Berbagi Tidak Selalu Materi
Memberi tidak harus menerima kembali dan berbagi tidak harus dengan materi. Semboyan itulah yang membuat mahasiswa dari Stube-HEMAT Yogyakarta berani berkunjung kembali ke Hafara, salah satu lembaga penampungan orang-orang penderita psikotis, anak jalanan dan orang yang masih mengalami gangguan kejiwaan di Yogyakarta, pada tanggal 20 November 2015.
Lembaga ini jauh dari hiruk-pikuk perkotaan yang dinamis, memberi sentuhan ketenangan, pembinaan dan pendampingan khusus karena teknik pengajaran pasti berbeda dengan cara pada umumnya. Pak Bowo, ketua Hafara memiliki pengalaman sebagaimana penghuni lainnya sebelum dia mendirikan tempat ini. Pengalaman hidup di jalanan yang sering berbenturan dengan petugas Satpol PP membawa dia bisa merasakan keprihatinan yang luar biasa dan mengajarinya berbagi di lembaga ini bersama para sukarelawan. Lahan milik kas desa pun digunakan untuk mendirikan bangunan penampungan.
Halaman Hafara sudah tidak asing lagi buat mahasiswa-mahasiswa ini. Terlihat senyum lebar dari bapak, ibu penderita psikotis menyambut mereka serta para pengasuh yang kebetulan saat itu ada. “Mengapa lama tidak datang? “ sapaan pertama yang terlontar dari bibir mereka. Suasana semakin riang saat mereka bercengkerama bersama dengan bermain, bernyanyi, senam, dan nonton film bersama. Hal-hal sederhana yang dilakukan tetapi sangat membuat mereka senang. Melihat tawa bapak-ibu penghuni membuat para mahasiswa itu menyadari bahwa kehadiran mereka sangat berarti. "Waktu, cinta, dan perhatian adalah salah satu wujud dalam memberi, meski hanya sederhana setidaknya bisa melakukan hal yang berguna," ungkap Indah yang mengkoordinir kelompok ini.
Imelda, mahasiswa perawat profesi STIKES Bethesda berbagi dengan keahlian yang dimiliki, mengukur tensi tekanan darah para penghuni. "Sudah lama bapak-ibu disini tidak diukur tensinya Mbak, mohon bantuannya ya," pinta Ibu Widya selaku pemimpin pengasuh.
Pada saat nonton film bersama yang berjudul "Boncengan" dengan durasi 15 menit, suasana pertemuan itu menjadi sedikit senyap. Meski mata para penghuni terlihat kosong tetapi mereka tetap menatap layar putih yang ada di depan mereka. Setelah film selesai, salah satu mahasiswa menceritakan lagi film tersebut dengan bahasa yang sederhana. Film tersebut mengajarkan tentang jangan berbuat curang hanya untuk menginginkan sesuatu.
Selesai kegiatan, mahasiswa-mahasiswa pun pamit pulang karena langit mulai gelap. Mereka berjanji akan datang lagi. Kunjungan ini mengajarkan bagaimana rasa peduli kepada sesama dan melakukan sesuatu hal buat masyarakat, yang menjadi muatan pelatihan Pembangunan Masyarakat: Lanjut Usia dan Tunawisma yang dilakukan beberapa waktu yang lalu. Semoga memberi manfaat. (ITM)