Pelatihan Social Entrepreneurship
Saatnya yang Muda Berkarya
Wisma Martha, 22 – 24 Agustus 2014
“Setelah mengikuti pelatihan Social Entrepreneurship, banyak hal baru yang saya dapat. Kegiatan ini membuka wawasan saya khususnya tentang daerah asal saya, Sumba. Semoga saya dapat terus dilibatkan dalam kegiatan selanjutnya” ungkap Abisag Ndapatara, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Aby, panggilan akrabnya, menjadi peserta pelatihan Social Entrepreneurship Stube-HEMAT Yogyakarta, Jumat – Minggu, 22 – 24 Agustus 2014 di Wisma Martha Yogyakarta.
Pelatihan yang diikuti 33 peserta dari berbagai kampus dibuka dengan perkenalan peserta yang memperkenalkan diri menggunakan bahasa daerah masing-masing dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Trustha Rembaka, S.Th., menjelaskan bahwa pelatihan ini membantu mahasiswa mengasah kemampuan dan menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan sosial yang terjadi di sekitar mereka. Peserta diharapkan mampu melihat, menemukan dan mengembangkan potensi daerah asal mereka dan menjawab permasalahan yang terjadi di sana. Selanjutnya, peserta diharapkan kreatif dan berani memunculkan inovasi dalam pembangunan masyarakat.
Stenly R. Bontinge, S.T, menyampaikan tentang Stube-HEMAT, sejarah lembaga dan kegiatannya. Sesi ini dilengkapi dengan sharing pengalaman Hery Alberth Gardjalay, mahasiswa fakultas Hukum, Universitas Janabadra, asal Dobo, Maluku yang diutus ke Sumba dalam program Exploring Sumba. Sedangkan Pascah Hariyanto, mahasiswa Teologia STAK Marturia Yogyakarta di saat libur kuliah ia kembali ke desa asalnya, Pisang Jaya, OKU Timur, Sumatera Selatan untuk mengamati hama tikus dan ancaman gagal panen serta peran gereja dalam mendampingi petani untuk menghadapi masalah tersebut.Tidak ketinggalan Septi Dadi yang akrab dipanggil Putry, di masa libur kuliah, ia kembali ke daerah asalnya, Sumba, untuk meneliti tingkat putus sekolah siswa SMA kelas 11 di Waingapu tahun 2010 – 2014. Penelitian yang berkaitan dengan angka-angka statistik ini sejalan dengan kuliahnya di Pendidikan Matematika UST.
Pemahaman Social Entrepreneurship dan ruang lingkupnya dipaparkan oleh I Nyoman Matheus dari LPM Pelita Kasih, yang memiliki pengalaman mendampingi dan memberdayakan masyarakat. Kemudian Y. Endro Gunawan memandu peserta melakukan pemetaan daerah asal peserta, baik itu masalah maupun juga potensinya.
Sesi Eksposur berupa kunjungan belajar di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran (GAP). Peserta dibagi dua kelompok lokasi kunjungan yaitu, gunung api purba dan embung Nglanggeran. Masing-masing kelompok mengamati dan mendalami awal mula pengembangan kawasan GAP Nglanggeran. Sugeng Handoko, S.T., sebagai inspirator pengembangan kawasan GAP menceritakan awal perintisan kawasan wisata GAP dan pentingnya partisipasi masyarakat. Bahkan, Sugeng Handoko mendorong peserta untuk berani mewujudkan ide-ide kreatif mereka ke dalam proposal rintisan kegiatan. Pdt. Bambang Sumbodo, M.Min, menantang peserta untuk kreatif dan inovatif ketika menghadapi masalah kaum muda, juga tidak gengsi ketika melakukan suatu karya.
Di akhir acara, peserta merumuskan desain kegiatan kreatif untuk menjawab permasalahan sosial yang terjadi di sekitar mereka, antara lain: Kelompok Angles, yang melihat permasalahan keuangan mahasiswa dengan merintis angkringan lesehan. Kemudian kelompok Ramah Lingkungan, yang melihat lahan yang menganggur dan rusaknya tanah karena pupuk kimia, karena itu peserta mencoba membuat pupuk ramah lingkungan dan menanam sayuran di sekitar rumah kos. Sedangkan kelompok Sajojo melihat kecenderungan anjloknya harga salak ketika panen raya, tertantang mengadakan kegiatan alternatif pemanfaatan kebun salak. Kemudian kelompok Umba Paraing yang tergerak mendampingi komunitas ibu petani sayuran di Waingapu di tengah keterbatasan akses informasi mengenai sayuran. Sedangkan peserta dari Alor memiliki ide untuk mengenalkan pantai Mali di pulau Alor. Selamat berproses. Saatnya yang Muda Berkarya. (TRU)