Widiaji, salah seorang Tim Kerja Stube-HEMAT, bersama Gracy S. Marpaung, mahasiswi yang aktif dalam beberapa kegiatan Stube-HEMAT, menerbitkan buku “Raup Rupiah dari Sampah Plastik”. Buku yang diterbitkan oleh Kanaya Press, Jakarta ini mengupas tentang serba-serbi bisnis kreatif sampah plastik.
Ada banyak hal yang dipaparkan buku ini; mulai dari pentingnya pengelolaan sampah plastik yang baik sampai peluang ekonomi yang dimungkinkan dengan pengelolaan sampah plastik secara kreatif.
Selain dikemas dengan bahasa yang lugas, buku ini juga mencantumkan lebih dari 50 contoh produk kreatif yang bisa dibuat dari sampah plastik. Ilustrasi yang dibuat oleh Triasmana Wirasta, mahasiswa yang juga aktif dalam beberapa kegiatan Stube-HEMAT, semakin meramaikan dan memperkaya materi buku ini.
Buku ini terdiri dari 8 bab yang menarik: 1) Plastik sahabat kita, 2) Sampah plastik sebagai bahan baku baru, 3) Bisnis kreasi sampah plastik, 4) Serba-serbi kreasi sampah plastik, 5) Memulai bisnis kreasi sampah plastik, 6) Tips menekuni bisnis kreasi sampah plastik, 7) 10 hal baik ketika sampah plastik dikelola secara kreatif, dan 8) Bisnis kreasi sampah plastik yuuuk!
Nah, menarik kan isinya? Mau tahu lebih banyak lagi tentang bisnis kreasi sampah plastik? Ayo segera beli dan baca bukunya di toko buku terdekat! Sebelum kehabisan loh,,
Kelas komputer diadakan untuk mahasiswa asal Papua, khususnya yang berasal dari Puncak Jaya. Kelas ini diadakan setiap hari Senin. Peserta belajar tentang dasar menggunakan komputer dan program mengetik dan presentasi, Microsoft Word dan Microsoft Power Point.
Olahraga dilakukan pada hari Jumat di Wisma Immanuel. Program ini telah dilakukan 2 kali dan diikuti oleh teman-teman peserta pelatihan Stube-HEMAT. Olahraga yang dilakukan adalah voli.
Kelas bahasa Jepang diadakan setiap Sabtu di Sekretariat Stube-HEMAT. Kelas ini diampu oleh (hehehe,, aku lupa namanya) dan Ibu Ariani Narwastujati. Peminat kelas ini sekitar 10 orang. Dalam kelas ini, selain dilakukan dengan metode pengajaran biasa, teman-teman juga dikenalkan dengan budaya Jepang secara singkat.
Pada 23 Maret 2009, Stube-HEMAT diundang oleh Lembaga Intelektual Papua (LIP) untuk mempresentasikan lembaga Stube-HEMAT untuk mahasiswa asal Papua yang belajar di Yogyakarta.
Dalam kegiatan ini, Stube-HEMAT menyampaikan sejarah dan visi misi lembaga, juga program-program yang dapat mahasiswa ikuti. Natal, Ketua LIP menyambut gembira kegiatan ini karena membuka jejaring bagi mahasiswa asal Papua untuk mengembangkan dirinya.
Di akhir kegiatan, disepakati bahwa follow up yang akan dilakukan bersama adalah kelas bahasa Inggris dan kelas jurnalistik untuk teman-teman asal Papua yang berminat.
Dalam rangka Program Orientasi, Stube-HEMAT mengadakan Pelatihan Pengembangan Diri untuk mahasiswa, khususnya mahasiswa baru. Pelatihan ini diadakan pada 22-24 Februari 2009 di Wisma Kinasih, Kaliurang dan mengambil tema “Ayo, Optimalkan Potensi Dirimu”.
Stube-HEMAT mengadakan Meet & Greet mahasiswa aktivis Stube-HEMAT pada 16 Februari 2009 di Wisma Immanuel. Program ini dilakukan untuk mempertemukan mahasiswa aktivis Stube-HEMAT yang berpotensi dan membuat tindak lanjut kegiatan yang bisa dilakukan.
Acara ini dibuka oleh Pdt. Yeanne dengan menyampaikan renungan firman Tuhan dari Matius 4:1-10. Renungan ini tentang Tuhan Yesus yang memanggil Rasul untuk dijadikan rekan untuk mengabarkan injil dan menyelamatkan umat manusia. Tuhan Yesus mengajak kita untuk berbagi sukacita dengan yang lain dengan membagikan apa yang kita dapat dari pelatihan. Harta yang berharga yang disimpan tidak akan berguna. Akan berguna jika dibagikan. Dengan mengumpulkan teman-teman Stube-HEMAT, kita akan membagikan apa yang sudah kita dapat.
