Dua Jam Mengenal Indonesia

pada hari Kamis, 31 Mei 2018
oleh adminstube
 
 
Indonesia saat ini sedang ‘prihatin terkait isu intoleran. Satu agama dengan lainnya salingberkompetisi dan mengklaim diri paling unggul. Situasi ini membuat anak muda enggan bergaul dengan teman lain keyakinan karena ada stigma negatif yang dibangun oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, terlebih pascateror dan tragedi bom Surabaya tanggal 13 Mei 2018.

Melihat situasi ini, Stube Hemat Yogyakarta mengambil bagian untuk membangun silaturahmi lintas iman dengan mengadakan buka puasa bersama. Acara ini dihadiri hampir kurang lebih 15 orang peserta dan 6 orang panitia pelaksanapada Rabu, 30 Mei 2018 di Sekretariat Stube-HEMAT.
 
Selain untuk bisa saling mengenal dan mengenalkan diri satu dengan yang lain acara ini menyajikan kuis Nusantara untuk lebih mengenal Indonesia dan keindonesiaan.Kebanyak yang hadiradalah mahasiswa dari luar Jogja dan bahkan luar Jawa, seperti Nusa Tenggara Barat, Lampung, Kalimantan dan Nusa Tenggara TimurSuasana menjadi lebih hidup dan meriah saat peserta diajak terlibat dalam kuis/ Cerdas Cermat Nusantara. Semangatmengenal kembali keberagaman dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dari Sabang sampai Merauke,seperti pulau-pulau terluar Indonesia, ibu kota propinsi, tempat bersejarah di Jogja, lagu tradisional, pakaian tradisional, dan kota-kota bersejarah masa penjajahan sampai kemerdekaan, terpancar dari setiap peserta.

Dari hasil games yang di pandu oleh Indah, salah satu tim Stube-HEMAT, ternyata tidak banyak yang familiar dengan beberapa kota yang ada di Sulawesi padahal kota-kota tersebut merupakan ibu Kota Propinsi. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk bisa lebih mengenal Indonesia lebih baik lagi. Karena dengan begitu kita sebagai anak muda, tidak mudah diprovokasi dengan berbagai isu negatif yang sengaja dibangun karena kita sudah lebih dulu tahu dan paham dengan keberagaman serta kekayaan yang dimiliki oleh negara kita tercinta ini. Acara berlangsung meriah sekalipun peserta yang hadir 75% baru saling mengenal, tetapi mereka semangat dan sangat aktif untuk berinteraksi.


Dengan lebih mengenal Indonesia maka kita akan semakin mencintai negara kita. Pergesekan terjadi karena adanya ketidak percayaan yang sengaja dibangun diantara kita, terutama anak muda yang mudah tersulut emosinya. Jika anak muda tidak diberi pemahaman yang benar maka keputusan yang diambil sudah pasti tidak sejalan dengan Pancasila.
 
Acara ini sedikit banyak mengakomodir anak muda bisa bertemu dan saling merangkul teman-teman lintas imanuntukberkomunikasi. Jika permasalahan dapat diselesaikan dengan komunikasi maka tidak akan ada kekerasan yang memakan korban jiwa.Mari bergandengan tangan, bahu membahu melawan ketidakadilan yang mengatasnamakan agama. (SAP).
 

  Bagikan artikel ini

Datang, Lihat, Lakukan dan Aku Bisa! Kelompok Follow-up Mahasiswa Asal NTT  

pada hari Jumat, 25 Mei 2018
oleh adminstube
 
 
Manusia memiliki kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu yang besar, ia akan berusaha mencari jawab pertanyaan yang mengganggu pikirannya sampai mendapat jawaban. Rasa penasaran ini juga menyelimuti benak para peserta pelatihan Pertanian Organik Stube-HEMAT Yogyakarta (4-6 Mei 2018) ketika mendengar TO Suprapto, salah satu fasilitator dalam pelatihan tersebut yang memaparkan tentang pertanian terpadu dan pemanfaatan bahan lokal untuk pupuk cair.
 
