Buka Jejaring Baru dan Peka terhadap Konflik

pada hari Sabtu, 30 September 2017
oleh adminstube
 
 
 
Mahasiswa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki kesempatan mengembangkan kemampuan intelektualnya untuk mendalami bidang yang diminatinya di perguruan tinggi. Mahasiswa dipandang masyarakat sebagai calon intelektual yang enerjik, bersemangat dan berdedikasi, kritis, cerdas dan berilmu. Mahasiswa perlu berjejaring untuk memperkuat pengaruh dan impact kepada masyarakat.
 
 
Sebagai wujud upaya membuka dan memperkuat jejaring, sekelompok mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta yang terdiri dari Robertus Letigalli, Siprianus Ndawa Lu, Anna Astri Don dan Redy Hartanto berinisiatif mengadakan diskusi bersama mahasiswa KMK Unriyo pada hari Jumat, 29 September 2017 di kampus Unriyo, Kledokan dengan topik Mahasiswa dan Pemetaan Konflik.
 
Ada dua puluh enam peserta hadir dalam diskusi ini, yang terdiri dari mahasiwa KMK Unriyo, STAK Marturia, kelompokfollow-up dan team Stube-HEMAT Yogyakarta. Yulius, ketua KMK Unriyo dalam pembukaannya mengungkapkan rasa senangnya dan berterima kasih atas kerjasama ini. Ia berharap diskusi berjalan baik dan belajar bersama. Di sesi perkenalan, peserta memperkenalkan nama, asal daerah dan program studi yang dipelajari. Ternyata hampir 90% peserta diskusi berasal dari luar pulau Jawa.

 

Berikutnya, Trustha Rembaka, koordinator Stube-HEMAT Yogyakarta memperkenalkan Stube-HEMAT dan aktivitasnya yang membangun kesadaran anak muda dan mahasiswa untuk memahami masalah di sekitarnya. Ia mengajak mahasiswa tidak ‘memisahkan diri’ dari masyarakat di sekitarnya, namun harus ‘terlibat’ dalam dinamika masyarakat di mana ia tinggal. Ia menambahkan bahwa diskusi ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan Studi Perdamaian yang diikuti oleh Robertus dkk beberapa minggu sebelumnya.
 
Redy Hartanto, salah satu anggota kelompok follow-up, menyampaikan sesi Mahasiswa dan Konflik yang mana peserta diajak berpendapat tentang apa saja penyebab konflik. Ternyata seorang mahasiswa pun bisa menjadi penyebab timbulnya konflik sekaligus penyelesai konflik. Ia menjelaskan bahwa meski konflik menimbulkan hal negatif dan merugikan, ada juga sisi positifnya. Benarkah? Ya! Dampak negatif konflik seperti perselisihan, kebencian bahkan kekerasan, sedangkan sisi positif konflik adalah pihak-pihak yang terlibat konflik akan mengasah pikiran dan memperdalam pengetahuannya untuk mengenal dan memetakan konflik hingga menemukan berbagai solusi terhadap konflik yang dihadapi.

 

Selanjutnya peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat orang dan saling bercerita tentang konflik di daerahnya. Kemudian masing-masing kelompok memilih satu konflik untuk dipetakan akar penyebabnya, siapa saja yang terlibat, apa saja kepentingan masing-masing pihak dan dampak konflik. Tidak menutup kemungkinan dari diskusi mereka merumuskan alternatif solusi konflik. Anggota kelompok follow-up pelatihan Studi Perdamaian, seperti Robertus, Siprianus, Astri dan Redy serta team Stube-HEMAT Yogyakarta memandu jalannya diskusi di masing-masing kelompok.
 
Setelah tiga puluh menit berdiskusi, ada dua kelompok membagikan hasilnya, pertama, konflik antar kelompok orang yang berujung pada perkelahian dan kekerasan. Kelompok ini menemukan penyebab konflik, seperti mudahnya seseorang memperoleh dan minum minuman keras dan rendahnya pendidikan. Usulan solusi kelompok ini adalah pembatasan usia pembeli minuman keras dan peningkatan kesadaran sosial melalui perbaikan pendidikan. Kedua, konflik laten yang terjadi di sebuah kawasan di Kalimantan Tengah karena tidak jelasnya kepemilikan tanah untuk kebun kelapa sawit. Kelompok ini memetakan siapa-siapa saja yang terlibat, apa saja kepentingan mereka dan apa yang bisa dilakukan oleh mahasiswa yang berada di kawasan tersebut.
 



Dalam penutupnya Redy mengingatkan peserta bahwa mulai saat ini, setelah mengikuti diskusi mahasiswa dan konflik, anda semua sebagai mahasiswa ketika menghadapi suatu konflik bisa lebih tenang dalam bersikap dan cerdas dalam memilih alternatif solusi penyelesaian konflik. Selain itu, ia berharap pertemuan-pertemuan seperti ini bisa dilakukan secara kontinyu. (TRU).

 


  Bagikan artikel ini

Saling Bertemu, Belajar dan Berbagi

pada hari Selasa, 26 September 2017
oleh adminstube
 
 
 
 
Interaksi langsung seseorang dengan orang lain yang berbeda budaya pasti memberikan pengalaman baru dan pembelajaran bagi masing-masing, tentang keberagaman di Indonesia, promosi daerah beserta konteks permasalahan. Inilah yang menjadi pendorong Stube-HEMAT Yogyakarta memberi kesempatan kepada mahasiswa aktivis Stube untuk berkunjung ke Sumba, salah satu pulau di Nusa Tenggara Timur. Tiga mahasiswa sudah berani menerima tantangan tersebut, siapa saja mereka?
 
Dominggus Urkora, mahasiswa Teologi, STAK Marturia Yogyakarta yang berasal dari Dobo, Maluku Tenggara. Domi berada di Sumba, tepatnya di desa Kanjonga Bakul, Nggaha Ori Angu, Sumba Timur antara 17 Juni-17 Juli 2017 untuk mengadakan kegiatan berkaitan Sekolah Minggu di GKS Kanjonga Bakul.
 
 

Kegiatan pertama, mengumpulkan biodata anak sekolah minggu GKS Kanjonga Bakul di lima kelompok yang meliputi Kanjonga Bakul, Horani, Kalu, Walakiri dan Bidiwai. Kedua, memotivasi guru-guru baru untuk melayani Sekolah Minggu, dan ketiga, pemutaran film untuk anak-anak.Selama berinteraksi di lapangan, Domi menemukan ternyata ada beberapa anak usia SD belum bisa membaca, sehingga dia tergerak mengadakan kegiatan pendampingan belajar membaca untuk anak-anak. Sekalipun melewati jalan setapak berbatu untuk mencapai desa itu, Domi merasa bahagia ketika anak-anak desa memanggil-manggil namanya saat berpapasan di jalan.
 

 




Nova Yulanda Sipahutar, alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang berasal dari Sumatera Utara mengadakan pendampingan anak-anak di PAUD Nasareth, Tanggamadita, Sumba Timur. PAUD ini berdiri tahun 2014 dan terdaftar di Dinas Pendidikan Sumba Timur tahun 2016. Meski aktivitasnya masih menumpang di ruangan Posyandu Tanggamadita, karena belum mempunyai gedung sendiri, sampai Juli 2017 sudah ada 18 murid.

 

Di tempat yang sama, Nova mengadakan kelas bahasa Inggris untuk anak usia SD, SMP dan SMA. Karena peserta harus menimba air dan mencari kayu bakar untuk kebutuhan rumah, atau juga karena bersamaan dengan jadwal sekolah siang,tidak jarang mereka datang terlambat. Namun demikian,mereka bersemangat belajar seperti alphabet in English, family, basic introduction, subject, to be, object, possesion. Hasilnya nampak ketika mereka berani melakukan percakapan pendek bahasa Inggris, menyebutkan kosakata dan menulis kalimat sesuai struktur kalimat bahasa Inggris.
 

 

 
Kelompok Membaca Mahasiswa juga menjadi perhatian Nova. Ada lima mahasiswi yang bergabung, yaitu Betriks Lay, Elisabeth Bangi Lida, Yustiwati, Onira Tangga Nalu dan Melianti Betsdwi. Nama kelompok ini adalah Anala’du, artinya matahari yang disimbolkan sebagai perempuan, karena buku-buku yang dibaca bertema perempuan dan dari perspektif perempuan, seperti Tabula RasaGadis PantaiGo To Set A WatchmanEntrokdan Memang Jodoh Kelompok ini sepakat bahwa setiap anggota merupakan fasilitator dan penanggap diskusi. Di setiap diskusi, fasilitator menyediakan resume dan analisis buku sesuai konteks Sumba dan dilanjutkan tanya jawab.
 
 
Redy Hartanto, mahasiswa Teologi STAK Marturia Yogyakarta yang berasal dari Lampung punya ide untuk mengajar sekolah minggu secara kreatif dengan memanfaatkan benda-benda sekitar.
 
