‘Biarlah Bumi Bernafas’

pada hari Rabu, 16 November 2022
oleh Daniel
Diskusi bersama komunitas Akar Napas

 

Oleh Daniel                         

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu ada di masyarakat di belahan bumi mana pun. Selama masyarakat terus berubah masalah sosial terus bermunculan tanpa bisa dihindari. Orang-orang yang bergerak di bidang Social Entrepreneurs harus memahami masalah sosial, karena dengan memahami keluasan serta kedalaman masalah, akan lebih mudah menemukan peluang-peluang melakukan aksi penanganan baik yang bersifat mencegah, menyelesaikan atau membangun. Bahkan berpotensi memunculkan ide kreatif menjawab masalah-masalah yang selama ini dianggap sulit dipecahkan.

 

 

Social Entrepreneurship: Anak Muda Bisa Apa? menjadi topik pelatihan Stube HEMAT Yogyakarta untuk memperkaya pemahaman mahasiswa dan menggagas ide rintisan wirausaha sosial. Salah satu rangkaian pelatihan berupa kunjungan belajar secara berkelompok dengan jumlah delapan mahasiswa memilih salah satu tempat tujuan yaitu Komunitas Akar Napas di kawasan hutan konservasi mangrove di Baros, kabupaten Bantul, Yogyakarta (12/11/2022).

 

 

Komunitas Akar Napas merupakan salah satu contoh Social Entrepreneurship non-profit yang bergerak pada konservasi mangrove, pemberdayaan dan pendampingan komunitas lokal. Para peserta berdiskusi dengan Shanty Ardha Candra dan Momox, keduanya merupakan suami isteri yang merintis komunitas ini pada tanggal 4 November 2021. Dengan latar belakang anggotanya mahasiswa pecinta alam dan aktivis lingkungan, komunitas ini berangkat dari permasalahan hilangnya sebagian hutan mangrove di pantai Baros karena zonasi penanaman yang kurang tepat dan sulitnya budidaya salah satu jenis vegetasi mangrove, yaitu Sonneratia Caseolaria sebagai benteng utama dalam zonasi lahan. Padahal kawasan mangrove merupakan kawasan penting penangkap CO2 dan mengeluarkan O2 bagi pernafasan mahluk di bumi. Saat ini komunitas Akar Napas juga mengembangkan potensi lain hutan mangrove yang bisa dikelola masyarakat tanpa merusak ekosistem, seperti batik eco-print dan tinta pewarna alami untuk batik tulis yang diolah dari limbah biji mangrove yang sudah tumbuh.

 

 

Melengkapi pembelajaran di kawasan mangrove Baros, para peserta melakukan observasi langsung di lahan terkait pembibitan vegetasi mangrove dipandu oleh Momox. Peserta mengenal beberapa jenis mangrove yang dibudidayakan di situ, antara lain Sonneratia, Avicenniaceae, Rhizophora. Dalam zonasi penanaman, kawasan mangrove dibagi menjadi tiga zona yaitu: 1) zona satu atau zona terdepan dengan laut, yang ditanami Sonneratia atau biasa disebut Mangrove Apel; 2) zona dua atau zona tengah yang ditanami jenis Avicenniaceae; dan 3) zona tiga, paling belakang ditanami Rhizophora atau bisa disebut Bakau. Kegiatan konservasi memberi pengaruh sosial yang positif bagi lingkungan sekitar hutan mangrove yang sekarang bisa dijadikan lahan pertanian dan memberikan penyadaran langsung kepada masyarakat, terutama anak muda di desa Baros tentang pentingnya keberadaan hutan mangrove tersebut. Kunjungan belajar ini juga melihat ancaman nyata sampah yang sangat buruk, karena sampah-sampah yang dibuang di sungai yang mengalir membelah kota Yogyakarta semua berakhir di kawasan ini.

 

 

Melalui kunjungan langsung, para mahasiswa menangkap pemahaman baru tentang jenis social entrepreneurship dan peluang pengembangannya sehingga masing-masing peserta memiliki cita-cita dan tergerak untuk mengembangkan potensi masyarakat untuk menjawab permasalahan sosial khususnya yang berkaitan lingkungan. ***

 


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (4)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 631

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Official Facebook