pada hari Senin, 30 Maret 2015
oleh adminstube
Cerdas Kelola Konflik
Villa Taman Eden 1, Kaliurang 27-29 Maret 2015
 
 
Mendengar kata “Konflik” kebanyakan orang mendefinisikan suatu masalah yang dianggap  harus dihindari, berdampak negatif dan berakhir dengan kekerasan. Ternyata konflik bisa memberi dampak positif dalam kehidupan. Dari keterbatasan pengetahuan ini Stube-HEMAT Yogyakarta mengadakan pelatihan ‘Conflict Management’ dengan topik “Cerdas Kelola Konflik” pada tanggal 27 – 29 Maret 2015 di Villa Taman Eden 1 Kaliurang.
 
 
Pelatihan diikuti 30 peserta dari berbagai univeritas di Yogyakarta. Narasumber yang menyampaikan materi adalah Pdt. Wahyu Satrio Wibowo, M.Hum (UKDW),  Rm. Baskara T. Wardoyo, Pdt. Paulus Hartono, M. Min, dan Hamzah Wahyudin, S.H dari LBH Yogyakarta.
 



Pelatihan ini diawali dengan materi pengantar oleh team Stube-HEMAT Yogyakarta dan dilanjutkan sesi memahami potensi konflik pada individu oleh Pdt. Wahyu Satrio Wibowo, M.Hum. Di sesi ini disampaikan bahwa masih tingginya penilaian yang dilakukan terhadap seseorang atau kelompok hanya berdasarkan persepsi atau ‘stereotipe’.  Hal ini akan membawa terjadinya kesalahpahaman mengenai individu-individu lain. Pdt. Wahyu juga menyampaikan bahwa setiap orang memiliki kemampuan epistemologi, yakni kemampuan untuk mengolah informasi.
 
Romo Baskoro memaparkan Harapan Hidup Damai, bahwa menjadi seorang ‘peacemaker’ harus siap dengan segala resiko yang ada, harus memiliki keberanian serta pengharapan. Romo juga mengaitkan tokoh-tokoh pembawa damai yang ada di dunia seperti, Mahatma Gandi, Mother Theresa, Nobel, Paus, Chico Mendes dan masih banyak tokoh lain yang juga disebutkan peserta.
 

 

 

 

Pdt. Paulus Hartono, M. Min. menyampaikan mengenai perbedaan antara konflik dan kekerasan. Kekerasan akan menimbulkan konflik sedangkan konflik belum tentu menimbulkan kekerasan. Dalam sesi ini peserta dilatih bagaimana cara memetakan gejala konflik, menganalisa konflik, hingga tahap akhir penyelesaian konflik tersebut. Untuk lebih memahami cara menganalisa konflik  dan penyelesaian konflik dengan lebih mudah, para peserta diajak bermain ‘role-play.’ Mula-mula peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan diminta untuk menganalisa konflik dan cara penyelesaiannya. Selanjutnya, hasil diskusi setiap kelompok diperankan dalam sebuah drama singkat. Dari drama terlihat jelas faktor penyebab timbulnya konflik untuk membantu cara penyelesaiannya.
 
Hari terakhir pelatihan lebih menekankan proses penanganan secara hukum. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta yang mengirim Hamzah Wahyudin, S.H, memberi penjelasan prosedur-prosedur pengajuan aduan kepada pihak kepolisian. Dalam pemamparan disampaikan bahwa pengajuan tersebut akan ditindaklanjuti jika terdapat 5 alat bukti, yang meliputi; 1) saksi (harus lebih dari satu), 2) petunjuk, 3) keterangan terdakwa, 4) surat (dari rumah sakit sebagai bukti penganiayaan), dan 4) keterangan ahli.
 
 
Rencana Tindak Lanjut yang akan dilakukan peserta antara lain: membagikan pengalaman yang didapatkan kepada teman dan komunitas lain, sharing dan aksi lingkungan, diskusi ke LBH untuk belajar penanganan konflik lebih mendalam. (ITM)


 


  Bagikan artikel ini

pada hari Jumat, 20 Maret 2015
oleh adminstube

 

Stube-HEMAT Yogyakarta
Program Manajemen Konflik
dan Resolusi Konflik
 
 

 

LATAR BELAKANG
Selama manusia hidup, takkan pernah lepas dari konflik. Konflik harus dikelola dengan baik dan bijak dan berbagai aspeknya haruslah diketahui, dipelajari, diselesaikan dan dikelola untuk meraih penyelesaian yang positif.
 
Berbagai penyebab timbulnya konflik, bisa dari diri sendiri maupun dari luar dirinya. Pada dasarnya setiap individu menginginkan hidup damai berdampingan satu sama lain.
 
Stube-HEMAT Yogyakarta selaku lembaga pendampingan mahasiswa menghadirkan pelatihan manajemen konflik sebagai upaya membekali mahasiswa yang akan kembali membangun daerahnya masing-masing. Dan menumbuhkan harapan terciptanya kedamaian melalui tindakan bersama.
 
TUJUAN:
Peserta mengenal jenis-jenis konflik dan cara penyelesaiannya
Peserta memahami tujuan hidup khusunya tujuan belajar di Yogyakarta
Peserta mampu memetakan gejala timbulnya konflik pada masyarakat
Peserta mampu meresolusi konflik secara berjejaring
 
FASILITATOR:
Pdt. Bambang Sumbodo, M.Min
Pdt. Wahyu Satrio Wibowo, M.Hum
Romo Dr. Baskara Tulus Wardaya, S.J
Pdt. Paulus Hartono, M.Min
LBH Yogyakarta
Team Stube-HEMAT Yogyakarta
 
TEMA, PELAKSANAAN DAN PESERTA
Cerdas Kelola Konflik
Jumat – Minggu, 27 – 29 Maret 2015
di Wisma Taman Eden 1 Kaliurang
Mahasiswa Kristiani dan pemuda gereja, sejumlah 30 orang
 
MATERI:
Perkenalan Stube HEMAT
Memahami potensi konflik pada Individu
Harapan Hidup Damai
Memetakan Gejala Konflik
Role Play resolusi konflik/kesaksian peserta yang pernah terlibat dalam Konflik
Penanganan Konflik (Pra, Proses dan Pasca) dan simulasi penyelesaian konflik.
Focus Group Discussion (FGD) dan Follow-up
 
KONTRIBUSI:
Rp 25.000,00
Akomodasi, Materi, Sertifikat, Subsidi Transportasi
 
KONTAK:

 

Team Stube-HEMAT Yogyakarta
 

  Bagikan artikel ini

pada hari Kamis, 19 Maret 2015
oleh adminstube
Semangat Muda Mengenal Sumba
dan Bagikan Talenta
Program Exploring Sumba 2015
 
 

 

Pengalaman unik dan mengesankan yang dialami para peserta Exploring Sumba tahun 2014 memunculkan antusiasme mahasiswa dan aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta menjadi calon peserta Exploring Sumba berikutnya. Perbedaan daerah dan cuaca, keragaman adat dan tradisi, keunikan budaya dan masyarakatnya, keindahan pantai dan alamnya menjadi cerita yang menarik dan terus tersimpan dalam benak setiap peserta.
 
 
Program Exploring Sumba adalah sebuah program Stube-HEMAT Yogyakarta untuk mengirim mahasiswa aktivis ke Sumba. Mahasiswa yang dikirim ke Sumba selama satu bulan akan membagikan pengetahuan dan keterampilan mereka kepada mahasiswa dan kaum muda Sumba.
 
Di awal tahun 2015, Stube HEMAT Yogyakarta telah mengirim dua orang mahasiswa, yaitu Petrus Maure dan Elisabet Novia Listiawati. Petrus Maure, seorang anak muda dari Alor, saat ini tinggal menunggu wisuda di STMIK AMIKOM. Bung Pet, ia biasa dipanggil, juga aktif di kampusnya melalui IKNA (Ikatan Keluarga Nasrani Amikom). Bung Pet beberapa kali mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta, seperti pertanian dan keragaman pangan, public speaking dan studi sosial. Sebagai mahasiswa yang belajar teknik informatika, ia ingin mengembangkan kemampuan dirinya dan membagikan keterampilan untuk teman-teman mahasiswa di Sumba. Saat ini dia ingin membagikan pengetahuan komputernya untuk mendesain dan membuat gambar-gambar dokumentasi daerah Sumba. Ia berharap bisa menjadi orang yang berguna bagi semua orang, terutama orang terdekat.
 
Berikutnya, Elisabet Novia Listiawati, biasa dipanggil Elis, seorang anak muda dari Karanganyar, Jawa Tengah. Saat ini sedang menunggu wisuda di Universitas Mercu Buana Yogyakarta jurusan Agroteknologi. Jiwa pengabdian dan pelayanan telah muncul sejak awal studi melalui Himpunan Mahasiswa Agroteknologi UMBY dan juga menjadi pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Kristiani di UMBY. Beberapa program pengabdian masyarakat pun telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang membanggakan. Sebagai aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta, Elis telah mengikuti beberapa pelatihan, antara lain Bisnis Kreatif, Bambu, Energi Terbarukan, Pendidikan Global dan Keragaman Pangan.
 
“Yang menjadi motivasi saya mengikuti Exploring Sumba ini adalah untuk menerapkan ilmu yang telah saya peroleh selama kuliah, supaya dapat dibagikan kepada orang lain dan diterima sehingga dapat berguna dan bermanfaat untuk ke depannya,” ungkapnya.
 
Selama di Sumba ia berharap bisa mendapat pengalaman baru bersama mahasiswa dan masyarakat Sumba dan melihat secara langsung keadaan pertanian di Sumba sesuai program yang akan dilakukan berupa optimalisasi pekarangan rumah dengan tanaman obat keluarga (Toga) berbasis pertanian berkelanjutan di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
 

 

Selamat mengabdi dan tetap semangat teman-teman! (TRU)
 

  Bagikan artikel ini

pada hari Selasa, 17 Maret 2015
oleh adminstube
Umat Kristiani dan Pilkada
Sebuah Sarasehan Pendidikan Politik
 
 
Pemilihan Kepala Daerah menjadi isu yang santer dibicarakan di Sleman, Gunungkidul dan Bantul. Penjaringan calon pun sudah berlangsung di tiga kabupaten tersebut. Bagaimana peran orang Kristen dalam menyikapi Pemilihan Kepala Daerah secara langsung?
 
Pergumulan ini mendorong pengurus Klasis GKI Yogya, Masyarakat Kristiani Indonesia (MKI) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mengadakan Sarasehan Pendidikan Politik di UKDW, Senin (16/03/2015). Sarasehan dihadiri utusan gereja-gereja di Daerah Istimewa Yogyakarta, lembaga-lembaga pelayanan Kristen dan mahasiswa Kristiani. Tak ketinggalan Stube-HEMAT Yogyakarta mengutus Trustha Rembaka.
 
Bambang Priambada selaku ketua pelaksana mengungkapkan bahwa masyarakat Kristiani perlu penyadaran baru untuk bersatu secara rohani demi kemajuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian rektor UKDW Ir. Henry Feriadi, M.Sc. Ph.D., menegaskan bahwa core-business UKDW adalah pendidikan. Jadi, UKDW mendukung pelaksanaan Sarasehan Pendidikan Politik ini. Perlu disadari pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya membutuhkan proses. Pendidikan juga sebagai proses transformasi yang dialami seseorang, masyarakat dan daerah menjadi lebih baik. Realitanya saat ini orang Kristen enggan masuk politik. Politik perlu dipelajari, bukan soal siapa tapi bagaimana politik mampu menghadirkan kesejahteraan umat.
 
 
KPU DIY diwakili Guno Tri Tjahjoko, MA., memaparkan regulasi pemilihan kepala daerah secara langsung. Pilkada langsung kabupaten Sleman, Bantul dan Gunungkidul akan dilaksanakan serentak 9 Desember 2015. Prof Dr. Nindyo Pramono, SH., pakar hukum bisnis dari UGM mengingatkan bahwa perbaikan bangsa ini membutuhkan partisipasi masyarakat Kristiani, dan perbaikan bangsa ini  diawali dari diri sendiri, karakter dan integritas. Sedangkan Drs. Katin Subiyantoro dari PDI Perjuangan menyampaikan orang Kristen cenderung tidak mau terjun ke politik karena punya anggapan politik itu kotor. Hal ini akan berdampak jumlah wakil-wakil Kristiani semakin menurun. Orang Kristen yang akan terjun dalam bidang politik harus ‘beres’ dari dalam dirinya dan memiliki motivasi yang murni. Ini menjadi tantangan bagi gereja, gereja tidak bisa berdiam diri, gereja harus mampu mencetak umatnya menjadi kader yang baik dan layak pilih.
 
 
Pengurus partai politik nasionalis dihadirkan di sesi dua, antara lain Drs. John S. Keban dari Partai Golkar yang mengkritisi orang Kristen di Yogyakarta sebenarnya banyak tetapi sulit disatukan. Partai Golkar sebenarnya membuka peluang menjadi calon pemimpin daerah jika ada kader Kristiani yang berkualitas,  untuk posisi wakil. Kemudian Brigjen. Purn. RM. Noeryanto dari Partai Gerindra mengungkapkan Yogyakarta adalah Daerah Istimewa, memiliki good governance, usia harapan hidup yang relatif tinggi, nyaman ditinggali dan city of tolerance. Namun sekarang mulai terganggu dengan beberapa kejadian yang cenderung intolerance. Masyarakat Kristen dan gereja di Yogyakarta kurang berani berperan dalam politik dan kurang berani bersuara. Sekarang mulailah tunjukkan dengan tindakan yang melibatkan masyarakat dan dirasakan masyarakat. Tak jauh beda dipaparkan Bertha Cahyani H.A. dari Partai Demokrat, ketika terpilih menjadi anggota dewan ternyata dukungan suara tidak hanya dari umat Kristiani.
 
Kritik terhadap umat Kristen diungkap Drs. Bambang Praswanto dari PDI Perjuangan, orang Kristen saat di dalam gereja menjadi sangat rohani, tetapi ketika di luar gereja, ‘hilang’. Hal ini tidak boleh terjadi, orang Kristen harus berperan dalam masyarakat. Kader-kader Kristiani banyak berperan dalam kepengurusan PDI Perjuangan. Dari partai Nasdem yang diwakili Cornus Dwisaptha, S.Sos, menyatakan bahwa meskipun partai Nasdem masih baru, tapi tetap bersikap tegas terhadap anggotanya, jika terlibat pelanggaran akan diberhentikan.
 

 

Dalam diskusi yang dipandu moderator Sri Bayu Selaaji terungkap bahwa sarasehan ini harus ditindaklanjuti dengan penguatan-penguatan peran orang Kristen dalam politik, khususnya menyambut Pilkada. Tindakan nyata yang lebih serius perlu diupayakan bersama adalah menumbuhkan perhatian kaum muda Kristen terhadap politik,  meskipun saat ini  sudah  ‘terlanjur’ apriori. Semoga. (TRU)
 

  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (20)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 647

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook