pada hari Senin, 30 November 2015
oleh adminstube
Tak Sama tapi Setara
Pelatihan Maskulinitas dan Feminitas
 

Kesetaraan laki-laki dan perempuan menjadi harapan yang harus mewujud dalam kehidupan manusia. Terwujudnya kesadaran setiap insan terhadap hal tersebut membutuhkan proses pemahaman dan refleksi terhadap hakekat laki-laki dan perempuan. Memang benar bahwa saat ini masih ada kesenjangan antara laki-laki dan perempuan yang berdampak adanya pembedaan perlakuan terhadap laki-laki atau perempuan, seperti kesempatan untuk belajar dan pekerjaan, hak untuk berpendapat dan mengambil keputusan, dan laki-laki dianggap lebih berkuasa dan perempuan dianggap lemah.

Stube-HEMAT Yogyakarta melalui program pelatihan Maskulinitas dan Feminitas berusaha menumbuhkan kesadaran kesetaraan laki-laki dan perempuan di kalangan anak muda dan mahasiswa. Pelatihan yang diadakan hari Jumat – Minggu, 27 – 29 November di Wisma Pojok Indah, Condongcatur, Yogyakarta bertujuan untuk mendapat informasi yang benar tentang maskulinitas dan feminitas dalam pemahaman gender, mampu menganalisa dalam konteks Indonesia dan mampu mengkampanyekan kesetaraan laki-laki dan perempuan.

Pdt. Hendri Wijayatsih, M.A., dosen UKDW Yogyakarta dan anggota Pokja Gender Justice Mission 21, yang menjadi fasilitator pelatihan mengungkapkan bahwa masih ada salah paham antara seks dan gender. Ia memaparkan bahwa seks adalah ciri biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan gender adalah sifat yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial dan kultural (budaya).
Sesi Maskulinitas dan Feminitas dalam Tradisi Nusantara (konteks Indonesia) dipaparkan oleh Dr. Inayah Rohmaniyah, M.Hum., M.A., dosen UIN Yogyakarta dan konsultan Komunitas Indonesia untuk Adil dan Setara (KIAS Indonesia). Ia mengungkapkan bahwa kesetaraan laki-laki dan perempuan di Indonesia belum terwujud seutuhnya dan masih ada pembedaan perlakuan yang dipengaruhi oleh budaya lokal di Indonesia, akibatnya muncul perbedaan pemahaman gender di satu daerah dengan daerah yang lain. Bentuk-bentuk diskriminasi dari ketidaksetaraan, antara lain 1) stereotype (label negatif yang digeneralisir), 2) adanya subordinasi, posisi superior dan inferior, 3) marjinalisasi atau peminggiran, 4) triple burden atau beban berlebih, dan 5) kekerasan berbasis gender.
 
Kemampuan komunikasi sangat penting dalam kampanye kesetaraan laki-laki dan perempuan di masyarakat. Proses ini diawali dengan pengenalan seseorang terhadap dirinya serta konteks masyarakat di mana ia berada, memahami pesan-pesan yang hendak disampaikan, mampu mengemas pesan-pesan secara menarik dan unik, serta cerdas dalam memilih media, baik secara langsung, cetak atau sosial. Hal-hal ini diungkapkan oleh Majes Maestra, fasilitator dari PKBI Bantul.
 
Praktisi hukum, Setyoko, S.H., M.H.I., dari P2TPA DIY memaparkan fakta kekerasan dalam keluarga itu masih terjadi sampai sekarang, kekerasan suami terhadap istri, istri terhadap suami, maupun orang tua terhadap anak. Satu kekerasan akan memicu kekerasan yang lain, karena itu kekerasan di dalam rumah tangga harus dihentikan dari sekarang. Selain itu, ia juga membagikan langkah-langkah pengaduan jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Korban, setelah mengalami kekerasan langsung ke rumah sakit dan meminta visum, kemudian mengadukan kekerasan yang dialami di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) yang ada di Mapolres setempat.

Langkah akhir dari pelatihan ini adalah membuat project work. Project work ini merupakan hasil refleksi peserta terhadap materi yang telah mereka dapat sebelumnya dan topik yang ia minati. Hasilnya dikemas menarik dan unik dan kemudian dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk edukasi kesetaraan laki-laki dan perempuan.
 
Mari anak muda, wujudkan kesetaraan laki-laki dan perempuan! (TRU).

