Ketika berbincang tentang ketahanan pangan, muncul persepsi tentang ketersediaan pangan. Ya, ketahanan pangan menjadi poin penting dalam eksistensi suatu bangsa, ketika suatu bangsa memiliki ketersediaan pangan yang cukup akan mendukung pembangunan dan stabilitas bangsa tersebut. Indonesia sendiri berkaitan ketahanan pangan sudah dirumuskan dalam Undang Undang No 18/2002, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Tantangan selanjutnya adalah tercukupi pangan dengan pasokan bahan pangan yang didapatkan dari dalam negeri, alias mandiri pangan.
Pemikiran di atas dikaitkan dengan slogan ‘Think globally, act locally’ atau ‘berpikir global, bertindak lokal’ yang digaungkan di antara mahasiswa Stube HEMAT Yogyakarta. Para mahasiswa memiliki wawasan yang luas berkaitan ketersediaan pangan, mana yang bisa dicukupi dari dalam negeri dan mana yang harus impor. Kemudian mereka didorong untuk bertindak secara lokal, artinya mempraktekkkan usaha mencukupi ketersediaan pangan sesuai dengan kemampuan mereka dan di lingkup terdekat mereka. Ini juga memperkaya wawasan mereka, ketika kembali ke daerah asal, untuk memetakan kebutuhan rumah tangganya atau bahkan peluang wirausaha berbasis pangan, dengan menyediakan bahan pangan yang sebelumnya harus disuplai dari luar daerahnya menjadi bisa dipenuhi dari daerah sendiri.
Dalam diskusi, para mahasiswa mencoba mengidentifikasi apa yang bisa mereka lakukan, dan akhirnya mereka memilih untuk menanam bayam di kebun Stube HEMAT Yogyakarta yang terletak di Wonosari Gunungkidul. Ada beberapa jenis bayam yang mereka tanam, antara lain bayam hijau, bayam daun dan bayam Brazil. Selain menanam bayam, mereka juga mempraktekkan membuat instalasi irigasi tanaman memanfaatkan pipa dan ember bekas. Di sepanjang pipa dengan panjang 3 meter dan diameter 2 cm terdapat lobang halus untuk air menetes dengan jarak tertentu sesuai dengan jarak tanaman. Ini menjadi alternatif solusi efektivitas kebutuhan air karena air terdistribusi pada tanaman dan efisien dalam jumlah air yang dibutuhkan untuk menyiram. Ember-ember bekas ini merupakan hibah dari kantor Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kartamantul untuk mendukung kegiatan Stube HEMAT Yogyakarta (16 & 21/1/2024).
Metode belajar sambil praktek yang mahasiswa lakukan diharapkan bisa menjadi pemicu munculnya gagasan-gagasan lanjutan dari para mahasiswa, baik ketika masih kuliah di Yogyakarta maupun ketika sudah berada di kampung halamannya dengan mengoptimalkan pekarangan tempat tinggal atau mengolah bahan pangan untuk dijual. Namun demikian, sebagai proses belajar, tentu tidak menihilkan potensi kegagalan, jika mengalami kegagalan, malah menjadi bahan analisa mengapa terjadi.
Ke depannya, keberadaan kebun Stube HEMAT di Gunungkidul menjadi wahana belajar untuk semua, mahasiswa, pelajar, anak-anak, komunitas dan mereka yang berminat tentang ragam tanaman pangan, integrasi pertanian – ikan – ternak, budidaya jamur, mini camping dan pengelolaan pekarangan pangan berkelanjutan demi mewujudkan ketahanan pangan. ***