Memahami Manajemen Konflik
Bersama Stube HEMAT
Dalam Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) FKIP
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Youth Center, Sleman, 2 Mei 2015
Dinamika masyarakat dan perubahan sosial selalu terjadi dan sejalan dengan itu terjadilah kompromi-kompromi atau negosiasi atas suatu konflik yang terjadi. Mahasiswa sebagai generasi penerus harus memahami teori konflik dan bagaimana mengelola konflik untuk kebaikan bersama. LDKM FKIP UST dengan tema ”Membangun Progresifitas Dewantara Muda demi Mewujudkan Kepemimpinan yang Berasaskan Ketamansiswaan” yang diadakan Jumat – Minggu, 1 – 3 Mei 2015 di Youth Center, Tlogoadi, Sleman, Yogyakarta, dalam salah satu sesinya mengupas Management Konflik dengan nara sumber Ariani Narwastujati, S.Pd., S.S., M.Pd., direktur Stube-HEMAT.
Peserta LDKM yang berjumlah 73 orang merupakan mahasiswa semester 2 dan 4 FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Mereka dibekali dengan teori konflik, penyebab-penyebab konflik sampai pada pengelolaan konflik, bahkan disebutkan bahwa conflict is the beginning of conscience, konflik merupakan awal dari sebuah kesadaran, seperti kesadaran mendapatkan hak dan perlakukan yang sama di depan hukum, mendapatkan kesempatan kerja dan pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.
Riswan Jaya, Ketua Majelis Mahasiswa (MM) FKIP mengungkapkan, “LDKM dilaksanakan dengan harapan meningkatkan kualitas dan motivasi mahasiswa baik di bidang akademik dan non-akademik. Sebagai calon-calon pemimpin, mahasiswa dilatih mampu mengelola konflik dengan baik yang mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat. Organisasi menjadi wadah penting bagi mahasiswa untuk berproses menuju perubahan, baik konteks pribadi maupun sosial”.
Secara khusus narasumber mendiskusikan model penyelesaian konflik Thomas-Kilmann yang berfokus pada 1) kebutuhan dan keinginan diri dan 2) fokus pada kebutuhan orang lain dan hubungan baik. Dua pendekatan ini menghasilkan lima jenis penyelesaian konflik yakni: menghindari konflik, menerima konflik, berkompromi dengan konflik, berkompetisi, dan kolaborasi. Dari kelima penyelesaian ini yang dianggap paling ideal ialah kolaborasi karena mengutamakan kemenangan untuk kedua belah yang berkonflik. Adapun beberapa langkah mengelola konflik secara damai adalah sbb: hargai hak orang lain untuk tidak sepakat, nyatakan perhatian, ungkapkan tujuan dan kepentingan bersama, terbuka pada pendapat yang berbeda, dengarkan dengan cermat semua pendapat, pahami isu utama yang terjadi, pikirkan konsekuensi yang mungkin timbul, pikirkan solusi-solusi alternatif, tawarkan beberapa kompromi dan negosiasikan perjanjian kerja sama yang adil.
Para peserta nampak antusias mengikuti diskusi dan mengungkapkan pengalaman mereka tentang suatu konflik. “Saya mendapat banyak pengetahuan tentang kepemimpinan dan menemukan karakter-karakter teman yang berjiwa pemimpin yang berbeda-beda dalam pemikiran dan pendapat”, ungkap Ni Putu S.Y. Darsani, peserta mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika semester 4.
Selamat belajar menjadi pemimpin dan mengelola konflik! (TRU)