Membaca dan menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh anak muda dan mahasiswa dalam menghadapi tuntutan global. Tentu akan banyak sekali manfaat yang akan kita temui disaat kita banyak membaca dan menulis. Akan tetapi budaya membaca dan menulis di kalangan anak muda atau mahasiswa Sumba Timur terbilang masih rendah. Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya temui, kalangan kampus yang seharusnya menjadi sarang kutu buku, malah jarang sekali ditemui para mahasiswa yang membaca dan menulis. Perpustakaan seolah-olah selalu hening, bukan dikarenakan hening menghargai pembaca atau penulis lainnya ketika berada pada perpustakaan tetapi memang sunyi karena jarang sekali ditemui mahasiswa yang ada di perpustakaan.
Sangat disayangkan jika seorang yang bergelar mahasiswa atau sarjana tidak mempunyai keahlian dalam menulis dan suka membaca buku. Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya temui juga, jika kita yang bergelar mahasiswa atau sarjana pulang kampung atau desa selalu diminta tolong oleh aparat desa dan masyarakat untuk membuat surat, proposal, laporan dan lain sebagainya. Tentu sangat ironis jika kita tidak bisa melakukan hal-hal tersebut.
Bagi saya, tentu tidak ada kata terlambat jika kita terus mau berlatih untuk menulis dan membaca. Kita bisa meluangkan waktu 15-30 menit per hari untuk menulis dan membaca. Awalnya akan terasa berat tetapi jika kita terus melakukan maka akan terasa mudah dan menyenangkan. Tulisan bisa kita mulai dari hal yang sering kita lihat, dengar, dan gelisahkan. Akan menjadi mudah jika tulisan dimulai dari lingkungan kita karena kita hanya menceritakan kembali pengamatan yang sering kita lihat seperti kampung kita yang masih tinggi tingkat kekerasan terhadap perempuan atau anak, sulitnya menjangkau air bersih, listrik yang belum ada dan lain sebagainya.
Kebiasaan membaca dan menulis akan membawa dampak positif bagi si penulis seperti bertambahnya wawasan berfikir, mampu berpikir kritis, bertambahnya ilmu pengetahuan, menemukan ide-ide, mendapatkan pengetahuan yang baru, dan bisa mendapatkan solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah. Sementara bagi seseorang yang tidak membaca serta menulis, ia tidak mampu berfikir kritis, tingkat pengetahuannya rendah, selalu mengeluh ketika menghadapi sesuatu yang rumit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
Sudah saatnya anak muda dan mahasiswa Sumba Timur mempunyai kemampuan menulis serta gemar membaca, karena daerah ini membutuhkan SDM yang tinggi, mampu menciptakan ide, peduli lingkungan sekitar, bersikap kritis dan cerdas. Mengutip Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis novel dan pejuang hak asasi manusia mengatakan bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Jadi tunggu apa lagi, kita sebagai anak muda harus siap membekali diri.***