Muda, Beda dan Berkarya
Pelatihan Multikultur & Dialog Antar Agama
Panti Semedi, Klaten, Jawa Tengah, 22-24 April 2016
Pelatihan Multikultur dan Dialog Antar Agama yang digelar Stube HEMAT dengan tema “Muda, Beda dan Berkarya” berusaha menyampaikan pesan dan mengingatkan kembali anak muda mahasiswa akan keberagaman yang dimiliki Indonesia beserta tantangan yang harus dihadapi sebagai konsekuensi yang dikandung dari keragaman itu sendiri. Kegiatan Pelatihan ini disambut baik oleh 25 orang peserta yang hadir dari berbagai kampus, jurusan dan daerah. Semua peserta sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan selama tiga hari tersebut.
Mengawali program dengan kunjungan ke Pondok Pesantren Mlangi seminggu sebelum mengikuti pelatihan, peserta yang sebagian besar mahasiwa kristiani memiliki sentuhan dan bekal akan perspektif keberagaman. Mereka juga diingatkan kembali akan budaya daerah masing-masing yang beragam dengan pesona baju tradisional dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa, Kalimantan, Batak, Sumba, dan Flores yang dipakai oleh beberapa peserta. Kumandang lagu-lagu daerah di hari pertama pelatihan sungguh membawa suasana ke-Indonesia-an yang kaya akan suku, budaya dan bahasa.
Pelatihan ini mendorong peserta membuat jejaring dengan berbagai kalangan yang berbeda latar belakang, melatih peserta menemukan solusi atas ketidakharmonisan antar etnis dan agama, menyemangati peserta mampu menyebarkan pemahaman bukan sekedar toleransi melainkan kerjasama untuk kemanusiaan, juga memotivasi peserta mengembangkan diri membuat dialog bersama antar agama dalam masyarakat serta aktif menangani konflik yang muncul.
Sesi-sesi yang diikuti oleh peserta dalam pelatihan ini meliputi Mengenal Multikultur, Berinteraksi dengan Forum Kebersamaan Umat Beragama Klaten, Pemetaan Potensi Konflik di Indonesia, FGD masing-masing daerah dan Merancang Kegiatan Tindak Lanjut sebagai wujud pemerolehan pengetahuan baru dalam pelatihan. Narasumber yang terlibat dalam pelatihan selain tim internal Stube-HEMAT adalah Gus Jazuli Kasmani dari Pesantren Saleh Akrom Nusantara (PeSAN), pemuka agama dari berbagai agama dan keyakinan di Klaten, Pdt. Izak Y.M. Lattu. Ph.D dari UKSW dan Pdt. Krisapndaru, S.Th.
“Kehadiran para pemuka agama dan keyakinan dari FKUB Kebersamaan Klaten ini sangat berkesan dan menginspirasi saya untuk mengusahakan pertemuan para tokoh lintas agama di daerah asal saya karena menurut saya memberi kesejukan suasana ditengah masyarakat yang majemuk,” ungkap Charly mahasiswa APMD dari Manggarai. Kekompakan FKUB Kebersamaan Klaten sangat kuat dirasakan para peserta dengan kehadiran para tokohnya mengisi satu sesi dalam pelatihan.
“Kekuatan kearifan lokal yang sudah ada di setiap suku di Indonesia ini perlu terus-menerus digali, dan diwariskan turun-temurun sehingga generasi penerus selanjutnya tidak kehilangan nilai-nilai luhur nenek moyangnya dan menganggap setiap perbedaan yang ada merupakan ancaman yang harus dimusnahkan. Kerusuhan-kerusuhan antar etnis, suku dan agama tidak perlu terjadi seperti di Ambon apabila masyarakat di sana benar-benar menghayati nilai-nilai luhur Pela Gandong yang sudah ada. Bagaimana arsitek pilar masjid menjadi penyangga gereja dan sebaliknya. Kearifan ini perlu dicertakan terus turun-temurun”, pesan Pdt. Izak Y.M. Latu, Ph.D dalam sesinya.
Pada akhir sesi, peserta diminta merumuskan kegiatan sebagai wujud pemahaman baru yang mereka dapat selama pelatihan. Diseminasi pemahaman multikultur lewat diskusi, tulisan dan kerja nyata dalam masyarakat menjadi pilihan-pilihan kegiatan yang dilakukan.
Dalam perjalanan pulang Klaten-Yogyakarta, peserta diberi kesempatan melihat Candi Plaosan, sebuah candi yang didirikan pada abad ke 9 Masehi. Candi ini perpaduan budaya Hindu dan Buddha yang tercipta karena pernikahan campur antara Rakai Pikatan yang mendirikan Candi Prambanan yang berlatarbelakang Hindu dan Putri Pramodhawardani dari Dinasti Sailendra yang berlatar belakang agama Buddha. Dari Candi ini peserta belajar bahwa penerimaan keberagaman sudah terjadi sejak dahulu kala.
Muda, Beda dan Berkarya, menggugah para peserta sebagai anak muda yang menyadari keberagaman dan harus memiliki perbedaan dalam kualitas dan melakukan karya untuk bangsa. (ARN).