Perkembangan zaman yang menuju pada era global berbasis teknologi menuntut setiap orang untuk proaktif beradaptasi dengan perkembangan zaman. Berkaitan dengan teknologi digital, seseorang mesti memiliki beragam keterampilan khususnya dalam menggunakan produk-produk teknologi tinggi demi bisa mengakses berbagai media baik media informasi maupun sosial. Apalagi trend sekarang media sosial berbasis video begitu menyita perhatian orang dan mereka berlomba-lomba mengunggah video selain untuk dokumentasi juga potensial untuk bisa 'monetizing'.
Terlepas dari itu sebenarnya aktivitas merekam bukan hal baru karena sering dilakukan orang dewasa sampai ke anak-anak, dari acara formal sampai acara yang iseng-iseng saja. Bahkan sebenarnya setiap orang sudah menggenggam alat rekam yang ‘tertanam’ di gadget, namun tidak setiap orang paham bagaimana memaksimalkan fungsi yang ada untuk membuat hasil yang berkualitas. Dari poin ini Stube HEMAT Yogyakarta berinisiatif mengadakan pelatihan mahasiswa untuk menjawab kebutuhan mereka memproduksi video dengan memaksimalkan alat rekam dan teknik pengambilan gambar melalui gadget yang mereka miliki dalam Workshop #3 pada hari Sabtu, 29 Agustus 2020 di sekretariat Stube HEMAT Yogyakarta yang diikuti sembilan mahasiswa.
Dalam workshop sebagai kegiatan program Cyber Awareness, Stube bekerjasama dengan team Multimedia GKJ Mergangsan yang berpengalaman membuat video pendek dan memfasilitasi ibadah gereja secara online maupun streaming. Richard Panggabean, dari team Multimedia mengungkapkan bahwa teknik pengambilan gambar menjadi penting dalam pembuatan video karena setiap tampilan gambar itu memiliki makna tersendiri. Ia memaparkan teknik dasar pengambilan gambar berdasar sudut (angle) dan jarak (shoot), berdasar angle ada (1) Frog angle dan low angle (dari bawah) bermakna mengunggulkan atau membesarkan; (2) Eyes angle dilakukan sejajar dengan obyek; (3) High angle dan bird angle merupakan pengambilan gambar dari atas, yang memberi kesan kecil atau luasan jangkauan; (4) Over shoulder, biasanya untuk merekam percakapan antar obyek. Kemudian, berdasar jarak (shoot) terdiri dari Close Up, Medium dan Long, yang memiliki karakteristik masing-masing. Close up shoot dipakai untuk menegaskan ekspresi atau detil obyek, Medium shoot untuk menggambarkan obyek sedangkan Long shoot dipakai untuk menampilkan lingkungan sekitar obyek.
Pemaparan teknik dasar pengambilan gambar ini memberi pencerahan bagi para peserta, tidak lagi asal rekam, melainkan memiliki perencanaan dan pesan dari tampilan video yang dibuat. Teknologi alat rekam memang terus berkembang, tetapi yang utama adalah sumber daya manusianya untuk menghasilkan video yang baik dengan terus mengupgrade diri. Jadi, mari manfaatkan teknologi, dan tingkatkan skills perekaman video untuk menghasilkan karya yang bermanfaat.
Situasi ini mendorong Stube HEMAT Yogyakarta merespon pergumulan ini dengan One Day Workshop #2 pada hari Sabtu 22 Agustus 2020 di Sekretariat Stube HEMAT Yogyakarta sebagai bagian kegiatan program Cyber Awareness. Kegiatan ini menjawab kebutuhan mahasiswa dalam skills editing video, baik peserta yang sudah pernah melakukan editing video maupun peserta yang belum pernah melakukan editing sama sekali. Para peserta berharap bisa melakukan proses editing ini untuk menunjang keterampilan dirinya di waktu ke depan. Peserta Workshop #2 merupakan mahasiswa dari beragam wilayah di Indonesia dan berbagai kampus di Yogyakarta, seperti Eri Kristian, Yuli Triyani dan Daniel Prasdika, ketiganya berasal dari Lampung dan saat ini sedang menempuh studi di STAK Marturia Yogyakarta; Sarlota Wantaar dari Maluku Tenggara, studi di Pendidikan Fisika di UST, Irene Zalukhu dan Putri Laoli keduanya dari Nias dan sedang menempuh studi di APMD; Nona Mariani dari Adonara mahasiswi Pendidikan Biologi di Universitas Sanata Dharma, serta Satri dari Sumba Timur, mahasiswi Teologi di STAK Marturia.