Pada tanggal 15 Juli 2017-12 Agustus 2017 ia berada di Sumba, tepatnya di GKS Laihau, kecamatan Lewa Tidas, kabupaten Sumba Timur. Ia menggunakan daun pisang sebagai bahan aktivitas anak-anak dan sedotan plastik sebagai alat bantu mengajar sesuai topik tertentu. Selain itu, ia juga mendata anak-anak Sekolah Minggu, memotivasi remaja untuk menjadi pendamping guru sekolah minggu, pemutaran film untuk anak-anak dan lomba-lomba untuk anak sekolah minggu. Redy sempat sakit di awal kedatangan, tetapi akhirnya ia berhasil memotivasi empat anak muda untuk ambil bagian dalam pendampingan sekolah minggu di GKS Laihau.
 

 

 

Meskipun sederhanatetapi karena aktivitas tersebut menjawab kebutuhan, maka akan sangat bermanfaat dan berdampak bagi masyarakat. Jadi, anak muda mahasiswajangan hanya berkutat di kampustetapi lengkapi kisah hidup anda dengan berbagai petualangan berinteraksi dengan masyarakat dan problematikanya. (TRU).

 


  Bagikan artikel ini

Berani Berbagi Pengetahuan Manajemen Konflik Follow up Studi Perdamaian

pada hari Senin, 25 September 2017
oleh adminstube
 
 
 
Ciri khas Stube-HEMAT Yogyakarta pascapelatihan yaitu mendorong peserta pelatihan untuk merancang dan melakukan kegiatan rencana tindak lanjut atau yang sering disebut follow up activity. Pada tanggal 8-10 September 2017 lalu Stube-HEMAT Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan Studi Perdamaian bertema Melawan Kegagalan Bereaksi.
 
 
Salah satu kelompok yang beranggotakan Ni Putu Sari Yani Darsani, Adi Zamba, Monika Zangga Nata, Imelda Hada Inda, Junerin Kaleka, dan Marthia Sari Rato,pada hari Sabtu 23/09/2017 bertempat di kampus STPMD ”APMD” melakukan sharing pengalaman yang didapat selama pelatihan Studi Perdamaian. Mereka berdiskusi dengan mahasiswa/i yang tergabung di dalam organisasi HIPMASTY (Himpunan Mahasiswa Sumba Timur Yogyakarta). Terlaksananya kegiatan ini karena rasa peduli peserta training dan perlunya berbagi pengetahuan yang didapat agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain.
 
 
Peserta yang hadir berjumlah dua puluh satu orang yang berasal dari berbagai latar belakang ilmu dan kampus di Yogyakarta. Acara ini dibuka dengan doa bersama dan menyanyikan lagu “Bapa Engkau sungguh baik” yang dipimpin oleh Junerin Kaleka. Marthia Sari Rato memaparkan  pengertian konflik, masalah dan perspektif, konflik dan kekerasan serta macam-macam konflik guna merangsang peserta untuk mulai mengenal dan memahami konflik. Kemudian dilanjutkan Monika Zangga Nata tentang teori dan jenis-jenis konflik yang bertujuan agar peserta diskusi nantinya mampu memilah jenis-jenis konflik karena beda konflik beda penanganannya.

 

Dalam diskusi peserta sangat antusias beradu pendapat dan mempertahankan argumen. Kemudian dilanjutkan dengan role play dalam 2 kelompok dan diarahkan untuk menemukan sendiri konflik yang ada di sekitar kita, menganalisa, kemudian melakukan pemetaan pihak-pihak yang terkait layaknya seorang mediator dengan memperhatikan hal-hal yang sudah dipaparkan 2 pemateri sebelumnya.
 
Kelompok 1 menemukan masalah kesadaran mahasiswa untuk terlibat dan belajar di organisasi khususnya HIPMASTY sebagai bahan kajian dalam kelompok diskusinya. Kelompok 2 mendiskusikan tentang persoalan Pembangunan Pabrik Tebu di Sumba Timur.Temuan dan analisis peserta kompok kemudian dipresentasikan bersama. Perwakilan dari pemateri,Marthia Sari Rato mengungkapkan rasa puas dan terima kasih atas antusiasme peserta dan terlaksananya kegiatan follow up ini.
 

 

“Saya sangat puas dengan adanya follow up ini karena kami (kelompok) dapat membagikan pengalaman kami tentang manajemen konflik dan tampil di depan teman-teman HIPMASTY. Kami juga sangat senang melihat teman-teman HIPMASTY sangat antusias dalam mengikutifollow up ini. Terimakasih banyak untuk HIPMASTY yang sudah meluangkan waktu hadir dan berdinamika bersama dan terimakasih banyak Stube-HEMAT Yogyakarta”,  pungkas Sari Rato. (MAR).

  Bagikan artikel ini

Bergeraklah Mahasiswa!

pada hari Jumat, 15 September 2017
oleh adminstube
 
 
 
Mahasiswa adalah masyarakat intelektual yang memiliki pemikiran kritis, analitis, gagasan dan ide-ide kreatif dalam mewujudkan dan memperjuangkan pendidikan, pengajaran dan pengabdian dalam masyarakat. Mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut untuk menjadi pengontrol situasi sosial yang ada, mengkritismasalah sosial dan membawa perubahan dengan bekal ilmu dan pengalaman yang didapat di kampus melalui tindakan nyata di masyarakat.
 
Namun kenyataannya, mahasiswa saat ini bukan lagi sebagai agen perubahan tetapi malah menjadi individu-individu apatis, tidak lagi peduli dengan berbagai ketidakadilan yang terjadi, bahkan hanya berorientasi pada indeks prestasi tinggi, segera meraih sarjana, lulus cepat dan langsung kerja. Hal ini disebabkan karena kampus berorientasi pada nilai akademik dan bagian dari industri gelar. Model kampus seperti itulah yang sebenarnya ‘membunuh’ kreativitas mahasiswa.
 
 
Eko Prasetyo, menulis bukuBergeraklah Mahasiswa! sebagai kritikan untuk mahasiswa sekaligus dunia pendidikan. Situasi ini menggerakkan Social Movements Institute (SMI) bersama Toko Buku Toga Mas, Tibun Forum, Tribun Jogja, dan Stube-HEMAT untuk membedah buku “Bergeraklah Mahasiswa!” yang diadakan pada Kamis, 14 September 2017 di Toko Buku Togamas Gejayan.
 
 
Asman Abdullah dari SMI mengungkapkan bahwa ada sebuah kritikan dalam buku “Bergeraklah Mahasiswa!” di mana situasi kampus pada saat ini tidak lagi memungkinkan mahasiswa untuk memiliki banyak waktu beroganisasi di luar kampus dengan sistem tiga setengah tahun selesai. Hal ini menyedihkan karena mahasiswa akan menjadi ‘tumpul’ karena kurang berinteraksi dengan realitas sosial di sekitarnya. Alfath BagusPresiden Mahasiswa UGM mengatakan bahwa mahasiswa di masa sekarang perlu berimajinasi sehingga ia mampu menghubungkan pengetahuan yang ia pelajari dengan apa yang menjadi tantangan zaman sekarang. Sedangkan Sulistiono dari Tribun Jogja mengatakan bahwa keberadaan mahasiswa saat ini berbeda jauh dengan mahasiswa di masa orde lama. Saat itu mahasiswa bersatu dalam kekuatan besar dan punya ‘musuh’ bersama dan bergerak bersama untuk menjatuhkan musuh. Saat ini mahasiswa sulit bersatu karena kelompok mahasiswa memiliki kepentingan yang berbeda. Namun demikian, mahasiswa tetap bisa bergerak menjawab permasalahan sosial masyarakat sesuai segmen masing-masing, misalnya menghadapi kerusakan lingkungan dan mendampingi masyarakat meningkatkan ekonominya.
 
 
Beberapa peserta menanggapi, antara lain Mardi dari Nusa Tenggara Timur, mahasiswa perlu mengasah kemampuan analitisnya dan perlu punya ruang untuk melakukan sesuatu atau berkarya. Berikutnya, Anggara, mahasiswa yang berasal dari Kalimantan mengungkapkan bahwa mahasiswa yang ada di kota mestinya tidak hanya ‘bersuara’ melawan pemerintah, tetapi harus berani bertindak nyata, misalnya bergerak untuk mengurangi kesenjangan pendidikan di pedalaman Kalimantan misalnya, ini lebih bisa dirasakan.
 
Akhirnya, pilihan itu kembali pada mahasiswa itu sendiri, apakah kuliah demi mendapatkan nilai-nilai bagus di atas kertas, selesai dan bekerja atau kuliah dan berpertualang menemukan realitas sosial yang menggelisahkan yang membutuhkan suatu perubahan. (ELZ).

  Bagikan artikel ini

Melawan Kegagalan Bereaksi

pada hari Selasa, 12 September 2017
oleh adminstube
 
 

 

Mudahnya mengakses informasi, digunakan oleh beberapa oknum untuk menyebarkan isu sara & berita ‘hoax’. Jika anak muda tidak dibekali dengan pengetahuan yang mumpuni dan sikap yang kritis maka mereka dengan mudahnya dapat diperdaya. Sebab saat ini banyak sekali berita ‘hoax’ yang bertebaran di media. Melihat perlunya penguatan daya pikir dan sikap kritis mahasiswa dan anak muda, Stube-HEMAT Yogyakarta kembali mengadakan pelatihan Studi Perdamaian: Manajemen Konflik & Resolusi. Pelatihan ini diadakan di Ngesti Laras Hotel Kaliurang (8-10/9) dengan jumlah peserta 42 orang.
 
 
Dalam pelatihan ini Stube mengusung tema “Melawan Kegagalan Bereaksi”. Tujuan dari pelatihan ini agar peserta mendapatkan pengetahuan tentang studi perdamaian, bagaimana mengelola konflik dan memberi resolusi. Peserta juga memiliki pemahaman dan keberanian melawan terorisme serta radikalisme, juga mampu menganalisa aktor-aktor yang terlibat untuk mengupayakan resolusi damai.

 

 

Sesi pertama dibuka dengan perkenalan secara umum tentang Stube-HEMAT Yogyakarta oleh Direktur Eksekutif Stube-HEMAT Indonesia, Ariani Narwastujati, S.Pd., S.S., M.Pd. Sesi dua membawa peserta untuk paham dengan teori dasar Manajemen Konflik oleh Sarloce Apang, S.T & Trustha Rembaka, S.Th. Rudyolof I.M. Pinda, S.Sos. Dari pemaparan yang disampaikan, peserta diajak memahami dan mampu menganalisa konflik, menemukan orang kunci dari konflik yang terjadi, bahkan belajar untuk memunculkan konflik di permukaan agar terlihat dan dapat menemukan solusi dari konflik tersebut.

Fasilitator-fasilitator yang ahli di bidangnya turut melengkapi tiga hari pelatihan ini. Yoga Khoiri Ali, MAdari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Daerah Istimewa Yogyakarta memberi pemahaman tentang bagaimana pihak luar berusaha menguasai Indonesia dengan berbagai taktik, salah satunya isu Agama. Isu ini benar-benar 'dimainkan' agar kita terpecah belah. Dari hasil penelitian tenyata pemicu konflik terbesar di daerah equator termasuk Indonesia adalah krisis energi. Isu agama sengaja dimainkan untuk menciptakan konflik di mana-mana sebagai pengalihan sedang terjadinya perebutan energi secara besar-besaran.

Sebagai bekal penting untuk cerdas menghadapi isu sara dan hoax di media, RifqiyaHidayatul Mufidahdan Sarjoko dari Gusdurian melengkapi pemahaman para peserta. Rifkia memaparkan materi tentang apa itu Komunitas Gusdurian dan apa saja yang mereka lakukan. Sarjoko memberi pemaparan penting bagaimana media benar-benar membodohi kita dengan berita ‘hoax’ dan isu sara yang memang sengaja dibuat tergantung permintaan. Satu kali menerbitkan isu tersebut mereka dapat meraup rupiah yang terbilang sangat besar jumlahnya. Sedangkan sebagai konsumen dari berita ‘hoax’ tersebut kita hanya bisa saling menyalahkan dan bahkan mencaci satu sama lain. 


Sabtu malam peserta melakukan role play. Role play yang dimainkan adalah bagaimana peserta mampu menjadi seorang mediator yang cerdas dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di sekitar mereka. Konflik yang diangkat oleh panitia dan dimainkan oleh peserta adalah Taxi/ojek Online Vs Taxi/ojek Konvensional, Full-day School & PERPPU Ormas. 

Pelatihan ini ditutup dengan rencana tindak lanjut. Harapannya setelah mengikuti pelatihan selama tiga hari dua malam ini, mereka mampu berbagi dengan teman-teman, komunitas, kelompok atau dimana saja mereka berada. Rencana tindak lanjut akan menjadi bukti nyata bahwa anak muda tidak hanya diam, mereka tidak akan gagal bereaksi sebab mereka sudah mendapatkan informasi yang valid sehingga mampu menjadi agen perdamaian bagi Indonesia dan dunia.(SAP).

 

 

 

 

 



 

  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (18)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 645

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook