pada hari Minggu, 30 September 2012
oleh adminstube
PROGRAM PENDIDIKAN NASIONAL

 

Quo Vadis Pendidikan Indonesia???

 

Menggagas Ulang Pendidikan Indonesia

 

 

 

 

 

 

Berbicara mengenai pendidikan di negara ini, kita memang sering kali menjumpai jalan buntu. Banyak pertanyaan yang muncul di benak kita. Kenapa pendidikan di negara kita seakan-akan jalan di tempat, tidak pernah maju. Adakah yang salah dari pendidikan di negara kita? Apakah kurikulumnya, metodenya atau sumber dayanya? Mau dibawa ke mana arah pendidikan di  negara kita ini?

 

 

 

Stube HEMAT Yogyakarta mencoba menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Sebagai lembaga pendampingan dan pendidikan bagi mahasiswa Kristiani yang bergerak dalam usaha membangun kesadaran sosial mahasiswa terhadap permasalahan dalam masyarakat, Stube HEMAT Yogyakarta memandang permasalahan pendidikan nasional sebagai permasalahan sosial yang penting dipahami dan disadari oleh mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. 

 

 

 

Melalui Program Pelatihan Pendidikan Nasional, Stube HEMAT Yogyakarta mendorong para mahasiswa Kristiani dan Aktivis Pemuda Gereja untuk menempatkan diri dalam masyarakat secara tepat dan dapat memberikan sumbangsih yang nyata dalam menganalisa masalah dan memberi masukan desain pendidikan yang ideal. Dengan tema “Quo Vadis Pendidikan Indonesia? Menggagas Ulang Pendidikan Indonesia” Stube-HEMAT Yogyakarta mencoba membuka wawasan para peserta untuk dapat memahami, menyadari dan menganalisis permasalahan pendidikan di Indonesia.

 

 

 

Bertempat di Wisma Sargede Yogyakarta, Pelatihan Pendidikan Nasional diselenggarakan pada 28 - 30 September 2012. Tiga puluh peserta hadir dan berpartisipasi dalam pelatihan tersebut. Program Pelatihan ini menjadi media bagi para peserta untuk saling bertukar pikiran mengenai masalah pendidikan di Indonesia. Diampu oleh para praktisi pendidikan yang aktif mengkritisi masalah-masalah pendidikan, suasana diskusi bersama tiap sesi pada pelatihan ini menjadi lebih hidup.

 

 

 

Diawali dengan diskusi bersama mengenai pemetaan masalah Pendidikan Indonesia: Sejauh mana pendidikan membentuk karakter bangsa? Diskusi yang diampu oleh Darmaningtyas (Praktisi Bidang Pendidikan) ini berlangsung seru. Darmaningtyas menjelaskan bagaimana reformasi pendidikan nasional baik formal maupun nonformal benar-benar diperlukan untuk membentuk karakter dan kesadaran nasional. Berbagai pertanyaan menarik mewarnai sesi tersebut. “Kerapuhan bangsa tidak disebabkan oleh karena rendahnya kecerdasan bangsa tersebut tapi tidak adanya karakter dan kesadaran nasional”, jelas Darmaningtyas menjawab salah satu pertanyaan peserta pelatihan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Lalu bagaimana kondisi Pendidikan di Indonesia saat ini? Rasa ingin tahu para pesertamengenai topik tersebut terjawab dalam sesi diskusi bersama Bambang Wisudo (Direktur Eksekutif Sekolah Tanpa Batas). Dalam sesi ini, para peserta pelatihan diberi gambaran bagaimana kondisi Pendidikan Indonesia saat ini. Melalui visualisasi gambar, peserta dibuka wawasannya mengenai fenomena yang terjadi dalam Pendidikan Indonesia saat ini yaitu sekolah bersifat menakutkan, memenjarakan dan siswa seperti robot berseragam yang harus selalu patuh pada perintah guru. Lebih lanjut Bambang Wisudo menyampaikan bahwa pendidikan tingkat dasar seharusnya dibuat menyenangkan, kemampuan dasar berkomunikasi yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis seharusnya menjadi fokus utama dalam pendidikan dasar.

 

 

 

Pendidikan erat kaitannya dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam sesi ini, Ariani Narwastujati, S.S, M.Pd (Direktur Eksekutif Stube-HEMAT) menjelaskan bahwa salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pertanyaan menarik dari beberapa peserta mewarnai sesi ini. Fenomena yang terjadi saat ini banyak lulusan perguruan tinggi yang belum siap kerja. Aspek Hard Skills dan Soft Skills dalam diri para pencari kerja belum maksimal. Aspek Soft Skills sering menjadi kendala, bagaimana berinteraksi dengan orang lain  dan bekerja sama dengan orang lain menjadi hal penting yang sering terlupakan oleh para pencari kerja. “Meningkatkan aspek Soft Skills dalam diri kita tentunya menjadi hal penting bagi teman-teman calon sarjana ini”, jelas Ariani Narwastujati menjawab pertanyaan peserta pelatihan.

 

 

 

 

 

 

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan yang sudah tidak asing di telinga kita. Perjuangannya dalam dunia pendidikan dan nasionalisme kebangsaan dalam dirinya selalu menginspirasi generasi muda. Belajar dan terus menggali tentang Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi salah satu harapan para peserta pelatihan. Bersama  Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd, para peserta dibuka wawasannya mengenai pemikiran-pemikiran Ki HajarDewantara, salah satunya yaitu pendidikan untuk rakyat banyak, artinya mengutamakan pemerataan pendidikan tanpa harus meninggalkan atau mengorbankan mutunya.

 

 

 

 

 

 

Rangkaian acara Pelatihan Pendidikan Nasional semakin lengkap dengan hadirnya Wahyaningsih (Penggagas Sanggar Anak Alam). Dalam sesi Desain Pendidikan Sanggar Anak Alam (SALAM) ini, Wahyaningsih menjelaskan bahwa Sanggar Anak Alam adalah Sekolah Alternatif bagi anak-anak dengan dasar kecintaan pada alam. Hal yang menarik dari desain pendidikan SALAM adalah proses belajar mengajar di SALAM dan kurikulum yang lebih berfokus pada perspektif pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya.

 

 

 

Selain SALAM, sekolah formal yang memiliki desain pendidikan yang unik adalah SD Mangunan. Bersama Prasena Nawak Santi (Tim DED) dan Kartika  Kirana (Pengelola SD Mangunan), peserta pelatihan belajar tentang bagaimana desain pendidikan di SD Mangunan. Proses belajar di SD Mangunan berfokus untuk mengasah daya eksploratif, kreatif, integral dan komunikatif anak. Kurikulum yang digunakan sesuai kurikulum nasional, namun ada penambahan beberapa mata pelajaran yang khas yaitu Musik Pendidikan, Majalah Meja Komunikasi Iman,  Membaca Buku Bagus dan Kotak Pertanyaan.

 

 

 

 

 

Desain pendidikan SALAM dan SD Mangunan menginspirasi para peserta pelatihan untuk dapat mendesain pendidikan yang ideal dalam bentuk follow up pelatihan. Follow up pelatihan berupa sebuah rencana aksi ke masyarakat dengan materi yang sudah didapat selama proses pelatihan pendidikan nasional. Beberapa peserta ada yang berencana memperbaharui kurikulum sekolah minggu di gereja masing-masing sehingga lebih menarik, membuka sanggar belajar untuk mendampingi anak-anak belajar di sekitar tempat kosnya dan belajar membuat Media Blog bagi yang tertarik menulis tentang seputar permasalahan Pendidikan Nasional. Meski sederhana, hal tersebut merupakan aksi nyata untuk berkontribusi dalam pendidikan. ***


  Bagikan artikel ini

pada hari Kamis, 20 September 2012
oleh adminstube
Eksposur Stube-HEMAT Yogyakarta
Agustus – September 2012
 
 
 
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. Hampir semua pelajar di Indonesia ingin melanjutkan belajar mereka di kota ini, namun hanya sebagian kecil yang mampu mewujudkannya. Berbagai keuntungan yang ada antara lain pilihan lembaga pendidikan yang sangat beragam, fasilitas penunjang pendidikan yang lengkap, suasana kota yang nyaman untuk menimba ilmu serta biaya hidup yang relatif murah menjadi daya tarik bagi mereka.
 

 

 
Stube-HEMAT Yogyakarta berinisiatif memberi kesempatan kepada mahasiswa dan pemuda dari Sumba untuk belajar di Yogyakarta. Dengan membawa ke Yogyakarta tentu memberi pengalaman yang menarik karena mereka melihat perbedaan-perbedaan yang ada dan mempelajari banyak hal yang tentunya baru.
 
Mereka adalah Yonatan Kura (23) dan Henggu Hama Pati (23) mahasiswa STIE Kriswina Waingapu, Angraini Warata (21) dan Marselina Loda Ana Amah (22) keduanya dari STT GKS Lewa, serta Antonius Karepi Andung (22) pemuda GKS Kanjonga Bakul, Apriajes Lay (23) pemuda GKS Mauhau.
 
 
Selama 3 minggu, dari 29 Agustus – 18 September 2012 mereka berada di berbagai lokasi untuk belajar dan mengasah keterampilan yang nantinya dikembangkan di Sumba, antara lain di Yayasan Sahabat Gloria belajar mengenai lele kolam terpal, pupuk pokcing dan sayuran organik. Di Sahabat Bambu, didampingi oleh Indra Setiadharma mempelajari teknik pengawetan bambu. Dan masih berkaitan dengan bambu, di Karti Aji, Minggir, Sleman para pemuda ini belajar menganyam bambu menjadi beraneka ragam bentuk dan fungsi.
 
 
Sedangkan di Samas mereka belajar pertanian memanfaatkan lahan pasir kepada Pak Subandi, seorang pioner dalam Pertanian Lahan Pasir Samas. Selain itu, mereka dibekali dengan kemampuan mengolah makanan berbahan dasar lokal seperti tepung MOCAF, tepung ketan dan tepung pisang menjadi kue bolu dan bermacam kue kering.
 
 
Sebagai pelengkap kunjungan belajar di Yogyakarta, mereka mengunjungi kawasan wisata Malioboro, Candi Borobudur, Kebun Binatang Gembira Loka dan Komunitas Belajar Sanggar Anak Alam serta pengalaman baru naik kereta api.
 
 
Harapan kegiatan ini sangat jelas, yaitu supaya mereka mengalami pencerahan dan terbukanya pikiran serta keberanian mengambil peluang pengembangan di Sumba, seperti yang diungkapkan oleh salah satu peserta, Antonius “Sebelum mengikuti Stube tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi setelah mengikuti, jadi tahu apa yang bisa dilakukan, misalnya pupuk organik untuk lahan pertanian, bambu yang punya banyak kegunaaan seperti untuk kerajinan dan kursi, dan masih banyak hal lagi yang semuanya itu nanti akan dibagikan kepada teman-teman dan masyarakat.” (TRU).
 

  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (4)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 631

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Official Facebook