Siapkah Menghadapi Tuntutan Global?  Sumber daya manusia menghadapi tuntutan global 

pada hari Minggu, 30 September 2018
oleh adminstube
 
 
 
Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Di tingkat makro pemerintah perlu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program peningkatan mutu pendidikan, sedangkan di tingkat mikro, perusahan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat pula.
 
 
Pelatihan sumber daya manusia dalam menghadapi tuntutan global, dengan tema ‘Siapkah Kita Menghadapi Tuntutan Global?” diselenggarakan oleh Stube-HEMAT Sumba di GKS Lambanapu pada tanggal 28, 29 dan 30 September 2018,diikuti oleh empat puluh peserta pelatihan yang terdiri dari mahasiswa beberapa kampus seperti Unkriswina Sumba, STT GKS Lewa, STT terpadu Waingapu, Prodi KeperawatanWaingapu dan PDD Sumba Timur.
 

 

 

Ruben Nggulindima, S.Sos.M.Pdsekretaris dinas pendidikan kabupaten Sumba Timur, menyampaikan materi dengan topik ‘Peran pemerintah daerah dalam peningkatan sumber daya manusiaBahwasannya saat inipemerintah daerah Kabupaten Sumba Timur sedang mendorong peningkatan bangunanSekolah Dasar dengan jarak 4 km setiapSekolah Dasar, sekaligus membangun SekolahMenengah Pertama dengan jarak 5 km setiap sekolah, sertapeningkatan mutu pendidik dengan cara memberi pelatihan bagi guru sekaligus memperhatikan kesejahteraan guru.
 

 

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasimengutus Donatus Hadut, SH selaku sekretaris dinas untuk menyampaikan materi ‘Mempersiapkan tenaga kerja yang handal dalam menghadapi pasar global dan bursa tenaga kerja. Sumba saat ini membuka kesempatan kerja bagi delapan ratus orang perbulan untuk bekerja di PT Muria Sumba Manis (MSM) yang membuka lahan tebu dan pabrik gula terbesar ke-2 di Indonesia. Proyek gula ini akan menyerap sekitar tujuh ribu orang sampai tahun 2019 dan saat ini proses perekrutan sudah dimulai. Bagi saudara-saudara yang ingin bekerja di PT MSM kesempatan sangat terbuka juga bisa difasilitasi langsung oleh pihak disnakertrans.

 

 
 
Umbu Ho Ara, SE. M.Si dengan materi‘Mendorong daya saing (usaha) ekonomi daerah dalam menghadapi pasar globalmemaparkan tentang daya saing yaitu denganmenciptakan kesanggupan menghadapi tantangan persaingan pasar internasional sekaligus meningkatkan pendapatan rill. Globalisasi melahirkan International Monetary Fund (IMF) yang meningkatkan saling ketergantungan, Bank Dunia (World Bank), kebebasan dan kemampuan individu serta perusahaan dalam memprakarsai transaksi ekonomi. Globalisasi pasar bebas menjadi pasar yang tidak dapat diintervensi oleh kebijakan negara.
 
Di akhir kegiatan pelatihan Shantaria A.R. Nodu salah seorang peserta mengatakan, “Saya peserta yang baru mengenal Stube-HEMAT Sumba merasa sangat senang mengikuti kegiatan ini, karena saya bisa memahami secara mendalam tentang sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan global.Selain itu saya bangga karena di antara banyak mahasiswa diSumba, saya terpilih menjadi peserta pelatihan. Semoga padapelatihan berikutnya saya diberi kesempatan lagi untuk mengikuti pelatihan.
 

 

 

Harapan-harapan yang muncul dalam kegiatan pelatihan adalahpemerintah dan pihak swasta bisa bekerjasama dengan lebihbaik demi pembangunan di Sumba. Melalui pelatihan ini,mahasiswa mampu membaca peluang yang ada untuk mengembangkan diri bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. (YAW).
 

 


  Bagikan artikel ini

 Mengolah Bumi Pertiwi  Makanlah dari apa yang kamu tanam!

pada hari Sabtu, 8 September 2018
oleh adminmarno
 
 
 
Indonesia memiliki banyak potensi menghasilkan produk-produk olahan makanan dari tanaman lokal. Sajian makanan ini bisa dipakai untuk mengimbangi pesatnya perkembangan sektor wisata. Dalam perjalanan menyongsong perkembangan menjadi destinasi wisata di Indonesia, pulau Sumba harus mulai memikirkan ragam makanan dari hasil panen petani Sumba sendiri sebagai bagian penting menjamu tamu. Namun sungguh disayangkan, pada kenyataannya saat momen-momen tertentu, penyajian makanan masih dalam bentuk olahan sederhana seperti direbus atau pun digoreng, tanpa sajian dan kemasan yang lebih menarik.


Membaca peluang ke depannya, Meliani Retang, mahasiswi STT GKS, mengambil peluang mendalami seluk-beluk mengolah produk tanaman lokal saat mengikuti program eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta. Berlatarbelakangkan jurusan Teologi (kependetaan) yang saat ini ditempuh, Meliani mendapatkan bekal tambahan selain melayani kotbah, untuk melakukan pembangunan ekonomi jemaat melalui usaha produktif pengolahan tanaman lokal menjadi aneka ragam makanan. Kue dari olahan labu kuning, tepung jagung, tepung ketela, tepung pisang atau pun tepung ketan tidak kalah enaknya dengan kue dari olahan tepung terigu. Dengan kemasan dan pemasaran yang lebih modern, maka produk lokal ini bisa menjadi unggulan produk suatu daerah.



Selain motivasi-motivasi yang diberikan oleh board in chargeStube-HEMAT dan Ariani Narwastujati selaku direktur eksekutif, lembaga ini terus mendukung dengan jejaring dan peluang-peluang yang bisa dilakukan para mahasiswa aktivisnya. Kristiana Triwulan, pengajar tata boga di SMK BOPKRI 2-Yogyakarta menjadi salah satu jejaring tempat Meliani belajar dan praktik mengolah bahan lokal. Sebagai mahasiswa teologi, Meliani juga diberi kesempatan membawakan renungan pagi untuk guru dan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Ada banyak hal yang dipelajari di sekolah ini, selain bagaimana makanan dimasak juga belajar bagaimana memilih bahan yang berkualitas untuk dimasak, bahkan sampai pengemasan serta kreativitas dalam penyajian agar konsumen tertarik.


 
Makanlah dari apa yang kamu tanam, menjadi penyemangat untuk mencintai produk lokal selain memupuk mental untuk kemandirian pangan. Proses menuju kesadaran ini tentu saja sedikit mengusik kenyamanan yang sudah dirasakan. Dalam setiap ketidaknyamanan ada proses pertumbuhan pemikiran agar lebih kreatif dan menjawab tantangan yang ada. (MR).
 

  Bagikan artikel ini

Pahappah Untuk Indonesia

pada hari Jumat, 7 September 2018
oleh adminstube
 
 
Sapaan hangat orang Sumbayang diwujudkan dalam penyajian dan pemberian sirih pinang bagi setiap orang yang berkunjung atau bertamu pada sebuah rumah di Sumba, disebut Pahappah. Praktek ini menjadi ciri khas dari pulau ini yang dilakukan dari generasi ke generasi secara turun-temurun. Pahappah itu sendiri terdiri atas sirih, pinang dan kapur. Pada saat ketiga unsur tersebut dikunyah jadi satu didalam mulut, akan menghasilkan warna merah dan rasa khas tersendiri. Pinang yang tadinya terasa sepat, sirih yang terasa pedas, dan kapur yang dapat menyebabkan rasa panas pada lidah, telah melebur menghasilkan satu rasa dan manfaat positif untuk memperkuat gigi sehingga tidak mudah berlobang.

Pahappah menjadi gambaran akan keanekaragaman serta kekhasan suatu daerah di Indonesia. Keanekaragaman ini juga bisa ditemui dalam setiap forum diskusi atau pun pelatihan Stube-HEMAT yang dihadiri mahasiswa dari berbagai daerah seperti Sumatera, Maluku, Lembata, Atambua, Sumba, Halmahera, Yogyakarta, dan lain-lain. Keanekaragaman ini seperti unsur Pahappah, apabila masing-masing memahami fungsi dan tugasnya untuk saling melengkapi akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa bagi bangsa ini.
 
Kegiatan lanjut trainingWestern and Eastern Values, yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai denominasi kepercayaan, latar belakang budaya, jenis kelamin, juga latar belakang studi, bagaikan unsur-unsurPahappah yang menyatu. Kesadaran berinteraksi, bertukar-pikiran, sharing dan saling memahami menjadi modal besar terpeliharanya kesatuan dan perdamaian. Demikian halnyaWestern and Eastern Values bukan sesuatu yang harus diperdebatkan, tetapi dicari titik temu dengan menggali unsur-unsur yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan hak azasi manusia. (MR).


 

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua