"...Diberitahukan kepada seluruh penumpang untuk tidak membuang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempat yang telah disediakan" itulah salah satu pesan yang terdengar di speaker yang ada di Kapal Motor Awu. Pesan ini selalu disampaikan oleh petugas kapal setiap kali bertolak dari pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi dari Waingapu, Bima dan Benoa.
Ketika berlayar menggunakan KM Awu dari Waingapu ke Surabaya, penulis mengalami hal yang tidak nyaman karena kapal begitu kotor, sampah berserakan di mana-mana, seperti gelas plastik, cup mie instan, botol minuman kemasan, puntung rokok dan sampah lainnya. Padahal dari awal penulis berpikir kalau di dalam kapal pasti keadaannya bersih, tetapi kenyataannya tak seperti yang dibayangkan.
Berkaitan dengan KM Awu sendiri, kapal ini merupakan kapal milik PT Pelni, sebuah perusahaan yang mengelola transportasi laut di Indonesia. Kapal ini merupakan produksi dari galangan kapal di Papenburg, Jerman tahun 1991 dengan bobot 6.000 Gross ton (GT) dengan dimensi panjang 99.80 m, lebar 18.00 m, kecepatan jelajah 15.00 Knot dan mampu mengangkut 969 penumpang, satu kelas dengan KM Sirimau dan KM Tatamailau. Nama Awu sendiri diambil dari nama gunung di kepulauah Sangihe Talaud, Sulawesi Utara
Kapal ini biasa melayani mobilitas penumpang dan barang antar pulau di Indonesia, khususnya jalur pelayaran Kalabahi (Alor), Tenau (Kupang), Ende (Flores), Waingapu, (Sumba), Bima, Sumbawa), Benoa (Bali), Surabaya (Jawa Timur) dan Kumai (Kalimantan Tengah). Dari rute tadi nampak bahwa KM Awu sangat berjasa menghubungkan daerah-daerah tersebut sehingga kapal harus terpelihara dengan baik. Ini bukan saja tanggungjawah perusahaan pelayaran tetapi juga para penumpang kapal. Pentingnya kesadaran terhadap kebersihan sangat diperlukan oleh setiap insan yang memiliki akal budi, ini berawal dari diri sendiri untuk menjaga kebersihan, seperti membuang sampah pada tempatnya.
Berbagai upaya dilakukan petugas kapal untuk memelihara kapal ini, khususnya kebersihan. Petugas kapal telah menyiapkan tong-tong sampah di beberapa tempat dan setiap pagi pun mereka membersihkan kapal dengan mengangkut sampah dan mengepel dek kapal. Sayang, sebagian penumpang tetap saja membuang sampah sembarangan. Mereka berpikir yang penting sampah di tangan mereka bisa segera terbuang bahkan membuangnya ke laut! Ini menunjukkan bahwa masih banyak penumpang yang kurang sadar bahkan abai terhadap pentingnya kebersihan. Terbukti ketika penulis menegur salah seorang penumpang yang membuang sampah ke laut, "sampahnya kok dibuang ke laut?" Tidak ada jawaban dari penumpang itu bahkan berlalu berjalan menjauh dan sampahnya pun tetap dibuang ke laut.
Selain itu, perlu ada tindakan tegas dari petugas kapal agar para penumpang sadar terhadap kebersihan kapal, misalnya memberikan teguran langsung, dan memberikan sanksi kepada penumpang yang kedapatan membuang sampah ke laut. Masing-masing penumpang pun bertanggungjawab untuk saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan kapal.
Kenyamanan pelayaran menjadi harapan bersama baik petugas kapal atau pun penumpang, sehingga semua bertanggungjawab untuk mewujudkannya, dari kebersihan, kenyamanan penumpang dan laut pun tetap bersih. Semoga. (Vebiati Lende).