Berbekal semangat dan keinginan belajar yang kuat,Rabu, 23 Mei 2018, kelompok mahasiswayang terdiri darilima orang ini(yang notabene berasal dari NTT)pergi ke Godean, tepatnya ke Joglo Tanimilik TO Suprapto, untuk mendalami pembuatan pupuk cair karena mereka adalah anak petani tetapi belum tahu bagaimana membuat pupuk cair dari bahan yang ada di daerah, karena mereka jarang memanfaatkan bahan lokal menjadi pupukdengan harapan mereka bisa menerapkannya ketika pulang ke daerah asal. Mereka adalah Bram (mahasiswa Pertanian), Daniel (mahasiswa Ilmu Pemerintahan), Chindy Rawambaku (mahasiswa Teknik Sipil) dan Elisabeth Uru Ndaya (mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris) keempatnya dari pulau Sumba dan Ikha Manu (mahasiswa Psikologi dari Soe).

Aktivitas di Joglo Tani diawali dengan berkunjung ke bagian pembuatan pupuk cair dan pupuk padat. Di sini peserta berdiskusi dengan Bowo, adik kandung TOSuprapto, tentang urine kelinci sebagai salah satu contoh bahan pupuk cair, sekaligus praktek mengenal bahan-bahan pembuatan pupuk cair, menakar bahan-bahannya hingga siap difermentasi. Mereka praktek bersama-sama para siswa SMK yang juga belajar di sana.
 
Bahan pembuatan pupuk cair yaitu, urin sapi 20 liter, rempah-rempah/empon-empon 2 kg, buah-buahan busuk, tetes tebu 1 liter, guano kohe 2 kg, daun gamal dan batang pisang. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut: rempah-rempah diiris kecil dan direbus, setelah mendidih, bahan tadi didinginkan dan dicampur dengan urin sapi, tetes tebu, buah-buahan busuk, daun gamal, dan batang pisang yang sudah dicacah. Bahan-bahan tadi dimasukkan dalam ember dan ditutup rapat selama sekitar dua minggu supaya berfermentasi. Setelah dua minggu, pupuk cair sudah jadi dan siap digunakan. Jika tidak ada urin sapi, bahan pupuk cair bisa menggunakan air kelapa, dan tetes tebu bisa diganti gula merah. Pupuk cair ini bermanfaat untuk meningkatkan kadar hara dalam tanah karena ada kandungan nutrisi organik dan menyegarkan tanaman. Manfaat lain menggunakan empon-empon adalah membunuh hama yang ada di dalam tanah karena sifat bawaan empon-empon yang cenderung panas.


Bram Mila, salah satu peserta mengungkapkan, “Kesan yang saya dapat adalah cara praktek pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) memang sangat mudah dan tidak terlalu butuh biaya untuk bahannya, karena semua tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan sebagai bahan pupuk maupun insektisida. Sekarang saya bisa membuat POC sendiri dengan bahan kunyit dan halia (jahe), masing-masing satu kg.”
 
Memang sudah terbukti bahwa proses belajar dengan datang, lihat, lakukan akan membuat seseorang menguasai suatu materi pembelajaran dengan lebih baik. Karena itu, anak muda, mulai kenali bahan-bahan lokal di daerahmu dan manfaatkanlah untuk meningkatkan produksi pertanian masyarakat. (ELS).
 

  Bagikan artikel ini

Kelapa Halmahera: Potensi yang Terabaikan

pada hari Jumat, 25 Mei 2018
oleh adminstube
 
 
 
“Tanamlah apa yang kau makan, dan makanlah apa yang kau tanam, untuk bisa mandiri pangan!” Ungkapan ini benar-benar menggelitik dua bersaudara yang saat itu mengikuti pelatihan pertani anorganik Stube-HEMAT, medio Mei 2018. “Kami menanam kelapa, apakah kami juga harus makan kelapa setiap hari?” Pasti ada cara buat potensi kelapa Halmahera yang sejauh ini baru isi buahnya saja yang dimanfaatkan.

