Pendidikan tidak dapat hadir dan berlangsung dalam ruang hampa, karena pendidikan muncul dari pengalaman hidup manusia dalam konteks tempat mereka hidup yang berhubungan dengan persoalan, isu, dan permasalahan. Seperti waktu dan ruang berpindah dan berganti, seperti kejadian dan pengalaman terus berjalan dan mengalir, demikian juga pendidikan harus terus merespon perubahan dengan cepat dan tepat. Berbagai teori pendidikan yang ada pasti memiliki konstruksi pemikiran yang melatarbelakanginya. Seringkali, konstruksi pemikiran itu hasil dari suatu konflik, ketegangan, realisasi untuk menjawab kebutuhan, atau visi yang lebih baik bagi masyarakat.
Dalam rangka merespon permasalahan pendidikan, Stube HEMAT menggumuli permasalahan pendidikan yang bertema “Pendidikan Di Era Teknologi Maju”. Sebagai langkah awal, Stube HEMAT membuat bedah buku yang berjudul “Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan” karya Teguh Wangsa Gandhi HW, terbitan Ar-Ruzz Media, 2013 (07/04/2022). Yuel Yoga Dwianto, S.Th. , salah seorang tim kerja menjadi penyaji dalam bedah buku tersebut. Ia memperkenalkan kepada peserta diskusi tentang mazhab filsafat pendidikan yang mencakup Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Progresivisme, Esensialisme, Perenialisme, Eksistensialisme, dan Rekontruksianisme. Dalam pemaparannya Yuel mencoba mengkritisi buku yang dibedahnya karena tidak memasukkan aliran Rasionalisme yang diprakarsai Rene Descartes pada awal era modern.
Mazhab-mazhab itu muncul sebagai respon kegelisahan manusia terhadap permasalahan pendidikan. Respon-respon tersebut merupakan sebuah respon akademis, sosial, bahkan politis dari orang-orang terhadap kebaruan dan keperluan pendidikan di masa yang akan datang. Uniknya, pendekatan-pendekatan ini sungguh-sungguh terkait dengan perilaku dan sikap. Dikaitkan dengan tantangan teknologi maju dan perubahan peradaban manusia yang cepat, maka pendekatan eksistensialismenya Jean Paul Sarte memungkinkan untuk menjawabnya karena teori eksistensialisme mendorong setiap individu (peserta didik) untuk mengembangkan semua potensinya dengan cara terus menerus untuk mencapai kepenuhan diri dan kesadaran, serta membayangkan apa yang mungkin terjadi dan apa yang bisa dilakukan.
Kajian tentang pemikiran filsafat pendidikan diharapkan menyadarkan peserta diskusi/mahasiswa menyadari landasan berpikir akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Dalam arti yang lebih luas, masyarakat dapat berkembang sesuai dengan tujuan dan hakikat, serta eksistensi kehidupan manusia terus berlangsung sesuai perubahan zaman. Singkatnya, hidup dan tujuan hidup dapat diraih ketika pendidikan benar-benar “hidup”. Sebab, pendidikan dan kehidupan manusia adalah dua hal identik, sukar dipisahkan. Hubungan keduanya ibarat tubuh dengan jiwa manusia: jiwa berpotensi menggerakkan tubuh, sementara tujuan kehidupan yang didambakan digerakkan oleh pendidikan. Tanpa pendidikan, bisa dipastikan bahwa manusia akan kehilangan ruh penggerak kehidupannya.
Dalam bedah buku ini juga diungkapkan bahwa pendidikan di era teknologi ini berkembang secara gemilang, perkembangannya mencakup ruang lingkup kurikulum yang lebih berimbang, pendekatan pendidikan yang lebih menghormati sifat khas peserta didiknya, penyusunan rencana belajar-mengajar yang lebih teratur, dan banyak menggunakan teknologi. Sebagai konsekuensinya, para pengajar dan peserta didik yang terlibat di dalam pendidikan harus menyadari bahwa mereka tidak boleh merasa puas. Mereka harus terus berpikir untuk mengurai sistem pendidikan yang selama ini hanya menjadi landasan imajiner menjadi pegangan riil di lapangan. Selanjutnya, persepsi, konsepsi, artikulasi, dan analisis seseorang dibentuk oleh kemampuan fisik dan psikologis seperti perkembangan zaman dan konteksnya dalam proses pendidikan.
Sayangnya, karena perolehan pengetahuan yang terbatas, pengetahuan manusia juga terbatas. Apa yang dipikirkan, pahami, dan rasakan, pasti selalu sedikit pada suatu waktu. Tidak seorang pun dapat mengklaim bahwa ia telah tiba pada akhir yang final dan mutlak. Apa pun yang dirasakan dan dipahami sebagai sesuatu yang terbaik yang harus dimiliki. Meskipun dalam keterbatasan, pendidikan mampu berkontribusi merubah dunia dalam suatu kurun waktu tertentu. Teruslah mencari jawab atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan untuk mendapatkan perubahan-perubahan. (YYD) ***