Tahun 2015 ini, Stube-HEMAT Sumba mengutus enam mahasiswa dan anak muda untuk belajar di Stube-HEMAT Yogyakarta. Yang berangkat pada tahap pertama adalah Yakoba Pindi Ana Jawa Ratundima (STT Terpadu), Dhany Adrian Apriyanto Umbu Tunggu (STIE Kriswina)dan Nikson Retang (AKS) pada medio Agustus. Mereka semua berangkat menggunakan KMP Awu dari Waingapu.
Selama mengikuti program, Dhany dan Nikson belajar pertanian untuk beberapa hari di Joglo Tani, Sleman. Mereka belajar dengan TO Suprapto, seorang praktisi pertanian tentang sistem pertanian terpadu, yang memadukan berbagai unsur dalam pertanian meliputi pekerja tani, lahan, irigasi tanaman dan ternak. Air irigasi untuk memelihara ikan dan menyiram tanaman cabai, sawi, kangkung dan bayam, kemudian dialirkan ke kandang anak itik, berikutnya ke kandang itik petelur dan akhirnya ke sawah. Telur-telur itik ini ada yang dibeli oleh masyarakat setempat, ada yang dijual umum dan sebagian diolah menjadi telur asin. Kedua peserta berpendapat bahwa model pertanian seperti ini belum banyak dikembangkan di Sumba.
Ana, mahasiswa Pendidikan Agama Kristen, untuk beberapa hari belajar di Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, mengamati proses belajar yang memberi anak kebebasan untuk berkembang sesuai bakatnya. Kesempatan berdialog dengan Bu Wahya, pendiri Sanggar Anak Alam, lebih mendorongnya untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki.
Pertanian lahan pasir di Samas dengan Pak Bandi sebagai penggerak petani pantai, menjadi tempat belajar Dhany dan Ana berikutnya. Keduanya tidak saja belajar teknik mengolah hamparan pasir menjadi lahan siap tanam, tetapi juga menambah wawasan mengenai kemandirian petani terhadap pupuk dan pestisida.
Nikson belajar di peternakan babi di Kadipiro dengan harapan Nikson memiliki pengetahuan tambahan tentang pemeliharaan ternak babi yang baik, mulai dari pemilihan indukan dan pejantan yang berkualitas, kualitas air minum, pakan, vitamin, serta kebersihan kandang. Masyarakat Sumba tidak asing dengan ternak babi sebagai kelengkapan adat dan menjadi pendapatan tambahan keluarga.
Saat di Yogyakarta, mereka mengikuti pelatihan ekonomi kelautan yang diadakan Stube-HEMAT Yogyakarta. Peserta pelatihan berinteraksi langsung dengan kehidupan laut, nelayan dan permasalahan ekonomi kelautan. Selain peserta menyadari potensi kelautan di Indonesia dan memperkuat nilai tawar nelayan nasional, mereka diharapkan mampu menemukan terobosan atau temuan baru untuk pertumbuhan ekonomi kelautan khususnya di Sumba. Ana belajar di kawasan konservasi Mangrove Baros, Bantul, Nikson mendalami kehidupan nelayan di Muncar, Banyuwangi dan Dhany berinteraksi dengan nelayan di pelabuhan Sadeng, Gunungkidul.
Peserta tahap kedua, Norman Tamu Ama(STIE Kriswina), Anthonius Landu Jawa(Universitas Arta Wacana, Kupang) dan Hermina Tamu Rambu (STT GKS Lewa)berangkat 11 Oktober 2015.
Koperasi, kerajinan dan pengembangan wisata menjadi materi utama selama mengikuti program ini. Koperasi mahasiswa UGM, Malioboro, Benteng Vredeburg, dan Taman Pintar menjadi tempat kunjungan awal mereka.
Selanjutnya Norman, Anthon dan Hermina mengikuti praktek kerajinan memanfaatkan bambu Cendani, si bambu kecil tetapi kuat. Kreasi yang dibuat ada hanger baju, lampion dan kap lampu. Materi perkoperasian dan simulasi koperasi simpan pinjam mereka pelajari dari pengelola simpan pinjam kampung Nyutran, Yogyakarta dan diharapkan menjadi pemantik untuk membuatnya di Sumba sehingga masyarakat bisa bebas dari jerat rentenir. Proses belajar dan praktek kerajinan kerang dilakukan di kediaman bu Maryati, dusun Rejosari Gunungkidul. Dari sinilah ide-ide berbahan dasar kerang mulai bermunculan dan bisa dikembangkan di Sumba.
Pertemuan lain yang mereka ikuti yaitu diskusi tentang ekonomi dan pengembangan wisata di Sumba bersama Ir. Hero Darmawanta, M.T, board Stube-HEMAT dan diskusi Anak Muda dan Gerakan Sosial bersama Eko Prasetyo (Social Movement Institute).
Di akhir program, peserta berkomitmen untuk membagikan pengalaman dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan selama di Yogyakarta kepada teman-teman Stube-HEMAT Sumba dan masyarakat Sumba. Saatnya membuktikan ketrampilan dan membaktikan pengetahuan untuk Sumba. Selamat berkarya! (TRU).