BELAJAR HAL YANG BERBEDA
Pendeta belajar pertanian? Apa tidak salah, atau kurang kerjaan? Ternyata itu kenyataan yang terjadi. Enam orang pendeta dari Tanah Toraja Mamasa menyempatkan diri mampir ke Stube HEMAT Yogyakarta, setelah kurang lebih satu bulan melakukan studi banding di beberapa GKI di Jawa seperti di Solo, Semarang, Bandung dan Jakarta, mereka berniat belajar dan mengetahui apa itu pertanian organik dan bagaimana membuat pupuk organik sebelum pulang ke kampung halaman di Sulawesi.
Dijemput dari penginapan mereka di LPPS Samirono, mereka diantar oleh Direktur Eksekutif Stube HEMAT, Ariani Narwastujati dan salah satu board Stube HEMAT, Pdt. Bambang Sumbodo menuju GKJ Jodhog untuk bertemu dengan beberapa petani di paguyuban petani organik Jodhog. Ketua Majelis GKJ Jodhog, Pendeta Harjono, beberapa petani dan koordinator Stube HEMAT Yogyakarta sudah siap di tempat dan dengan ramah menyambut kedatangan rombongan, dilanjutkan perkenalan, makan pagi bersama dan share pergumulan dalam mengelola pertanian dengan sistem organik.
Pendeta Dema Mosu, Pdt. Sakala, Pdt. Piersan, Pdt. Mega, Pdt. Irma, dan Pdt. Murni dari Toraja Mamasa sangat antusias mengikuti sharing berkaitan dengan permasalahan pertanian, karena gereja mereka di Mamasa juga berbasis pertanian dengan jemaat petani. “Wah, bisa-bisa yang saya ingat dari satu bulan kunjungan kami untuk studi banding di Jawa adalah pertemuan hari ini,” kelakar Pendeta Dema Mosu. “Karena kami sangat terkesan bagaimana penanganan pertanian organik di GKJ Jodhog yang sungguh menginspirasi kami yang datang dari pedesaan. Ini adalah hal nyata yang bisa kami terapkan di daerah kami,” lanjutnya saat santap siang bersama mahasiswa-mahasiswa yang tergabung di Stube HEMAT Yogyakarta.
Pendeta Piersan berpesan kepada mahasiswa-mahasiswa daerah yang punya kesempatan belajar di Yogyakarta dan mengenal Stube HEMAT, “Kami menjadi pendeta sampai saat ini dengan bekal hanya dari kampus, kami berusaha keras bagaimana menjawab permasalahan di lapangan. Kalian beruntung bisa belajar apa saja selain di kampus dengan dukungan Stube HEMAT. Bekal kalian untuk pulang menjawab permasalahan lapangan lebih banyak dari kami. Untuk itu jangan sia-siakan kesempatan ini dan kami akan beritahukan ini ke Sinode supaya anak-anak kami yang di Yogyakarta ini bisa mengenal dan aktif di Stube HEMAT.”**