pada hari Rabu, 15 Agustus 2012
oleh adminstube
PROGRAM MANAJEMEN KONFLIK

 

Ayo Beraksi dengan Bermediasi!!

 

Wisma PGK Shanti Dharma Yogyakarta

 

10 - 12 Agustus 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman budaya, agama, dan suku. Keberagaman inilah yang menjadi sebuah celah terjadinya konflik, baik konflik budaya maupun konflik agama. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan orang-orang yang tergerak untuk menjadi duta damai dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi duta damai dalam kehidupan sehari-hari adalah kerinduan para peserta Pelatihan Manajemen Konflik Stube-HEMAT Yogyakarta.

 

 

 

Bertempat di Wisma Santi Dharma Yogyakarta, pelatihan dilaksanakan pada 10 - 12 Agustus 2012. Para peserta pelatihan adalah mahasiswa-mahasiswi Kristiani dari berbagai daerah yang menyelesaikan studi di Yogyakarta. Keberagaman suku dan budaya antara para peserta menambah semarak dan semangat tiap sesi pelatihan tersebut. Dengan tema: Ayo Beraksi dengan Bermediasi, Stube-HEMAT Yogyakarta membekali para peserta menjadi pelaku perdamaian dan membentuk komunitas Peace Building. Dapat melahirkan mediator-mediator yang cerdas ketika terlibat dalam penyelesaian konflik dan mampu menganalisa potensi konflik yang akan terjadi adalah harapan Stube-HEMAT Yogyakarta dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut.

 

 

 

 

 

Endah Setyowati dari Pusat Studi Pengembangan Perdamaian (PSPP) UKDW, mengawali pelatihan tersebut dengan menjelaskan mengenai bagaimana proses terjadinya konflik. Para peserta pelatihan dibuka wawasannya bahwa konflik tidak hanya menimbulkan dampak negatif, tapi juga dapat berdampak positif dalam kehidupan kita. Dalam sesi ini peserta juga diajak untuk melakukan tes untuk mengetahui kecenderungan seseorang ketika terjadi konflik apakah akan cenderung menghindar, menghadapi, mengalah atau justru segera ingin menyelesaikan.

 

 

 

 

 

 

Keingintahuan peserta mengenai bagaimana proses penyelesaian konflik terjawab dengan hadirnya Dra. Krisni Noor Patrianti, M.Hum dari PSPP UKDW. Konflik dapat diselesaikan dengan koersi, mediasi, arbitrasi dan negosiasi. Koersi adalah proses penyelesaian konflik ketika ada dua pihak yang berkonflik ternyata ada satu pihak yang memutuskan solusinya. Ketika dua pihak berkonflik, ada pihak ke tiga yang memfasilitasi proses penyelesaian konflik disebut mediasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Arbitrasi adalah proses penyelesaian konflik ketika ada dua pihak yang berkonflik dan sama-sama kuat mencari pihak ke tiga. Pihak ke tiga yang membuat solusi. Karena pihak yang berkonflik sudah menyerahkan solusinya kepada pihak ke tiga. Sedangkan, ketika dua pihak berkonflik, posisinya setara, membicarakan masalah bersama untuk mencari pilihan-pilihan solusi disebut negosiasi.
 
Beliau juga menjelaskan beberapa contoh kasus model penyelesaian konflik. Misalnya, kasus Di Ambon pasca konflik tahun 2001. “UKDW diundang UNICEF untuk membantu memediasi konflik di sana. Kurikulum pendidikan di sana juga pemicu konflik. Pembuatan kurikulum didasarkan pengkotak-kotakan agama” jelas Dra. Krisni Noor Patrianti, M.Hum menjawab pertanyaan peserta pelatihan.
 

 

 

 

 

 

 

 

 

Puncak rangkaian Pelatihan Manajemen Konflik adalah pada sesi terakhir yaitu sesi Spiritualitas Perdamaian. Dalam sesi tersebut, Pdt. Mathelda Yeanne Tadu, S.Si. mengajak para peserta memasuki saat hening, merefleksikan apa yang didapatkan dari pelatihan dan apa yang akan dilakukan dalam kehidupan sebagai pembawa damai. Dari sesi tersebut, peserta pelatihan menyadari bahwa menjadi duta damai bukan hal yang mudah, pembawa damai bukan tugas sampingan namun merupakan panggilan hidup.

 

 

 

 


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (20)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 647

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook