Oleh: Frans Fredi Kalikit Bara
Minggu, 04 April 2021 menjadi satu ceritera dan kenangan tragis yang membuat warga Malumbi, Lambanapu dan sekitarnya merasa trauma. Seroja Cyclone memicu bencana banjir bandang di sungai Kambaniru telah merusak bendungan Lambanapu yang selama ini mengaliri lahan sawah seluas 1.400 hektar sementara itu tingkat ketergantungan masyarakat di sekitar aliran irigasi cukup tinggi. Sehingga bisa dibayangkan dampak kerusakan untuk dunia pertanian. Tidak hanya lahan sawah tetapi banyak warga yang kehilangan rumah dan kebun pinggiran sungai karena telah terkikis oleh arus banjir.
Dampak berkelanjutan dari peristiwa ini, sebagian besar petani kehilangan aktivitas produktif yang selama ini dapat menunjang kehidupan sehari-hari dan kehidupan yang akan datang. Tidak hanya di wilayah Malumbi dan Lambanapu saja yang mengalami dampak langsung ataupun dampak tidak langsung melainkan juga luapan air banjir merobohkan beberapa jembatan, beberapa rumah di Kambaniru terendam luapan air, akses jalan yang menuju ke wilayah selatan juga terputus dan bandar udara Umbu Mehang Kunda juga tergenang oleh air banjir sehingga aktivitas penerbangan berhenti total dalam beberapa hari.
STUBE HEMAT melalui program multiplikasi bersama dengan Kelompok Taruna Tani Tunas Baru memberi respon untuk peristiwa ini dengan cara menyelenggarakan satu diskusi yang membahas, ”Strategi bertani pasca bencana banjir bendungan Kambaniru”. Yang menjadi narasumber dari tema ini sebenarnya dari lingkup pemerintah dalam hal ini Camat Kambera, namun berhubungan dengan penyebaran Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur yang meningkat maka tema ini dibahas internal bersama Ketua kelompok bersama pengurus dan dibahas bersama dalam kelompok. Apabila menunggu pemerintah merenovasi bendungan maka diperkirakan akan memakan waktu sekitar 3 tahun sampai fungsi kembali seperti semula. Langkah alternatif yang dilakukan setelah diskusi tersebut adalah tetap melakukan usaha pertanian dengan cara memanfaatkan air tanah atau air sumur. Ada yang menggunakan teknologi sederhana dengan menyediakan mesin pompa air dan selang penyiram dan ada juga yang akan menggunakan sistim irigasi drip.
Adapun harapan yang ingin dicapai dalam diskusi ini yakni, petani tetap bisa bertahan hidup dan bertani dengan cara memanfaatkan sistem irigasi terbaru, yang berikut adalah petani mulai berani untuk melepaskan tingkat ketergantungan pada saluran irigasi dan yang terakhir adalah bencana bukan penghambat untuk tidak melakukan usaha pertanian melainkan mengajarkan petani untuk lebih kreatif dan menemukan cara-cara baru dalam bertani.***