Peternakan babi yang berkembang dan menguntungkan menjadi harapan bagi setiap peternak, termasuk di Sumba, karena babi menjadi kebutuhan penting di Sumba. Perlahan tapi pasti peternak di Sumba Timur bangkit kembali setelah hancur karena serangan virus. Berkembangnya peternakan babi tidak bisa ditopang satu pihak, oleh peternak saja, tapi harus bersinergi dengan pihak lain, dalam hal ini pemerintah melalui dinas peternakan kabupaten Sumba Timur supaya peternak mengetahui kebijakan pemerintah di bidang peternakan, pemerintah juga mengetahui apa saja yang dihadapi peternak.
Ruang interaksi ini digagas oleh Multiplikator Stube HEMAT di Sumba yang fokus pada peternakan babi. Bertempat di Alexis Cafe, Waingapu, (3/2/2022) Multiplikator menghadirkan Drh. Yohanes Anggung Praing, M.Si., Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur. Dalam kegiatan yang diikuti dua puluh mahasiswa dan enam peternak babi, Kadis Peternakan memaparkan topik ‘Grand Design’ Peternakan Babi dan Strategi Pengembangan Ternak Babi di Sumba Timur. Narasumber juga mengapresiasi kegiatan mengumpulkan para mahasiswa dan peternak. Ia melanjutkan bahwa Grand Design Peternakan Babi dan Strategi Pengembangan Ternak Pascaserangan Virus merupakan dua bagian yang bisa berjalan bersama. Pasca serangan virus, mau tidak mau, berbagai hal harus dicoba dan dilakukan pemerintah, masyarakat dan pihak yang perhatian pada ternak babi. Sesungguhnya pemerintah sangat peduli dengan apa yang dialami peternak, tetapi pemerintah tidak bergerak cepat karena pembatasan disebabkan Covid 19, dimana pertemuan dibatasi, anggaran diprioritaskan untuk penanganan Covid. Ketika kondisi membaik, maka pemerintah segera melangkah.
Panduan pemerintah di bidang peternakan, khususnya babi, fokus pada: 1) Breeding Ternak Babi/Menyiapkan Indukan Babi yang akan disalurkan kepada masyarakat dengan sistem bergulir, dari anggaran pengembangan peternakan Tahun Anggaran 2022 Dinas Peternakan menyediakan 200 calon induk babi yang akan diberikan kepada kelompok peternak atau masyarakat. Para calon penerima akan diseleksi dengan ketat agar pengadaan induk babi ini berhasil dan tidak salah sasaran, sehingga di tahun mendatang peternakan babi membaik dan menjadi unggulan di Sumba Timur. 2) Penerapan Biosecurity Peternakan Babi, menjadi keharusan mengingat virus African Swine Fever (ASF) sangat ganas dan mampu bertahan hidup di luar ternak, seperti daging ternak yang kering, pada kotoran ternak dan mudah menjalar melalui lalat, binatang lain bahkan manusia. Aturan saat ini setiap babi yang masuk dan keluar daerah harus steril, bebas virus ASF atau memiliki surat bebas virus yang dikeluarkan oleh pihak berwenang daerah asalnya. Bahkan, makanan yang mengandung daging babi harus bebas virus berdasar dokumen dari pihak berwenang agar kondisi peternakan saat ini semakin membaik. 3) Strategi pengembangan peternakan saat ini didorong di tingkat peternak, yaitu kondisi kandang yang steril dan sirkulasi udara lancar, secara tradisional masyarakat memelihara babi dengan dilepas di pekarangan, namun demi peningkatan kualitas maka babi harus dikandangkan. Kemudian pemberian makanan tidak bercampur dengan ternak lain, setiap babi yang masuk harus jelas asal-usulnya dan memiliki rekam kesehatan sesuai standar yang dikeluarkan dinas terkait.
Paparan narasumber membuka wawasan para peternak dan mahasiswa sehingga mereka antusias untuk terus mengembangkan ternak babi. Dinas Peternakan terbuka untuk masukan dari masyarakat, bahkan Dinas Peternakan mengupayakan kelompok peternak babi Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba menjadi mitra dalam program pengembangan ternak babi di Sumba Timur dan mendapat ternak dari dinas.
Ketika sinergi dari pihak-pihak yang berkaitan peternakan babi terwujud dengan baik dan berkelanjutan, ini menjadi modal kuat demi bangkitnya peternak babi di Sumba Timur. Ayo, anak muda dan para peternak babi, bergerak bersama Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba untuk bangkit dan berkembang.***