Kegiatan dilanjutkan dengan ajakan untuk membuat kelompok minor dari pelatihan yang sudah dilakukan. Seperti membuat kelompok minor pertanian organik, karena pertanian organik prospek ke depannya sangat baik. Karena itu dibutuhkan teman-teman yang mau untuk mengembangkannya. Untuk teman-teman yang mempunyai komunitas, dapat mengundang Stube-HEMAT untuk diberi pelatihan. Karena Stube-HEMAT punya aset yang dapat di bagi bersama. Aset yang Stube-HEMAT punya antara lain tentang public speaking, spiritualitas, pengembangan diri,analisis sosial, pembuatan blog, pertanian organik dan yang lain-lain. Teman-teman bisa membagikan pengalamannya seperti Sagrim yang suka menulis dan akhirnya menulis sebuah buku, Ina dapat berbagi tentang saham, dan lain sebagainya. Teman-teman yang telah mengikuti pelatihan juga dapat membantu tim Stube-HEMAT dalam melakukan pelatihan.
Dalam aktivitasnya, Stube-HEMAT akan selalu menyampaikan informasi kegiatan-kegiatan yang sedang dan akan dilakukan kepada mahasiswa. Untuk teman-teman yang belum bergabung dalam mailing list Stube-HEMAT, diminta untuk segera bergabung.Stube-HEMAT saat ini memfasilitasi kegiatan olah raga setiap hari Sabtu di Wisma Immanuel dan kegiatan Teater yang latihannya akan dilakukan hari Jumat. Japanese Club akan dilakukan di GKJ Mergangsan dan Les Bahasa Inggris akan dilakukan di Wisma Immanuel setiap hari Sabtu. Selain itu juga ada Kelas Jurnalistik setiap hari Sabtu di Wisma Immanuel.
Lembaga Jendela Ekologi mengadakan event Jogjakarta Green Festival pada 14 Februari 2009 di Mandala Bakti Wanitatama, Yogyakarta. Acara ini dilakukan dalam rangka Edukasi Publik “Untuk Adaptasi Perubahan Iklim pada Komunitas Indie dan Kampus di Perkotaan Yogyakarta”.
Perubahan iklim telah menjadi wacana banyak pihak. Meningkatnya gas rumah kaca yang terdiri dari karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitroksida (N2O) di atmosfer bumi telah memicu terjadinya pemanasan global yang kemudian berdampak pada perubahan iklim. Akibatnya, temperatur udara semakin panas. Berbagai macam bencana, seperti: kekeringan, banjir, longsor, badai, dan angin putting beliung terjadi silih berganti di berbagai belahan dunia.
Indonesia, sebagai negara kepulauan di wilayah tropis merupakan negara yang rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan akan mengurangi ketersediaan air untuk irigasi dan air minum. Kekeringan panjang dan banjir akan menyebabkan kegagalan panen yang akan mengancam kehidupan para petani. Cuaca yang berubah-ubah secara ekstrim akan berdampak signifikan terhadap perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia yang bergerak pada sektor riil seperti bidang pertanian, perikanan, kehutanan, pesisir dan daerah perkotaan. Perubahan iklim akan menimbulkan ancaman besar bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan dan bencana alam yang akan menyebabkan kehancuran secara ekonomi, sosial, dan ekologis.
Di wilayah Yogyakarta, perubahan iklim telah menimbulkan permasalahan di kalangan petani. Beberapa tahun terakhir, petani di Yogyakarta mulai kesulitan menentukan musim tanam. Musim kemarau tidak lagi berkisar dari bulan April ke Oktober dan musim hujan tidak lagi tepat datang di bulan November hingga Maret. Meski belum terlalu berdampak pada jumlah hasil produksi pertanian, tetapi saat ini para petani mulai kesulitan memprediksi kapan waktu yang tepat untuk mulai bercocok tanam. Di samping itu, pada tahun 2006 di Yogyakarta, akibat cuaca yang berubah-ubah, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai angka 894 orang, penderita diare mencapai 5.366 orang dan penderita infeksi saluran pernafasan (ISPA) mencapai 47.378 orang penderita. Angka ini merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan jumlah penderita jenis penyakit yang sama selama lima tahun terakhir.
Karena itu, perkumpulan Jendela Ekologi (JE), sebuah lembaga non profit di Yogyakarta memberikan perhatian besar terhadap masalah ini. Sebagai bagian dari komitmen mengembangkan pendekatan berkelanjutan dalam pembangunan ekologi sosial di Indonesia, maka program edukasi publik untuk adaptasi perubahan iklim dilakukan untuk komunitas indie dan kampus di wilayan perkotaan Yogyakarta.
Program ini akan fokus pada empat strategi: 1) Pengembangan konsep berupa eksplore data dan informasi terkait dampak perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan kelompok sasaran. Tujuannya agar dapat dikumpulkan informasi terkait pemahaman kelompok sasaran tentang perubahan iklim, apa saja perilaku dan pola konsumsi mereka yang berdampak pada perubahan iklim, sehingga dikembangkan pendekatan yang konseptual dalam pelaksanaan program ini, 2) Promo program melalui penyebaran poster dan release kepada kelompok sasaran, publikasi dalam website Jendela Ekologi dan event-event stake holder, serta talk show di radio dan televisi lokal Yogyakarta. Promo ini diharapkan dapat menyebarluaskan informasi tentang program dan teknis pelaksanaannya kepada kelompok sasaran dan masyarakat perkotaan Yogyakarta, 3) Edukasi publik, dilaksanakan melalui film festival, kontes fotografi, green teatrikal, dan green music event, penyebaran infosheet, talkshow radio, dan FGD campus to campus untuk diskusi tentang adaptasi perubahan iklim, 4) Tindak lanjut program melalui pembentukan dan pelatihan peer group untuk adaptasi perubahan iklim dan perilaku ramah lingkungan di perkotaan Yogyakarta. Peer group direkrut dari personil-personil potensial kelompok sasaran dan merupakan cikal bakal dari eco creative community, sebuah komunitas kreatif dan peduli lingkungan hidup yang akan dibina dan difasilitasi oleh Jendela Ekologi.
Jogjakarta Green Festival merupakan akhir dari rangkaian program edukasi publik untuk adaptasi perubahan iklim tersebut. Dalam Jogjakarta Green Festival, 18 mahasiswa aktivis Stube-HEMAT menjadi bagian dari panitia penyelenggara. Mereka mendukung berjalannya acara dari awal sampai akhir.
Partisipasi mahasiswa aktivis Stube-HEMAT dalam acara ini antara lain: 1) ikut mempersiapkan tempat festival, 2) menjadi panitia selama acara berlangsung, dan 3) berpartisipasi dalam kepanitiaan lomba menggambar,dan 4) mengikuti pameran lembaga-lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Senat Sekolah Tinggi Teologi Nazarene Indonesia (STTNI) mengadakan Seminar Public Speaking pada 2 Februari 2009. Pada kesempatan ini, salah satu tim kerja Stube-HEMAT Yogyakarta, Widiaji, menjadi pemateri seminar.
Seminar Public Speaking diadakan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa STTNI tentang apa itu public speaking. Hal ini penting dilakukan karena mahasiswa Teologi setiap aktivitas pelayanan mahasiswa STTNI memerlukan ketrampilan public speaking yang baik.
Materi public speaking yang diberikan antara lain: 1) arti dan tujuan public speaking, 2) modal dasar public speaking, 3) tipe-tipe pembicara, dan 4) tips-tips menjadi public speaker yang baik. Selain pemberian materi, dalam seminar ini diadakan 2 tes sederhana tentang topik-topik yang berkaitan dengan public speaking.
Peserta seminar antusias untuk mengikuti seminar ini. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang peserta lontarkan dalam seminar ini.
Peserta seminar lebih dari 40 orang. Sayangnya, hanya 20 orang yang mengisi absensi. Dan tidak ada dokumentasi. Kedua hal ini menjadi catatan untuk meningkatkan persiapan kegiatan yang akan datang.
Ada banyak kegiatan dalam Program Orientasi 2009. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1. Tim Kerja Stube-HEMAT Mengisi Seminar Public Speaking di STTNI
2. Mahasiswa Aktivis Stube-HEMAT Menjadi Volunteer Jogja Green Festival
3. Meet & Greet Mahasiswa Aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta
4. Pelatihan Pengembangan Diri
5. Pengenalan Stube-HEMAT di Asrama Kamasan
6. Kelas Bahasa Inggris
7. Kelas Bahasa Jepang
8. Kelas Jurnalistik
9. Workshop Teater
10. Olahraga
11. Kelas Komputer