Menulis itu penting karena dengan menulis seseorang bisa menyalurkan hobi, mengungkapkan perasaan dan bahkan mempengaruhi orang lain. Seseorang perlu melatih kemampuan menulisnya karena menulis merupakan gabungan antara pengetahuan dan seni. Jadi, semakin sering menulis seseorang akan semakin fasih dan terampil dalam merangkai kata-kata menjadi tulisan.
Kemampuan menulis perlu dimiliki oleh mahasiswa sehingga Stube-HEMAT Sumba sebagai lembaga pendampingan mahasiswa di Sumba memfasiltasi mereka dengan pelatihan Jurnalistik. Pelatihan di Waingapu berlangsung di Sekretariat Stube-HEMAT Sumba sejak Rabu, 16 Mei 2018. Yanto Hangga, salah satu tim Stube-HEMAT Sumba membuka rangkaian pelatihan dengan memandu perkenalan peserta dan menjelaskan program dan tujuan acara sekaligus memperkenalkan Trustha Rembaka, S.Th, koordinator Stube-HEMAT Yogyakarta, yang memfasilitasi pelatihan yang membekali mahasiswa mengenal dan menerapkan keterampilan tulis menulis.
Enam belas orang peserta mengikuti pelatihan ini dan mereka berasal dari berbagai kampus di Sumba Timur antara lain kampus Prodi Keperawatan Waingapu, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba, AKN Sumba Timur dan beberapa pegiat komunitas seperti Komunitas Ana Humba dan Komunitas Ana Tana.
Dalam perkenalannya Trustha mengajak peserta menceritakan kecamatan masing-masing dan potensi yang dimiliki. Ternyata ada peserta yang kesulitan menjelaskan desa dan potensinya. Sebenarnya pengenalan diri ini menjadi ide awal seseorang untuk mulai menulis, menceritakan menjadi kelebihan dan kekurangan daerah asalnya. Kemudian, melalui tulisan,seseorang akan dikenal bahkan ketika ia sudah tiada, tulisannya tetap abadi. Kita, yang ada di Sumba mengenal tokoh-tokoh Indonesia maupun dunia karena tulisan. Kita mengamini mereka karena pemikiran mereka untuk bangsa dan kemanusiaan yang diwujudkan ke dalam tulisan.
Langkah awal menulis adalah mengenal jenis tulisan, sepertireportase, tulisan liputan peristiwa atau kejadian di lapangan sesuai fakta-fakta. Opini, jenis tulisan yang berupa pendapat, gagasan atau ide sebagai respon atas munculnya suatu masalah. Dalam opini penulis menganalisa masalah dan memberikan alternatif penyelesaiannya. Feature, tulisan pendek bersifat informatif dan inspiratif yang membahas tentang tokoh, tempat wisata dan budaya. Dan puisi, tulisan ungkapan perasaan dan terkadang simbolis yang terikat aturan tertentu seperti jumlah baris, jumlah suku kata maupun vokal. Selanjutnya peserta menentukan topik tulisan sesuai dengan minat masing-masing dan membuat kerangka dari tulisan yang akan dibuatnya.
Pertemuan berikutnya berupa kelas kecil yang memfasilitasi peserta berdiskusi dengan fasilitator. Ini dilakukan agar pendampingan menulis berjalan lebih efektif dan peserta leluasa dalam mendiskusikan tulisannya. Hanya delapan dari enam belas peserta yang menindaklanjuti pertemuan konsultasi ini. Harus diakui bahwa menulis memang tidak mudah, namun peserta tetap bersemangat menyelesaikan tulisan masing-masing.
“Saya terinspirasi dengan pertemuan ini, ternyata menulis bermanfaat bagi saya meski awalnya sulit. Saya bisa menyampaikan informasi, bahkan siapa tahu bisa dimuat di media cetak dan yang penting saya bersemangat belajar jurnalistik itu sendiri”,ungkap Yanto Umbu Muri,mahasiswa Universitas Kristen Wira Wacana Sumba.
Menjadi penulis muda yang berdampak harus berawal dari sekarang, dan mulailah menulis dari saat ini. (Sarimita Andani Ata’ambu).
Catatan:
Kelas Jurnalistik juga berlangsung di Lewa, memfasilitasi mahasiswa di STT GKS. Ada tujuh mahasiswa program studi Teologi dan Pendidikan Agama Kristen mengikuti kelas ini, mereka berasal dari Mamboro, Kodi, Lewa, Waikabubak dan Waingapu. Mereka mempelajari topik yang sama dengan kelas jurnalistik di Waingapu.