Pengalaman mengikuti pelatihan Stube-HEMAT merupakan mutiara bagi generasi muda seperti saya, karena bisa berinteraksi langsung mengenal agama yang berbeda, seperti Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Berjumpa dengan orang-orang yang berbeda agama ternyata menyenangkan. Dengan dilandasi keterbukaaan dan persaudaraan, sehingga jauh dari adanya prasangka, jauh dari rasa sungkan maupun takut, menghapus kesan awal bahwa jika membicarakan agama akan diwarnai kekerasan, pertikaian, dan prasangka-prasangka buruk lainnya. Agama harus kembali pada esensinya, masing-masing mengajarkan kasih, kebaikan dan pengampunan, bukan kekerasan dan pertikaian.
Saat ini penting dibangun dialog sebagai komunikasi yang hidup antar agama yang berbeda, sehingga pemahaman agama tidak hanya tataran konsep melainkan memperjuangkan tatanan moral dan sikap etis dalam hidup bermasyarakat dan mendorong masing-masing agama tidak lagi mengganggap lebih dominan dari yang lain. Kehidupan beragama tidak saja berhenti pada ritus agama saja melainkan sampai pada sikap orang untuk saling menghargai dan mencintai tanah air sebagai wujud rasa nasionalisme, terlebih generasi muda mahasiswa dapat mengembangkan diri dan menjadi teladan dalam membuka interaksi antar umat beragama dan memperkuat tali persaudaraan.
Dalam kesempatan ini Stube-HEMAT Yogyakarta memberi pengetahuan baru dengan menolong saya, terlebih saya sebagai mahasiswa Teologi untuk tidak salah paham dengan agama lain dan memberi penilaian yang negatif terhadap pemeluk agama lain, sehingga hal in sangat mendorong saya merintis adanya sikap saling pengertian di antara mahasiswa yang berbeda agama sampai mempunyai sikap toleransi yang sangat tinggi dan mampu menghindarkan segala usaha dan tindakan yang merugikan orang lain supaya akhirnya memberi hasil dengan terwujudnya kerukunan antar umat beragama. Saya mempelajari apa yang disampaikan Pdt. Dr. Wahyu Nugroho M.A bahwa masing-masing agama memiliki keunikan tersendiri, sehingga penting juga mengajak pemeluk agama lain untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada tanpa meninggalkan komitmen keagamaan kita. Justru dengan perjumpaan itu seseorang memperkaya pengetahuan imannya.
Pengalaman berkunjung dan mengenal lebih dalam tentang Hindu di Pura Jagadnatha, Banguntapan sangat berkesan buat saya. Saya senang bisa bertanya mengenai konsep keselamatan kepada Pak Budi, ketua Pengempon Pura, yang menyambut kedatangan kami dengan terbuka. Ia memaparkan bahwa keselamatan dalam konsep Hindu berdasarkan karma yang berarti perbuatan, yakni barangsiapa yang berbuat baik ia akan menuai yang baik, dan yang jahat pula akan menuai hukuman. Di dalam kitab Upanisad dikatakan bahwa melakukan baik menjadi baik, melakukan jahat menjadi jahat. Karena semuanya bedasarkan karma. Nasib manusia tergantung pada perbuatannya, yaitu karma, bahkan karma juga mempengaruhi hidup yang telah lalu dan yang akan datang.
Berbagai pengalaman unik yang saya temukan dalam pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta khususnya dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain perlu dirasakan juga oleh mahasiswa lain, sehingga mereka juga mendapat kesempatan bertemu dengan pemeluk agama yang berbeda demi memangkas prasangka dan mewujudkan relasi baik antar pemeluk agama di Indonesia. (Rivaldo Arinanda Padaka)