksi, meliputi pembibitan, perkandangan, pakan, sanitasi, biosecurity, dan penyakit atau virus.

 

 

Breeding atau pengembangan ternak babi adalah kegiatan pemeliharaan babi agar berkembang, melalui:

 

  1. pemilihan jenis calon induk yang baik, sehat dan memiliki anak yang banyak. Ciri induk yang baik adalah babi dalam kondisi sehat, moncongnya pendek, puting susu banyak, makan lahap dan bergerak lincah.
  2. pemilihan calon pejantan yang baik dan sehat. Ciri pejantan yang baik adalah gesit, makan lahap dan jelas asal usulnya agar tidak terjadi perkawinan sedarah.
  3. pemeliharaan dan perawatan babi bunting. Ini membutuhkan perhatian dan ekstra hati-hati dari memahami makanan yang baik dan sehat, memahami kapan masa babi birahi, kondisi siap beranak dengan segala perhitungannya.
  4. pemeliharaan dan perawatan, dari anak babi, babi bunting, babi beranak dan babi pejantan membutuhkan ketelitian dalam pola makan agar sehat dan cepat besar. Bagaimana merawat babi sejak baru dilahirkan, penyediaan makanan yang baik, sehat dan bergizi. Bagaimana vaksinasi dan perawatan khusus, misalnya kapan waktunya untuk menyapih dari induknya, memotong gigi, maupun pemotongan ekor, dan kandang yang layak.
  5. biosecurity, ini menjadi penting dan harus dipahami setiap peternak babi apalagi diperhadapkan dengan infeksi virus yang mematikan belum lama ini. Biosecurity mencakup mengenal jenis-jenis  penyakit babi, memiliki data rekam ternak yang dipelihara, pengelolaan kandang yang steril, hubungan ternak dengan ternak lain dan penggunaan disinfektan, termasuk bagaimana langkah-langkah jika menemukan gejala yang mencurigakan untuk segera melapor ke dinas terkait.

 

 

 

Fattening atau penggemukan ternak merupakan bagian dari pengembangan pemeliharaan babi, tetapi lebih fokus pada memahami pola pemberian pakan, mengenal jenis pakan baik pabrikan maupun buatan sendiri dan nutrisi dan vitamin yang dibutuhkan untuk ternak, termasuk perawatan khusus agar bobot berat babi yang dipelihara dapat meningkat dalam waktu singkat dan sehat. Ini membuat harga jual ternak babi tinggi. Aspek lain dalam penggemukan babi adalah desain kandang sesuai dengan perkembangan babi tersebut.

 

 

Dialog dan praktek dengan pemangku kepentingan yang terkait merupakan proses pengayaan ilmu dan pengetahuan dimana para peternak akan memiliki kemampuan manajemen ternak yang lebih baik dan akhirnya menghasilkan produk ternak babi yang berkualitas dan menguntungkan. Secara tidak langsung keberhasilan ini akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. ***


  Bagikan artikel ini

Perempuan dan Tradisi Sumba

pada hari Jumat, 18 Februari 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.         

 

Perempuan dan Tradisi Sumba adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, salah satu tradisi Sumba yang sampai saat ini masih terus dilestarikan adalah “Adat Perkawinan” dimana perempuan Sumba harus dibelis dengan hewan oleh calon mempelai laki-laki sesuai jumlah yang diminta oleh keluarga. Belis (hewan) yang dibawa oleh pihak laki-laki menandakan bahwa laki-laki sangat menghargai perempuan dan keluarganya. Namun seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat ada oknum-oknum yang menyalahgunakan tradisi Sumba dan tidak sedikit yang memanfaatkan hal tersebut untuk mengambil keuntungan bahkan menindas perempuan setelah dibelis. Budaya sangat perlu dipahami oleh mahasiswa dan kaum perempuan sedini mungkin.

 

 

Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba yang berfokus pada perempuan, budaya dan digital, memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan kaum perempuan agar lebih mendalami dan memaknai budaya dan tradisi orang Sumba melalui forum diskusi (17/02/2022). Yang hadir dalam diskusi tersebut adalah para mahasiswa dari UNKRISWINA dan beberapa kaum perempuan yang sudah bekerja. Diskusi tersebut digelar outdoor di Grein kafe, taman Sandlewood, suasananya sejuk dan santai . Diskusi yang bertemakan ‘Perempuan dan Potensi Sumba’ di pandu oleh Mely Njurumana, SE. Selaku moderator diskusi.

 

 

Elisabeth Uru Ndaya sebagai Multiplikator program mengawali diskusi dengan memperkenalkan lembaga Stube HEMAT dan pentingnya mahasiswa juga kaum perempuan dalam memahami tradisi Sumba. Mayun E. Nggaba, M.Pd, dosen dan pemerhati perempuan dan budaya Sumba menegaskan bahwa sesungguhnya budaya Sumba itu unik. Seperti tradisi adat perkawinan, ketika adanya belis, harga diri perempuan Sumba diangkat. Namun seiring berkembangnya jaman, makna dari perkawinan Sumba mulai bergeser. Pemahaman yang salah tentang belis juga terkadang menjadi salah satu penyebab perempuan Sumba tidak dilibatkan dalam forum penting, contohnya ketika perempuan Sumba sudah dibelis tugasnya hanya mengurus rumah tangga saja dan mengikuti semua keputusan yang diambil oleh laki-laki atau suaminya. Padahal budaya sumba yang sesungguhnya tidak seperti itu, buktinya setiap mau acara perkawinan, pihak laki-laki pasti meminta pendapat dari perempuan atau si ibu untuk membahas jumlah belis berapa ekor yang harus dibebankan kepada mempelai pria. Perempuan tetap memiliki peran dalam kehidupannya baik sebagai istri maupun ibu, hanya terkadang  perempuan sendirilah yang mengerucutkan pandangan tentang status perempuan.

 

 

Diskusi tersebut menjadi menarik ketika semua peserta saling berbagi pengetahuan tentang Perempuan dan tradisi Sumba. Salah seorang peserta bernama Novita menyampaikan, “Kita tidak dapat mengatakan tradisi Sumba itu menindas Perempuan tanpa mengetahui dan memahami terlebih dahulu budaya yang sebenarnya.” Sementara Etris mahasiswa Agrobisnis menegaskan bahwa ketika nanti saudara perempuannya dipinang, ia tidak akan meminta belis yang banyak, karna ia tidak mau saudara perempuannya nanti sengsara dan ditindas. Osin Njurumana, seorang bidan desa menceritakan pengalamannya selama menangani ibu hamil. Osin mengatakan bahwa banyak perempuan yang ia temui masih kategori di bawah umur tetapi sudah hamil dan memiliki anak karena dipaksa kawin oleh orangtuanya hanya agar mendapatkan belis. Ketika hal itu ditanyakan kepada mereka, pada umumnya jawabannya pasrah dengan keadaan karena takut dipukuli oleh keluarganya. Narasumber menanggapi bahwa kebiasaan seperti inilah yang perlu dihentikan dan itu semua dimulai dari sekarang oleh kita sebagai generasi penerus.

Ada dua poin penting yang disampaikan oleh narasumber, yaitu,  semakin tinggi pendidikan diharapkan semakin kita mengerti akan budaya dan budaya Sumba tidak menindas perempuan. Dengan adanya diskusi ini maka diharapkan agar mahasiswa/i bahkan semua yang terlibat untuk bisa peka terhadap lingkungan, menolong perempuan-perempuan yang menjadi korban penindasan.  Marilah menjadi perempuan-perempuan yang bermartabat dan berwawasan luas agar tidak ada satu orang pun yang dapat mempermainkan harga diri seorang perempuan. ***


  Bagikan artikel ini

‘Grand Design’ Manajemen Peternakan Babi Di Sumba Timur

pada hari Jumat, 4 Februari 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan.          

 

 

 

 

Peternakan babi yang berkembang dan menguntungkan menjadi harapan bagi setiap peternak, termasuk di Sumba, karena babi menjadi kebutuhan penting di Sumba. Perlahan tapi pasti peternak di Sumba Timur bangkit kembali setelah hancur karena serangan virus. Berkembangnya peternakan babi tidak bisa ditopang satu pihak, oleh peternak saja, tapi harus bersinergi dengan pihak lain, dalam hal ini pemerintah melalui dinas peternakan kabupaten Sumba Timur supaya peternak mengetahui kebijakan pemerintah di bidang peternakan, pemerintah juga mengetahui apa saja yang dihadapi peternak.

 

 

 

 

Ruang interaksi ini digagas oleh Multiplikator Stube HEMAT di Sumba yang fokus pada peternakan babi. Bertempat di Alexis Cafe, Waingapu, (3/2/2022) Multiplikator menghadirkan Drh. Yohanes Anggung Praing, M.Si., Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur. Dalam kegiatan yang diikuti dua puluh mahasiswa dan enam peternak babi, Kadis Peternakan memaparkan topik ‘Grand Design’ Peternakan Babi dan Strategi Pengembangan Ternak Babi di Sumba Timur. Narasumber juga mengapresiasi kegiatan mengumpulkan para mahasiswa dan peternak. Ia melanjutkan bahwa Grand Design Peternakan Babi dan Strategi Pengembangan Ternak Pascaserangan Virus merupakan dua bagian yang bisa berjalan bersama. Pasca serangan virus, mau tidak mau, berbagai hal harus dicoba dan dilakukan pemerintah, masyarakat dan pihak yang perhatian pada ternak babi. Sesungguhnya pemerintah sangat peduli dengan apa yang dialami peternak, tetapi pemerintah tidak bergerak cepat karena pembatasan disebabkan Covid 19, dimana pertemuan dibatasi, anggaran diprioritaskan untuk penanganan Covid. Ketika kondisi membaik, maka pemerintah segera melangkah.