 

 


  Bagikan artikel ini

pada hari Rabu, 25 November 2015
oleh adminstube
Stube-HEMAT Yogyakarta

 

Program Pelatihan

 

Maskulinitas dan Feminitas

 

 

 

 

 

 

 

 

Kekerasan dan intimidasi dialami oleh orang-orang yang lemah secara fisik dan minim pengetahuan. Mereka cenderung pasrah dan menerima keadaan tanpa tahu bagaimana bergerak memperjuangkan hak-haknya mendapat perlakuan setara dengan yang lain. Wanita kerapkali dianggap lemah dalam melakukan pekerjaan yang mengandalkan otot. Laki-laki, bagi sebagian keluarga mendapat prioritas bersekolah. Perempuan bukan prioritas menempuh pendidikan tinggi karena akhirnya menjadi ibu rumah tangga. Kondisi ini jamak ditemui di masyarakat Indonesia.

 

 

 

Kesadaran untuk memperjuangkan kesetaraan telah dilakukan para pendahulu kita. Bung Karno dalam bukunya “Sarinah” meletakkan fondasi kehidupan wanita merdeka. Perjuangan kemerdekaan juga merupakan perjuangan hak-hak kesetaraan kaum wanita.

 

 

 

Studi maskulinitas dan feminitas telah dilakukan sejak 80-an. Hasil studi ini mendorong kesetaraan tidak hanya kesamaan hak dan peran laki-laki dan perempuan. Namun sampai pada isu-isu kesetaraan buruh, kaum lemah dan marjinal. Ya, perjuangan kesetaraan tak hanya gender saja.

 

 

 

Studi ini mempengaruhi banyak negara dan meratifikasi kesetaraan gender seperti kuota perempuan dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, agama, dan teknologi. Beberapa pekerjaan, tidak ada pembedaan gender dan fisik untuk mengisi posisi tertentu.

 

 

 

Diskusi tentang maskulinitas dan feminitas perlu terus dilakukan agar perjuangan kesetaraan meraih bentuk yang utuh. Karena itu, sekalipun perjuangan kesetaraan sudah berkembang, setiap komponen bangsa berhak untuk bergerak dan menyuarakan kesetaraan. Harapannya, semakin banyak orang merasakan kebahagiaan karena hak-haknya dijamin dan dipenuhi. Perjuangan kesetaraan harus kreatif, inovatif, dan dievaluasi, sehingga dapat menjadi patokan di masa mendatang.

 

 

 

Pemahaman dan panggilan untuk memperjuangkan kesetaraan menjadi penting disadari oleh kaum muda mahasiswa. Stube-HEMAT Yogyakarta menyajikan pelatihan agar mereka mampu berpikir, merasakan dan berkarya memperjuangkan kesetaraan.

 

 

 

 

 

Tujuan

 

 

 

  1. Peserta mendapat informasi yang benar mengenai maskulinitas dan feminitas dalam pemahaman gender dan kemudian menganalisa dalam konteks Indonesia untuk mengurangi resistensi.
  2. Peserta mampu mempromosikan isu kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam setiap aspek.
  3. Peserta mendapat informasi yang baik tentang kasus kesetaraan gender baik Nasional maupun Internasional.

 

 

 

 

 

Tema Pelatihan

 

Kita Setara Dalam Hak dan Partisipasi

 

 

 

Materi & Fasilitator

 

Landasan Teologis Pelatihan Maskulinitas dan Feminitas

 

oleh Pdt. Hendri Wijayatsih, M.A (UKDW)

 

 

 

Perkenalan Stube-HEMAT

 

oleh Trustha Rembaka, S.Th. (Stube-HEMAT Yogyakarta)

 

 

 

Maskulinitas dan Feminitas dalam Tradisi Nusantara

 

oleh Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum, MA (UIN Yogyakarta)

 

 

 

Mengkomunikasikan Pemahaman Kesetaraan dalam Masyarakat,

 

oleh Majes Maestra (PKBI Bantul)

 

 

 

Strategi Sederhana Memperoleh Keadilan Gender di Mata Hukum

 

oleh Setyoko, SH. (LBH APIK)

 

 

 

Project Work (FGD – Diskusi Kelompok Minat)

 

oleh Team Stube-HEMAT Yogyakarta dan kelompok

 

 

 

Presentasi Temuan Hasil Project Work

 

oleh Team Stube-HEMAT Yogyakarta dan kelompok

 

 

 

Rencana Tindak Lanjut

 

oleh Team Stube-HEMAT Yogyakarta dan kelompok

 

 

 

 

 

Follow Up

 

Refleksi Pribadi tentang topik

 

Hasil kerja Project Work

 

Jurnal Harian terisi lengkap

 

Dokumentasi fotografi kesetaraan laki-laki dan perempuan

 

Tulisan berkait kesetaraan laki-laki dan perempuan

 

 

 

Pelaksanaan

 

Jumat – Minggu, 27 – 29 November 2015

 

di Wisma Pojok Indah. Jln Kubus 15, Tiyasan,

 

Condongcatur, Yogyakarta.

 

 

 

Sasaran Peserta:

 

Pemuda Gereja, Mahasiswa, Aktivis dalam Masyarakat.

 

Keseimbangan komposisi laki-laki dan perempuan (50% : 50%)

 

Komposisi peserta baru dan peserta lama (50% : 50%)

 

Keragaman asal daerah peserta

 

 

 

Pelaksana

 

Trustha Rembaka S. Th, Vicky Tri Samekto, Stenly Recky Bontinge, S. T. Sarloce Apang, S. T. Yohanes Dian Alpasa, Indah Thresia M. Siahaan

 

 

 

Volunteer

Resky Yulius (UKDW - Kaltim), Elisabeth Uru Ndaya (UST - Sumba)


  Bagikan artikel ini

pada hari Sabtu, 21 November 2015
oleh adminstube
Berbagi Tidak Selalu Materi

 

 

 

 

 

 
Memberi tidak harus menerima kembali dan berbagi tidak harus dengan materi. Semboyan itulah yang membuat mahasiswa dari Stube-HEMAT Yogyakarta berani berkunjung kembali ke Hafara, salah satu lembaga penampungan orang-orang penderita psikotis, anak jalanan dan orang yang masih mengalami gangguan kejiwaan di Yogyakarta, pada tanggal 20 November 2015.

 

 

 

 

 

 

Lembaga ini jauh dari hiruk-pikuk perkotaan yang dinamis, memberi sentuhan ketenangan, pembinaan dan pendampingan khusus karena teknik pengajaran pasti berbeda dengan cara pada umumnya. Pak Bowo, ketua Hafara memiliki pengalaman sebagaimana penghuni lainnya sebelum dia mendirikan tempat ini. Pengalaman hidup di jalanan yang sering berbenturan dengan petugas Satpol PP membawa dia bisa merasakan keprihatinan yang luar biasa dan mengajarinya berbagi di lembaga ini bersama para sukarelawan. Lahan milik kas desa pun digunakan untuk mendirikan bangunan penampungan.

 

 

Halaman Hafara sudah tidak asing lagi buat mahasiswa-mahasiswa ini. Terlihat senyum lebar dari bapak, ibu penderita psikotis menyambut mereka serta para pengasuh yang kebetulan saat itu ada. “Mengapa lama tidak datang? “ sapaan pertama yang terlontar dari bibir mereka. Suasana semakin riang saat mereka bercengkerama bersama dengan bermain, bernyanyi, senam, dan nonton film bersama. Hal-hal sederhana yang dilakukan tetapi sangat membuat mereka senang.  Melihat tawa bapak-ibu penghuni membuat para mahasiswa itu menyadari bahwa kehadiran mereka sangat berarti. "Waktu, cinta, dan perhatian adalah salah satu wujud dalam memberi, meski hanya sederhana setidaknya bisa melakukan hal yang berguna," ungkap Indah yang mengkoordinir kelompok ini.

 

 

 

Imelda, mahasiswa perawat profesi STIKES Bethesda berbagi dengan keahlian yang dimiliki, mengukur tensi tekanan darah para penghuni. "Sudah lama bapak-ibu disini tidak diukur tensinya Mbak, mohon bantuannya ya," pinta Ibu Widya selaku pemimpin pengasuh.

 

Pada saat nonton film bersama yang berjudul "Boncengan" dengan durasi 15 menit, suasana pertemuan itu menjadi sedikit senyap. Meski mata para penghuni terlihat kosong tetapi mereka tetap menatap layar putih yang ada di depan mereka. Setelah film selesai, salah satu mahasiswa menceritakan lagi film tersebut dengan bahasa yang sederhana. Film tersebut mengajarkan tentang jangan berbuat curang hanya untuk menginginkan sesuatu.

 

Selesai kegiatan, mahasiswa-mahasiswa pun pamit pulang karena langit mulai gelap. Mereka berjanji akan datang lagi. Kunjungan ini mengajarkan bagaimana rasa peduli kepada sesama dan melakukan sesuatu hal buat masyarakat, yang menjadi muatan pelatihan Pembangunan Masyarakat: Lanjut Usia dan Tunawisma yang dilakukan beberapa waktu yang lalu. Semoga memberi manfaat. (ITM)


  Bagikan artikel ini

pada hari Senin, 16 November 2015
oleh adminstube
Lebih dari Sekedar Pertandingan

 

 

 

 

 

 

 

 

Jika pernah melihat film Armageddon, kita tahu bagaimana kisah pencarian orang yang tepat, dalam waktu dekat, untuk misi berat. Meski tak seberat misi di film tersebut tapi hal ini terjadi di dunia nyata. Ya, kejadian itu berlangsung ketika Stube-HEMAT membentuk 3 tim dalam dua hari, untuk ikut serta dalam lomba voli putra, putri dan lomba vokal grup pada 14 - 16 November 2015, yang diadakan Komunitas Oikumene Nusantara. Misi ini dilakukan sebagai upaya untuk mempererat jejaring dengan kaum muda Yogyakarta.

 

 

 

Oikumene Nusantara adalah salah satu komunitas pemuda Kristen di Yogyakarta. Memang, komunitas ini baru dua bulan berdiri tapi kiprahnya terbilang berpengaruh, mereka “berani” mengadakan event besar. Ini adalah sebuah motivasi bagi kaum muda Kristen agar lebih produktif tidak terbatas dalam gedung Gereja sendiri, tetapi keluar menjangkau Gereja lain bahkan menyentuh masyarakat luas, sebab terbukti peserta lomba tidak hanya pemuda Kristen, tapi tampak juga saudari kita yang berhijab ikut serta berpartisipasi dalam lomba voli.

 

 

 

Pertolongan Tak Dinyana

 

Saat kami sulit membentuk tim, pertolongan datang tak terduga dari dua aktivis Stube-HEMAT, mereka adalah Nuel, asal Alor, dan Frans asal Sumba. Mereka berdua berupaya sekuat tenaga membangun 2 tim peserta lomba voli. Tercatat, 4 pemain pria berhasil dikumpulkan Nuel dan 4 pemain wanita direkrut Frans.

 

 

 

Pertandingan voli berlangsung di Gedung Voli UNY pada tanggal 14 November 2015 sementara tim vokal grup terbentuk atas arahan Indah (Tim Kerja Stube-HEMAT), David (wakil ketua PMK ITY dan aktivis Stube HEMAT asal Kal-Teng), yang hobi menyanyi, berhasil menghimpun 5 orang temannya sesama PMK ITY yang “sehobi”. Mereka berlatih menyanyikan dua lagu, Tunjukkan KuasaMu (Nanaku) dan Do’a Kami (True Worshippers).

 

 

 

Berkenalan di Lapangan

 

Sekali latihan untuk pertandingan voli memang tidak mencukupi, terbukti kedua tim Stube tumbang di babak penyisihan. Tim putri tumbang oleh sang juara turnamen, Forsa, tim sarat pengalaman yang dihuni pemain-pemain hebat tingkat lokal. Sementara tim putra “dilumat” oleh juara dua, tim voli Universitas Sanata Dharma. Bagi awam tentu mengecewakan, tapi bagi kami hasil itu diluar ekspekstasi, membentuk tim saja sudah bagus, apalagi berani tampil melawan raksasa-raksasa itu, sungguh bak Daud versus Goliat. Walau mereka baru saling kenal tapi kekompakkan mereka terlihat di dalam dan luar lapangan.

 

 

 

Tempaan pasti menguatkan

 

Beda lomba beda nasib, benarkah Dewi Fortuna di pihak kita? Ada 6 tim terdaftar, tapi yang hadir saat pertandingan vokal grup digelar minggu malam (15/11/2015) di GBI Shine, hanya dua, kami dan KMK STPMD “APMD”, tim vokal grup yang sudah malang melintang di dunia tarik suara.

 

 

 

Lega bercampur gembira di hati, walau kritik pedas dewan juri ditujukan pada kami. Sebab kita belajar dari kritik orang lain. Dalam pada itu, Stube-HEMAT mengunci juara dua. Benar saja, esoknya saat penutupan lomba di Kapel UKRIM, kami menyabet gelar juara 2 sekaligus menegakkan kepala, setelah tertunduk dua hari lalu.

 

 


Lomba voli dan vokal grup mengajarkan kami bahwa sempurnanya sebuah tempayan tercipta dari tempaan keras sang penjunan. Selamat berkarya dan terus berproses dalam tempaan hidup yang sesungguhnya. (SRB).


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (18)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 645

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook