By: Elisabeth Uru Ndaya
Bekerjasama, bergotong royong merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai sebuah cita-cita besar. Dengan kebersamaan maka persatuan dan kesatuan dalam sebuah kelompok akan semakin kokoh dan harmonis. Sikap-sikap positif dari setiap individu sangat diperlukan untuk menjaga dan mempererat kebersamaan diantara anggota, juga perlu memiliki sikap saling menghargai, saling mengerti dan saling mendengarkan. Mau menerima kritikan, saling memaafkan, saling melindungi adalah sikap yang harus dipertahankan dalam sebuah komunitas. Gerakan seperti inilah yang terus dibangun dan didengungkan kepada peserta kelompok tenun ikat Kawara Panamung.
Peserta kelompok tenun terus menyelesaikan proses Pamening atau menghani (6/11/2021). Kegiatan ini dilakukan dua orang sebagai berikut, benang yang digulung berbentuk bola diurai pada kayu rangka bernama wanggi pamening, dengan ukuran panjang dan lebar sesuai ukuran kain yang ingin dibuat. Untaian benang yang telah dibentangkan seukuran kain, itulah yang dinamakan Hiamba. Dan pada saat ini kelompok tenun sudah menghani untuk 18 lembar kain, selanjutnya akan terus berproses menghani atau pamening benang sampai menghasilkan 22 lembar kain. Selama proses menghani, peserta tenun sekaligus menyelesaikan proses karandi rumata yang artinya membuat simpul untuk tiap 8 utas benang dengan menggunakan tali atau benang. Tahapan ini dilakukan untuk tiap 1 liran hiamba, dan masing-masing liran berjumlah 175 untaian benang, setelah itu lanjut pada tahap puha wanggu yaitu memasukkan tali penghitung diantara tiap liran. Tentu ini bukanlah proses yang mudah untuk dilakukan, jika tidak teliti dan salah menghitung dalam menghani dan membuat simpul maka akan kesulitan dalam proses menenun nantinya.
Walaupun peserta kelompok Kawara Panamung sudah pernah mempelajari proses ini setahun lalu namun mereka harus terus belajar lebih giat lagi untuk lebih teliti dalam mengikuti setiap tahapan dalam menghani. Kegigihan dan semangat kekompakan yang mereka bangun terus mengiringi penyelesaian setiap tahapan yang ada. Mama Yustina sebagai pelatih tenun dengan kesabarannya membimbing mereka menekuni setiap proses. Ketika peserta kelompok salah dalam menghitung benang dan sudah terlanjur menghani dalam jumlah banyak, sering membuat patah semangat untuk mengulangi proses dan enggan meneruskan tahapan itu lagi karena takut salah. Namun mama Yustina selalu mengatakan kepada mereka, “Setiap perempuan yang sudah hebat dan pakar dalam menenun tentu dulu pernah berbuat salah dalam berproses. Dulu ketika baru belajar tenun, berulang kali saya gagal menghitung, membuat simpul dan harus berulang kali saya mengulangi proses itu sehingga pada akhirnya sekarang proses itu biasa bagi saya. Intinya terus tekuni apa yang dipelajari sekarang nantinya pasti kalian bisa,” tegasnya.
Beginilah dinamika kelompok tenun Kawara Panamung dalam berproses mendalami keterampilan menenun. Ada banyak tantangan yang dihadapi, namun itu semua tidak mengurangi semangat dalam satu kebersamaan dan kesatuan.