Sekilas Halmahera: pulau berbentuk huruf K kecil yang berada di timur pulau Sulawesi ini merupakan pulau penghasil pala, cengkeh, kelapa dan hasil laut yang melimpahseperti timun laut, ikan kerapu, ikan tuna dan cakalang. Karena hasil alamnya, Portugis dan Spanyol saling berebut pengaruh dan kekuasaan di pulau ini.Saat ini Halmahera sudah menjadi provinsi sendiri yaitu provinsi Maluku Utara yang sebelumnya di bawah provinsi Maluku. Provinsi ini memiliki banyak wisata bawah laut, selain wisata budaya dan peninggalan sejarah bahkan memiliki kesultanan yang sampai saat ini masih berdiri kokoh yaitu kesultanan Ternate & Tidore.
 
Magnet wisata menjadi luar biasa setelah ditunjang infrastruktur yang terus diperbaharui untuk menunjang produktivitas masyarakat Maluku Utara atau Moluku Kieraha. Halmahera Timur merupakan salah satu kabupaten termuda dari semua kabupaten yang ada diprovinsi Maluku Utara. Terdapat banyak suku yang hidup berbaur di dalam kabupaten, seperti suku Tobelo, Maba, Buli yang merupakan suku asli dan ada juga yang pendatang seperti suku Jawa, Bugis, Toraja, Sanger dan lainnya.
 
Di kabupaten Halmahera Timur sendiri terdapat 9 kecamatan. Salah satu kecamatan yang merupakan penghasil beras adalah kecamatan Wasile Tengah. Di kecamatan ini terdapat banyak transmigran dari Jawa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani dan menjual hasil pertanian ke Tobelo dan Buli. Masyarakat asli di daerah ini kebanyakan suku Tobelo, Papua dan Sanger yang sudah datang ke tanah Halmahera jauh sebelum Indonesia merdeka. Mereka sudah menjadi masyarakat asli yang tinggal di beberapa desa seperti Hatetabako, Puao, Kakaraino & Nyaolako. Empat desa ini merupakan desa pesisir. Desa Puao dan Hatetabako sendiri merupakan desa yang berdekatan dan rata-rata masyarakatnya nelayan dan petani. Petani di desa ini memiliki ratusan ton hasil kelapa yang setiap tahun panen tetapi belum ada pemanfaatan dari limbah kelapa sendiri selain kopra. Kegelisahan ini sangat dirasakan oleh anak muda yang sudah studi di Jogja & Jakarta, seperti Witno dan Erik. Mereka berdua merupakan saudara sepupu yang tinggal berbeda desa.

Kegelisahan ini mereka ungkapkan saat mengikuti pelatihan pertanian Organik yang diselenggarakan oleh Stube-HEMAT Yogyakarta. Karena kegelisahan mereka, Stube berusaha mengajak mereka berkunjung ke salah satu tempat olahan bathok kelapa yang produknya sudah dikirim ke berbagai negara baik Asia dan Eropa yaitu Chumplung Adji Craft’ yang berada di dusun Santan, Pajangan, Bantul, Yogyakarta.
 
Sampai di sana mereka begitu antusias mengetahui manfaat kelapa dari A hingga Z beserta produk turunannya, sehingga sangat termotivasi untuk segera menyelesaikan studi dan segera pulang kampung ke Puao dan Hatetabako, sebab potensi kelapa yang luar biasa yang mereka milikisama sekali belum dilirik untuk menjadi komoditi sumber penghidupan masyarakat. Padahal di sepanjang garis pantai desa mereka banyak sekali pohon kelapa. Selain untuk kopra dan minyak kelapa untuk memasak tidak ada lagi olahan lanjutan.