Trustha Rembaka, koordinator Stube HEMAT Yogyakarta membuka acara dengan memutar beberapa video yang dihasilkan oleh aktivis Stube pada pelatihan sebelumnya. “Nikah atau Kuliah”, karya Linda dari Bengkulu dan “Jaga Jarak Tidak Berarti Menjauh” karya Satri dari Sumba, dan video edisi 75 tahun kemerdekaan Indonesia tentang Stube HEMAT Yogyakarta dan kiprah Multiplikator di berbagai wilayah di Indonesia. Ini membangkitkan semangat peserta untuk belajar dan menghasilkan video lainnya.
Dalam proses editing video, peserta dibagi menjadi tiga kelompok yang didampingi oleh Trustha, Thomas dan David sesuai dengan minat mereka terhadap aplikasi yang hendak dipelajari. Selain mendalami aplikasi editing video, mereka juga berusaha mengenal alat rekam, baik kamera maupun smartphone, juga alat pendukung lainnya seperti tripod, speaker dan microphone. Di akhir proses, peserta menghasilkan video pendek bertema bebas sebagai hasil workshop hari ini. Beberapa peserta mengungkapkan kesulitan adaptasi menggunakan aplikasi, sebagian lain masih belajar mengenal fungsi-fungsi aplikasi dan sebagian sudah relatif lancar mengedit video.
Ada share pengalaman, dari Nona Mariani yang ingin mendalami skills editing video yang berkaitan Biologi sesuai latar belakang studinya, yang bisa digunakan ketika presentasi suatu materi kuliah, sementara Daniel Prasdika mengungkapkan perlunya wawasan luas dan memiliki gambaran utuh untuk video yang akan dibuat. Berbeda dengan yang lain, Irene Zalukhu menyampaikan bahwa perlu kesabaran dan waktu tidak singkat untuk menghasilkan video yang berkualitas, tapi proses ini menyenangkan. Secara umum peserta yang belum tahu editing menjadi lebih tahu, dan mereka yang sudah tahu menjadi semakin tahu bagaimana mengedit video yang baik dan berkomitmen untuk membagi keterampilan olah video kepada teman-teman lainnya.
Workshop ini bukan titik akhir, tetapi titik pijak untuk melatih keterampilan diri dan menghasilkan karya video yang lebih baik lagi. Ayo para mahasiswa bekali diri dengan beragam keterampilan berbasis teknologi untuk merespon perkembangan teknologi dan berkompetisi di era digital.
Bersyukur atas 75 tahun kemerdekaan Indonesia dan menuju 27 tahun Kerja dan Pelayanan Stube HEMAT di Indonesia, merapatkan barisan alumni untuk Indonesia MAJU dan Berdaya Saing di Dunia Global.
Teknologi informasi berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan sebagian orang bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Dunia cyber merupakan kecanggihan media elektronik dalam jaringan teknologi yang memberikan kemudahan bagi siapapun dan berpengaruh besar dalam kehidupan. Didorong dengan kemajuan teknologi, terutama internet, tersedia ruang publik (baca: media sosial) yang lebih luas. Namun, sekalipun teknologi sudah semakin maju ada saja masyarakat yang ‘gagap’ teknologi bahkan tidak tahu bagaimana memanfaatkan kemajuan teknologi.
Kegiatan ini membuka wawasan tentang kemajuan teknologi dan tuntutannya seperti diungkap oleh salah satu peserta David, “dari workshop ini saya mendapat bekal bagaimana melihat kebutuhan ke depan, sehingga tahu skill apa yang harus ditambah supaya bisa kompetitif. Selain itu harapannya ada kegiatan Stube berupa praktek“.
Kunci ‘melek’ dunia cyber berada di tangan kita, tinggal bagaimana kita bersikap, mau bergerak atau diam dan dilibas oleh teknologi yang berkembang dengan cepat. Mahasiswa, ayo kembangkan dan bekali diri dengan skills berbasis teknologi sekaligus merespon permasalahan sosial berupa gap penguasan teknologi di masyarakat melalui ‘transfer’ pengetahuan kepada orang lain.***