Pernahkah kita menyadari kebutuhan manusia yang harus ada, yakni keamanan untuk keberlanjutan hidup? Pernahkan terlintas dalam benak kita tentang keamanan hunian yang kita tempati? Atau pernahkan kita sadar dengan segala sesuatu yang bisa mengancam hidup kita? Sejauh apakah kita mengenal kondisi bangunan yang kita datangi dan seberapa amankah fasilitas umum yang kita gunakan?
Kepekaan tentang hal ini tentu saja perlu diasah, oleh karena itu Stube HEMAT Yogyakarta melalui program ‘Infrastruktur yang Tangguh’ mengumpulkan anak muda mahasiswa dalam diskusi “Siapkah Kita Menghadapi Bencana” di Sekretariat Stube HEMAT (Rabu, 19 April 2023). Kegiatan ini bertujuan mengenalkan peserta pentingnya memiliki kesadaran akan konsep bangunan/infrastuktur yang layak dan aman. Selain itu, untuk menggali kesiapan peserta mengadapi bencana, khususnya di daerah yang rentan, tempat mereka tinggal.
Narasumber Rogatianus Anang Setiyargo, S.T mengawali diskusi dengan mengundang peserta menceritakan pengalaman ketika mengalami bencana. Di sini terungkap beberapa pengalaman saat mengalami gempa bumi, gunung meletus dan tanah longsor di daerah mereka. Ia juga memandu peserta mengidentifikasi Indonesia dari bencana apa saja yang berpotensi merusak bangunan serta infrastruktur yang ada. Selanjutnya, peserta menyimak pengalaman langsung dari narasumber bagaimana melakukan rekonstruksi hunian paska bencana di beberapa wilayah di Indonesia. Tempat tinggal yang kokoh menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan, mulai dari struktur bangunan, ketersediaan bahan dan kesiapan masyarakat merawat infrastruktur.
Pengetahuan peserta pun bertambah ketika mendengar penjelasan tambahan dari Ir. Hero Darmawanta, M.T., salah satu board Stube HEMAT, yang mengungkap kondisi atau karakteristik daerah yang mempengaruhi konsep pembangunan infrastruktur. “Konstruksi bangunan yang kuat sebenarnya tergantung pada karakteristik tanah setiap daerah dan tentu saja itu berbeda-beda setiap daerah,” paparnya. Potensi kebencanaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, tanah kekeringan, gelombang tinggi dan abrasi, banjir bandang, tsunami dan likuifasi. Untuk mengetahui karateristik tanah di setiap daerah secara detil bisa mempelajari data di Dinas Pertanahan dan Tata Ruang yang ada di propinsi atau kabupaten. Diskusi ini menjadi lebih menarik ketika peserta antusias bertanya dan membagikan keadaan dan kondisi daerah mereka.
Kesiapsiagaan dan kepekaan mahasiswa selaku anak muda tentu saja sangat penting untuk melihat kondisi di sekitarnya, termasuk keamanan bangunan tempat aktivitas pribadi maupun bersama. Melalui pertemuan ini peserta diharapkan mampu melihat ancaman bencana di daerahnya masing-masing dan mengetahui konsep bangunan seperti apa yang bisa dibangun berdasarkan karakteristik tanah yang ada, dan beradaptasi dengan ancaman tersebut karena infrastruktur yang kuat akan menciptakan rasa aman dan tentram.***