Refleksi peserta program Eksposur Lokal ke Alor
Oleh Putri Nirmala Valentina Laoli
Mengunjungi dan belajar langsung di pulau Alor merupakan pengalaman yang tak tergantikan dan tak terlupakan. Secara pribadi, perjalanan ini tidak terbayangkan terjadi di masa pandemi Covid-19 bahkan pascabencana banjir bandang yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur, termasuk beberapa tempat di Alor. Tetapi berkat dukungan dan iringan doa akhirnya program ini terlaksana dengan baik. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih telah diberikan kesempatan serta kepercayaan mengikuti program Eksposur Lokal ke Alor yang diselenggarakan Stube HEMAT Yogyakarta pada April 2021.
Mahasiswa merupakan salah satu pihak akademisi yang menjunjung tinggi nilai idealismenya di dalam perkuliahan maupun di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat ditunjukan dengan proses pembelajaran dalam ruang kelas maupun penelitian-penelitian yang dilakukan. Selain itu, berbagai wadah organisasi kemahasiswaan baik internal maupun eksternal di kampus manjadi arena pertarungan dinamika idealisme mahasiswa. Dengan demikian, produksi pengetahuan dan minat bakat sekaligus keterampilan mahasiswa dapat terasah. Keseluruhan proses ini diupayakan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berpihak pada pembangunan dan pengembangan pemberdayaan masyarakat.
Pertanyaannya, apakah dengan melakukan hal-hal di atas telah memenuhi kualifikasi dalam keterlibatan pemberdayaan masyarakat secara nyata? Berkaca dari pengalaman pribadi, sebagai seorang mahasiswa saya sangat antusias belajar di dalam kelas bahkan di ruang-ruang diskusi dengan terlibat dalam berbagai organisasi. Melibatkan diri dengan berbagai penelitian sosial maupun beberapa kali tinggal bersama dan berinteraksi dengan masyarakat.
Suatu saat muncul pertanyaan “Apa yang bisa kamu lakukan untuk masyarakat?”, yang membuat seolah pengetahuan yang saya miliki sirna seketika, karena saya merasa ada sekat antara dunia akademik dengan dunia nyata di tengah masyarakat. Ilmu yang saya dapat di bangku kuliah tidak dapat langsung diterapkan begitu saja, namun dengan adanya program eksposure ke Alor ini, tidak hanya memberikan kesempatan untuk berinteraksi mengenal kehidupan sosial budaya di Alor, namun menjadi salah satu sarana melatih membagikan pengetahuan yang dimiliki selama proses perkuliahan dan berorganisasi untuk melakukan aktivitas pengabdian yang terukur. Selain itu, kemampuan berpikir dan bertindak semakin terasah dan seimbang antara dunia keilmuan dengan praktek kehidupan sosial kemasyarakatan. Berbagai pengalaman yang diperoleh langsung dari hasil interaksi dengan masyarakat lokal menambah khazanah pengetahuan saya sebagai seorang mahasiswa Ilmu Pemerintahan.
Berdasarkan pengalaman dan refleksi perjalanan ini, saya berpikir betapa bermanfaatnya jika kesempatan serupa dapat dirasakan langsung oleh setiap mahasiswa. Program ini akan melahirkan dan menghadirkan generasi-generasi muda yang progresif dan responsif. Tetapi ini hanya akan menjadi imajinasi kosong apabila tidak dikerjakan mulai dari sekarang dan dari lingkup sederhana. Akhirnya saya kembali bertanya pada diri sendiri, “Apa yang dapat saya lakukan terhadap kampung halaman saya, sekalipun jarak jauh?”***