Sejauh mata memandang di tepi pantai dan di bawah pohon kelapa pasca panen hanya tumpukan sampah bathok kelapa yang dibiarkan lapuk dan dibakar. Padahal diChumplung Adji Craft’ ini, dari bathok kelapanya saja dapat dijadikan berbagai kreasi seperti cangkir, mangkok, tempat aksesoris, tempat tisu, tas, kancing baju dan lainnya, belum lagi batang kelapanya yang bisa dijadikan sendok, garpu dan aneka produk kreatif lainnya.


Pergumulan dan harapan untuk bisa memanfaatkan limbah kelapa atau bahkan mengalihkan dari kopra yang harganya juga tidak menentu ke kerajinan sangat mungkin dilakukan di masa mendatang. Saat ini dari dusun Santan-Yogyakarta untuk Indonesia, maka harapannya dalam waktu 4-5 tahun ke depan dari Puao & Hatetabako-Maluku Utara, untuk Indonesia. (SAP).

  Bagikan artikel ini

Apa Kabar Lumbung Pangan Kita?

pada hari Selasa, 8 Mei 2018
oleh adminstube

 

 

Merosotnya kualitas tanah akibat pemakaian unsur kimia, gagal panen, serangan hama tanaman, kasus keracunan pangan karena kontaminasi bahan kimia dan mikrobiologi, membuat manusia berpikir betapa pentingnya menjaga alam dengan mengurangi bahan kimia dan menggantinya dengan bahan organik atau pupuk kandang dan bahan-bahan alami lainnya untuk menghasilkan pangan yang sehat, pangan yang organik. Pangan organik berasal dari sistem pertanian organik yang menerapkan manajemen untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas berkelanjutan dengan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman, serta penggunaan bahan-bahan hayati.

 

 

 

Kecenderungan manusia untuk memakai pupuk dan mengkonsumsi makanan organik merupakan satu langkah maju untuk menyelamatkan bumi dari bencana dan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan, dan itu menjadi tugas dan tanggung jawab semua orang untuk saling mengingatkan pentingnya menjaga alam tempat manusia hidup bersama.

 

 

 

Dari berbagai permasalahan lingkungan, petani dan pertanian, serta pola hidup masyarakat khususnya mahasiswa yang sering tidak memperhitungkan makanan organik dan sehat, Stube-HEMAT Yogyakarta mengadakan Pelatihan Pertanian Organik “Apa Kabar Lumbung Pangan Kita?” Tema ini memberi pemahaman kepada mahasiswa pentingnya pertanian organik bagi keberlangsungan hidup dan rantai ekosistem alam.

 

 

 

Pelatihan yang dilakukan selama tiga hari dua malam, mulai dari 4-6 Mei 2018 di wisma Camelia Kaliurang menghadirkan TO Suprapto, tokoh tani organik dari “Joglo Tani” Yogyakarta, yang membawakan konsep dasar pertanian organik dengan menekankan ‘makan apa yang kita tanam, tanam apa yang kita makan, sehingga kita bisa berdaulat atas pangan sekaligus mengkonsumsi makanan sehat dari produk organik. TO Suprapto juga memberi peluang studi bagi setiap anak muda yang tidak mampu, untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi, dengan catatan harus jurusan pertanian

 

 

 

Agar peserta mampu melakukan pemetaan potensi dan resiko di daerah mereka, Dr. F. Didiet Heru Swasono, M.P., dosen Pertanian Universitas Mercu Buana, fakultas Agro Teknologi menyampaikan tentang pentingnya sertifikasi organik sebagai standar perlindungan konsumen berdasarkan peraturan menteri dan standar nasional Indonesia, serta perlunya kemampuan melakukan pemetaan baik itu sosial budaya dan lingkungan bagi peserta untuk kampung halaman mereka.

 

 

 

Untuk menyelaraskan antara materi dengan fakta lapangan maka pada hari kedua, semua peserta melakukan eksposur ke dua tempat, yakni Kelompok Wanita Tani Bumi Lestari” di desa Sembung, Purwobinangun, Pakem dan kebun buah dan pertanian Kuncup yang dikelola oleh Dedy Tri Kuncoro. Kedua tempat ini merupakan representasi dari pertanian organik yang sudah berjalan dan bahkan berinovasi dalam pembuatan pupuk. “Bumi Lestari” sendiri merupakan salah satu titik dari beberapa titik Lumbung Mataraman yang digagas oleh Sri Sultan HB X.