 

 

Panduan pemerintah di bidang peternakan, khususnya babi, fokus pada: 1) Breeding Ternak Babi/Menyiapkan Indukan Babi yang akan disalurkan kepada masyarakat dengan sistem bergulir, dari anggaran pengembangan peternakan Tahun Anggaran 2022 Dinas Peternakan menyediakan 200 calon induk babi yang akan diberikan kepada kelompok peternak atau masyarakat. Para calon penerima akan diseleksi dengan ketat agar pengadaan induk babi ini berhasil dan tidak salah sasaran, sehingga di tahun mendatang peternakan babi membaik dan menjadi unggulan di Sumba Timur. 2) Penerapan Biosecurity Peternakan Babi, menjadi keharusan mengingat virus African Swine Fever (ASF) sangat ganas dan mampu bertahan hidup di luar ternak, seperti daging ternak yang kering, pada kotoran ternak dan mudah menjalar melalui lalat, binatang lain bahkan manusia. Aturan saat ini setiap babi yang masuk dan keluar daerah harus steril, bebas virus ASF atau memiliki surat bebas virus yang dikeluarkan oleh pihak berwenang daerah asalnya. Bahkan, makanan yang mengandung daging babi harus bebas virus berdasar dokumen dari pihak berwenang agar kondisi peternakan saat ini semakin membaik. 3) Strategi pengembangan peternakan saat ini didorong di tingkat peternak, yaitu kondisi kandang yang steril dan sirkulasi udara lancar, secara tradisional masyarakat memelihara babi dengan dilepas di pekarangan, namun demi peningkatan kualitas maka babi harus dikandangkan. Kemudian pemberian makanan tidak bercampur dengan ternak lain, setiap babi yang masuk harus jelas asal-usulnya dan memiliki rekam kesehatan sesuai standar yang dikeluarkan dinas terkait.

 

 

Paparan narasumber membuka wawasan para peternak dan mahasiswa sehingga mereka antusias untuk terus mengembangkan ternak babi. Dinas Peternakan terbuka untuk masukan dari masyarakat, bahkan Dinas Peternakan mengupayakan kelompok peternak babi Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba menjadi mitra dalam program pengembangan ternak babi di Sumba Timur dan mendapat ternak dari dinas.

Ketika sinergi dari pihak-pihak yang berkaitan peternakan babi terwujud dengan baik dan berkelanjutan, ini menjadi modal kuat demi bangkitnya peternak babi di Sumba Timur. Ayo, anak muda dan para peternak babi, bergerak bersama Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba untuk bangkit dan berkembang.***


  Bagikan artikel ini

Perempuan Kawara Panamung Di Era Digital

pada hari Minggu, 30 Januari 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya.          

 

 

Hadirnya program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba yang berfokus pada perempuan, budaya dan ekonomi digital memberi warna baru pada kehidupan perempuan-perempuan di Sumba khususnya di Desa Tanatuku saat ini. Yaitu memberikan pemahaman dan kesadaran terhadap perempuan  untuk terus meningkatkan kapasitas diri agar dapat memiliki kepercayaan diri, sehingga akhirnya kaum perempuan dapat ikut berpartisipasi, berkiprah dalam pembangunan dan mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga. Keberadaan tenun ikat sebagai warisan turun temurun adalah salah satu tugas dalam pelestarian budaya lokal.

 

 

Kelompok tenun kaum perempuan desa Tanatuku yang dinamai Kawara Panamung merupakan sekelompok perempuan muda putus sekolah dan sebagian adalah ibu rumah tangga. Kesadaran untuk mengambil bagian dalam melestarikan budaya tenun merupakan bukti kecintaan kaum perempuan desa Tanatuku terhadap budaya lokal. Sudah hampir dua tahun mereka belajar menekuni kerajinan tenun mulai dari tidak tahu apa-apa hingga kini mereka telah menghasilkan karya. Mereka bukanlah keturunan penenun atau dari keluarga pengrajin tenun sehingga kerajinan tenun tidak mereka pelajari atau tekuni sejak kecil. Keseharian mereka ialah berkebun di kala musim hujan dan ketika musim kemarau tiba mereka di rumah saja. Sedangkan dalam setahun musim hujan ada pada rentang waktu 4 bulan dan sisanya adalah musim kemarau. Di awal tahun ini adalah masa para kaum perempuan bercocok tanam. Sudah sebulan mereka tidak melakukan aktivitas tenun karna mereka sibuk menanam, namun dengan sibuk berkebun tidak membuat mereka lupa akan aktivitas baru sebagai pengrajin tenun.

 

 

Kelompok tenun Kawara Panamung berkumpul untuk memulai kembali aktivitas tenun (29/1/2022) karena mereka sudah selesai menanam. Pada kesempatan tersebut, Elisabeth Uru Ndaya sebagai pendamping program memberikan gambaran program tentang apa yang mereka akan lakukan selama beberapa bulan ke depan, motif apa yang akan didesainkan, persiapan penyediaan pewarna alam, persiapan platform bisnis sehingga di kala kain tenun sudah tersedia bisa langsung dipromosikan. Peserta kelompok tenun terlihat mulai aktif berbicara dan mengemukakan pendapat. Katrina Njola salah satu peserta memotivasi teman-temannya, "Saya sudah selesai tanam padi, sekarang saya fokus urus tenun saja sambil tunggu saya punya padi isi, jadi kita semua yang hadir kan kita sudah selesai tanam to, mari sudah kita semangat kembali buat ini benang supaya jadi kain tenun”, tegasnya dengan logatnya yang terlihat sangat antusias. Semua peserta pun bersepakat untuk kembali bersemangat menekuni tenun dengan berharap padi yang mereka sudah tanam bertumbuh subur dan tidak lagi didatangi hama belalang.

 

 

Mereka juga berharap atas keberlanjutan pembangunan rumah tenun sebagai tempat impian mereka untuk bebas berkreasi, selain belajar hal baru memahami pasar digital. 


  Bagikan artikel ini

Kembali Ke Alam

pada hari Minggu, 23 Januari 2022
oleh Frans Fredy Kalikit Bara

 

Oleh: Frans Fredy Kalikit Bara.          

 

 

 

 

Tingkat kesuburan tanah tidak selalu stabil bahkan terus mengalami pengikisan yang disebabkan oleh perilaku bertani yang sifatnya monokultur, hanya fokus pada satu jenis tanaman tertentu. Selanjutnya kebiasaan kedua yang sering dilakukan petani adalah tidak melakukan rotasi tanaman. Hal ini juga terjadi pada petani di Lambanapu dan sekitarnya. Adapun dampak berkelanjutan yang ditimbulkan dari tindakan di atas, yakni menurunnya kualitas produksi pangan. Bertolak dari situasi di atas STUBE HEMAT melalui kegiatan multiplikasi melakukan diskusi yang mengangkat tema “Menjaga kelestarian tanah untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan” (Sabtu, 22/01/2022).

 

 

 

Dari tema ini F.X Bambang Broto Kiswarno selaku pembicara menjelaskan tentang pertanian selaras alam, dan  kembali ke alam memelihara dan menjaga lingkungan sekitar dari perilaku bertani yang merusak alam. Dalam pelatihan ini Bambang juga menjelaskan tentang bagaimana menjaga kelestarian tanah dari pola tanam monokultur, cara membuat trikoderma (mikro organisme fungsional sebagai pupuk biologis tanah), PGPR (bakteri yang hidup di perakaran untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman), MOL (mikroorganisme starter dalam penguraian dan fermentasi), dan ekoenzim (limbah organik yang difermentasi untuk menjadi pupuk organik).

 

 

 

 

Kegiatan ini dilakukan di Lambanapu dengan diikuti peserta mahasiswa, pemuda gereja dan masyarakat penggiat usaha pertanian hortikultura. Di pelatihan ini narasumber mengenalkan hal-hal baru seperti PGPR, MOL, Ekoenzim, dan Trikoderma. Rasa ingin tahu peserta cukup tinggi, mereka tidak hanya sekedar mencatat materi yang disampaikan tetapi juga ikut serta dalam proses pembuatan PGPR, MOL, Trikoderma dan Ekoenzim. Cara ini bisa membantu mereka memahami lebih mendalam terkait materi yang disampaikan.

 

 

Pelatihan ini membuka pemahaman peserta untuk memahami langkah–langkah cerdas untuk menjaga kelestarian tanah dari perilaku bertani yang berlebihan dan peserta mampu membuat PGPR, Trikoderma, Ekoenzim dan MOL yang bisa digunakan pada lahan milik sendiri. 

 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua