Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba.
Setiap tahun tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Perayaan ini merupakan wujud penghormatan atas jasa-jasa Raden Ajeng Kartini dalam mempelopori pendidikan dan emansipasi bagi wanita di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, hari Kartini merupakan hari saat perempuan Indonesia mengekspresikan dirinya sebagai perempuan yang setara dengan lawan jenisnya. Perkembangan jaman yang semakin dinamis menunjukkan bahwa keberadaan perempuan memiliki peran baik dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan berumah tangga. Di era digital, emansipasi wanita yang telah didapat membawa perempuan lebih bisa beraktualisasi dan mengabarkan kepada dunia luar tentang dirinya, dengan berbagai aspek seperti pendidikan, budaya, sosial, bisnis dan masih banyak lagi.
Perayaan hari Kartini, melalui program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba, kelompok tenun Kawara Panamung mengadakan berbagai perlombaan outdoor seperti futsal, bisik kata dan memasukkan pensil dalam botol dengan menggunakan sarung (Kamis, 21/04/2022) di rumah tenun Tanatuku. Meski sulit bermain futsal menggunakan sarung, namun acara itu tetap berlangsung meriah. Gelak tawa dan canda selalu terjadi saat ibu-ibu kesulitan menendang bola, bahkan saat ada seorang peserta yang salah menendang atau jatuh, semua tidak dapat menahan tawa. Debi Hada Indah, peserta tenun ikat mengaku baru pertama kali ikut futsal memakai sarung. Ia terlihat sangat gembira dan penuh tawa ketika melihat teman-temannya menendang bola namun tidak tepat sasaran. Tidak kalah seru dengan perlombaan lain seperti bisik kata, apalagi kata yang diambil kosakata seputaran tahapan menenun yang sedang dipelajari dan ditekuni.
Di akhir perlombaan, ibu-ibu kelompok tenun terlihat sangat gembira saat menerima hadiah berupa sembako. Setelah perlombaan usai, rekaman aktivitas perlombaan ditayangkan di YouTube channel Kawara Panamung sehingga keluarga, kerabat dan masyarakat luas dapat menyaksikan kemeriahan perlombaan dan banyak yang mengapresiasi semangat ibu-ibu saat mengikuti perlombaan. Nikodemus Njurumana, kepala desa Tanatuku bangga ketika menonton channel Kawara Panamung dan berjanji akan menyumbangkan benang untuk kelompok tenun.
Pertandingan futsal menjadi simbol kesetaraan gender di era modern ini, sebab selama ini futsal identik dengan laki-laki. Selain itu, kaum perempuan di desa Tanatuku mampu meneladani sikap Kartini, yaitu perempuan harus selalu bahagia melaksanan tugas sehari-hari, pintar mendidik anak di keluarga, mandiri dan mampu bersinergi dengan kaum laki-laki, dan yang paling penting perempuan makin berdaya dan produktif. Perempuan bisa menjadi role model pengetahuan digital khususnya bagi keluarga dan masyarakat desa Tanatuku, dan masyarakat Sumba Timur pada umumnya. Selamat hari Kartini untuk semua perempuan hebat masa kini. Jika perjuangan R.A Kartini terdahulu adalah emansipasi wanita, maka Kartini-Kartini di masa sekarang berjuang menjadi perempuan yang merdeka dan mampu beradaptasi dengan teknologi informasi yang ada. (EUD)***