Sementara di kebun buah dan pertanian “Kuncup yang dikelola oleh Dedy mengembangkan tabulampot (tanam buah dalam pot) yang juga sudah dipasarkan ke luar daerah dan sayuran organik yang secara rutin diproduksi dan dipasarkan di Yogyakarta. Keberpihakan Kuncup dalam edukasi pertanian organik mewujud dalam lahan penelitian mahasiswa dan wahana kunjungan wisata dan belajar pertanian. Di sini peserta tertarik pada pemanfaatan limbah telur sebagai bahan pembuatan pupuk organik.
 
 
 

 

Berbicara pertanian tidak akan lepas dari ekonomi dan politik negeri ini. Indonesia yang saat itu diangankan bisa swasembada beras membuka lebar masuknya berbagai macam jenis pupuk kimia demi revolusi hijau. Rahmat Jabaril (seniman, tokoh kampung kreatif Dago Pojok), Eko Prasetyo (Social Movement Institute) dan Paguyuban Petani Organik Jodhog, melengkapi percakapan dan pemikiran mengenai kemandirian, kreativitas, isu-isu penyerobotan tanah, tantangan petani Indonesia dan kesejahteraan rakyat.

 

 

 

Dua puluh tujuh peserta sangat antusias mengikuti acara pelatihan tiga hari ini dan merencanakan tindak lanjut, seperti membawa komunitas baru berkunjung ke paguyuban petani, mendalami pemanfaatan kelapa, mempromosikan pangan dan pertanian organik di media sosial, menanam obat herbal organik dan belajar pembuatan pestisida organik.

 


Siapa saja berhak mendapatkan kehidupan yang layak dan sehat. Kehidupan yang sehat dan layak dibarengi dengan pola pikir dan pola hidup sehat yang seimbang. Maka sebagai generasi muda penerus bangsa, mari budayakan hidup sehat agar kita bisa menjadi agent of change dan mampu melahirkan generasi yang lebih sehat, cerdas dan hidup layak bahkan mandiri di negeri sendiri. (SAP).


  Bagikan artikel ini

KAMU BELA HAM (KA-um MU-da BELA-jar HAM)  

pada hari Selasa, 8 Mei 2018
oleh adminstube
 
 
Ada suasana yang berbeda di hari Sabtu, 5 Mei 2018 di salah satu gedung Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Beberapa anak muda dan mahasiswa dari berbagai daerah dan latar belakang studi berkumpul dalam acara KAMU BELA HAM. Acara apakah itu? Ya, KAMU BELA HAM (KA-um MU-da BELA-jar HAM) merupakan workshop yang diinisiasi oleh Amnesty International Indonesia (AI) dan Social Movement Institute (SMI) untuk memperkenalkan dasar-dasar Hak Asasi Manusia (HAM) kepada kaum muda dan membangun kepedulian dan kepekaan generasi muda terhadap HAM di lingkungan mereka.
 
Partisipasi Stube-HEMAT Yogyakarta dalam workshop ini merupakan bagian dari rangkaian panjang sejak Desember tahun lalu sebagai jejaring Amnesty International Indonesia dan Social Movement Institute di Yogyakarta. Sebagai lembaga pendampingan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang kuliah di Yogyakarta, Stube-HEMAT Yogyakarta melihat pentingnya kaum muda memahami HAM dan implementasi sehari-hari sehingga Stube mengutus Wilton Paskalis dan Robertus Ngongo, keduanya mahasiswa dari Sumba yang aktif dalam kegiatan Stube-HEMAT Yogyakarta menjadi peserta dalam workshop.

Di awal workshop, Eko Prasetyo, SH., dari SMI memaparkan gambaran umum HAM menurut Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), yang mana HAM merupakan hak yang melekat pada seseorang dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun dan atau dalam bentuk apa pun. HAM ini sangat sensitif, mengapa? Karena berhubungan erat dengan kehidupan tiap individu atau kelompok. Bukan berarti bertindak semaunya, tanpa etika atau moral, tapi pada kebebasan mendapat pendidikan, berpendapat, meningkatkan kualitas hidup, menikmati alam bebas dan sebagainya tanpa ada ikatan yang membatasinya. konsep HAM menurut DUHAM telah disepakati oleh semua negara, namun realitanya belum berjalan sesuai dari yang telah disepakati.

DUHAM ini adalah respon dari Perang Dunia II yang mengakibatkan bencana kemanusiaan, sehingga muncul gerakan dari berbagai negara yang bergabung di PBB dan menghasilkan DUHAM pada 10 Desember 1948. Nilai-nilai dasar DUHAM memuat kemajuan kebebasan, keadilan, perdamaian dan mengembangkan pengakuan universal dan penghormatan HAM yang terangkum menjadi 30 pasal yang mencakup: (1) hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya; (2) pengakuan martabat yang melekat pada semua manusia yang tidak dapat dicabut sebagai dasar bagi kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia; (3) adanya pengakuan universal bahwa HAM berlaku bagi semua manusia; (4) memajukan penghormatan atas HAM melalui pengajaran dan pendidikan serta upaya progresif baik secara nasional, maupun internasional. Salah satu contoh kasus internasional adalah pendudukan Israel atas tanah Palestina, sehingga orang-orang Palestina mengalami intimidasi, pembatasan akses dan kesulitan dalam menjalani hidup sehari-hari.
 
Pemaparan HAM dan relevansinya di Indonesia dan kaum muda diungkapkan oleh Sri Muhyati, yang menyatakan bahwa HAM relevan dengan Indonesia dan kaum mudanya. HAM sebagai cita-cita kemerdekaan, dijamin konstitusi UUD 1945, sesuai dengan hak-hak dasar yang wajib dipenuhi dan dilindungi negara. HAM sebagai cita-cita proklamasi kemerdekaan dan termuat dalam pasal-pasal dan pembukaan UUD 1945. Hidup sebagai manusia dan bangsa terjajah pernah dialami Indonesia, yang mana bangsa dan rakyat Indonesia kehilangan hak hidupnya. Perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah perjuangan HAM karena mengembalikan martabat manusia. Abdurrahman Wahid, yang dikenal dengan Gus Dur, tokoh bangsa dan mantan presiden Republik Indonesia mengungkapkan ‘memanusiakan manusia’, artinya manusia harus dimuliakan, namun realitanya masih perlu diperjuangkan. Pelanggaran HAM di Indonesia pernah terjadi saat peristiwa 1965, ketika orang-orang ditangkap dan dihukum tanpa pengadilan, penyiksaan fisik dan psikis.

Amnesty International sendiri merupakan organisasi nirlaba yang berdiri sejak 1960 yang dirintis oleh Peter Benenson, seorang pengacara di Inggris. Saat itu ia mengetahui ada dua mahasiswa Portugis yang bersulang untuk kemerdekaan. Ia menulis surat pembaca ke surat kabar dan akhirnya ditanggapi secara luas menuntut pembebasan hak-hak mereka. Sedangkan Amnesty International berdiri di Indonesia sejak Desember 2017. Fokus Amnesty International fokus pada gerakan global kampanye perlindungan HAM.
 
Workshop KAMU BELA HAM ini menjadi bagian pengenalan dasar-dasar HAM kepada kaum muda dan titik awal gerakan baru kesadaran terhadap HAM di Yogyakarta, karena ribuan anak muda dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Yogyakarta untuk belajar, sehingga pembelajaran HAM menjadi penting bagi mereka sebagai bekal ketika menempuh studi mereka di Yogyakarta dan saat kembali di daerah asalnya masing-masing. (Wilton Paskalis dan Robertus Ngongo).

  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (18)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 645

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook