Oleh: Frans Fredi Kalikit Bara
Aktivitas Petani Muda dalam menjalankan usaha hortikultura tidak selamanya berjalan mulus, namun ada tantangannya tersendiri. Ini adalah salah satu bagian dari resiko yang harus dihadapi oleh petani muda di Sumba. Akhir-akhir ini kondisi harga produk hortikultura pada bulan September dan Oktober mengalami penurunan dan banyak petani yang merasa putus asa dengan kondisi ini. Selain masalah harga di penghujung musim panas dan awal musim hujan, tingkat serangan hama dan penyakit cukup tinggi dan mengakibatkan banyak petani hortikultura yang mengalami gagal panen.
Bertolak dari persoalan di atas, Lembaga Stube-HEMAT melalui program multiplikasi menyelenggarakan kegiatan yang mengangkat tema tentang “Ledakan produksi produk hortikultura di penghujung tahun 2021 dan pengaruh terhadap naik turunnya harga” dan tema yang kedua tentang “Perubahan iklim dan tantangan budidaya hortikultura di musim hujan”.
Kegiatan ini dilakukan di Lambanapu, lokasi pusat studi pertanian hortikultura (Sabtu, 04/12/2021). peserta yang hadir dalam pelatihan ini yakni kalangan mahasiswa, pemuda gereja, petani muda dan beberapa petani yang senior. Suasana dalam pelatihan ini cukup hidup karena peserta yang baru lebih aktif bertanya ketimbang peserta yang sudah beberapa kali mengikuti pelatihan ini.
Dalam pelatihan ini Elias Taemnanu selaku pemateri memberikan penegasan agar memperhatikan pergiliran tanaman pada satu musim. Hal ini dilakukan agar tingkat ledakan serangan hama dan penyakit berkurang dan cara ini dapat memutus rantai perkembangan hama dan penyakit. Selain itu petani juga harus memiliki kalender musim tanam dan kalender pasar. Hal ini bisa membantu petani untuk terhindar dari ledakan produksi hortikultura serta menurunnya harga–harga produk hortikultura. Dalam pelatihan ini diharapkan agar petani terus belajar dari pengalaman dan terus mengembangkan ilmu pertanian dengan cara–cara terbaru yakni menerapkan inovasi pertanian demi mencapai hasil produksi yang maksimal dan berkualitas.