Menemukan Motif dan Filosofinya

pada hari Kamis, 29 November 2018
oleh adminstube
 
 
 
Rasa bangga memiliki Batik yang sudah diakui sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia mendorong tim Stube-HEMAT ikut menggeluti dan mempelajarinya. Sensasi merancang motif batik pada kain sekaligus memahami makna filosofis motif tersebut bagaikan candu yang merangsang terus mengerjakan sampai selesai dalam lembaran. Semua bangga dengan keindahan dan keunikan desain motif masing-masing yang menonjolkan kearifan lokal daerah asal.
 
 

 

Motif-motif kebanggaan tersebut ada berbagai rupa, seperti motif daun dan buah markisa yang memiliki makna bertumbuh untuk meneduhkan karena tanaman ini bisa cepat bertumbuh, mampu hidup dimana saja, dan daunnya yang lebat bisa dipakai sebagai perindang dan pengayom dari terik matahari, sementara buahnya sarat dengan vitamin. Motif daun asam, yang bahasa Jawanya ‘asem’ memiliki makna membuat orang ‘kesengsem’ atau senang melihatnya. Tim yang berasal dari pulau Sumba menonjolkan motif lokal Sumba mulai dari burung Kakatua, burung Nuri, rumah adat Sumba dan Mamuli khas Sumba yang biasa dipakai masyarakat Sumba sebagai belis untuk urusan perkawinan. Burung Kakatua dan burung Nuri memiliki makna kebersamaan dan persaudaraan selain kicauannya yang indah dan unik. Sementara motif burung Rangkong jenis dada kuning dan burung Bidadari diusung oleh tim dari Halmahera. Burung Rangkong adalah burung adat yang dihormati di Halmahera Timur dan burung Bidadari adalah burung kebanggaan karena hanya ada di Halmahera Utara. Tidak ketinggalan desain motif ikan paus dan alat musik tradisional Tatong diusung oleh anggota tim dari Lembata.

 

 

 
Motif-motif yang sudah digambar dalam selembar kain ini selanjutnya didiskusikan dalamworkshop kecil yang didampingi oleh Heru Santoso, seorang praktisi batik, pada hari jumat 23/11/2018 pukul 18.00-20.00 bertempat di sekretariat Stube-HEMAT Yogyakarta. Selain mendiskusikan hasil yang sudah dikerjakan tim, workshop ini sekaligus pembekalan awal mengenai membatik. Dalam pemaparannya Heru Santoso menjelaskan ada tiga jenis batik, yakni batik tulis, cap dan kombinasi tulis dan cap. Seiring perkembangan jaman, muncullah batik jenis baru seperti batik Sibori, Jumput, Celup, Colet, dan Ecoprint. Batik sendiri memang merupakan proses merintangi warna pada kain untuk menghasilkan motif, baik menggunakan lilin/malam, lipatan atau lilitan. “Sebetulnya di luar negeri sudah ada batik khas masing-masing, hanya saja batik dan motif dari Indonesia yang dianggap menarik dan unik dan memiliki tingkat kerumitan yang tinggi sehingga digemari oleh orang-orang dari mancanegara”, paparnya.
 
Dalam menggambar motif perlu ada yang dijadikan pola utama yang kemudian di bagian pinggiran  dihiasi dengan pola pinggiran dan sisanya ditambah isen-isen atau isian pada bagian kain yang masih kosong untuk mempercantik keseluruhan motif.  Sebagai catatan, karena tim adalah pemula, maka disarankan untuk membuat motif yang lebih besar, untuk mempermudah saat proses ‘mencanting’. Untuk motif berupa burung, ikan atau manusia perlu disamarkan dari bentuk aslinya dengan tidak menghilangkan esensi dari motif itu, atau disebut proses Stilasi, karena pada dasarnya membatik berbeda dengan melukis sehingga gambar motif tidak harus sama persis detailnya. Di situlah letak nilai estetika suatu motif.
 
Pewarnaan kain batik sendiri ada beberapa macam. Jika memakai cara celup maka bisa menggunakan Naptol tetapi jika menggunakan teknik colet dengan banyak warna maka yang dibutuhkan adalah Remasol dan kuas untuk memberikan blok pada motif.
 
 
Workshop kecil ini memberikan pencerahan kepada semua tim dalam mendesain motif dan pemilihan warna. Diharapkan proses pembuatan batik selanjutnya dapat berjalan lancar dan menghasilkan karya yang unik. Selamat berproses. (ML).

 


  Bagikan artikel ini

Mengenal Sentra Batik Tulis di Yogyakarta  

pada hari Rabu, 28 November 2018
oleh adminstube
 
 
Pecinta batik tulis tentu merasa tidak lengkap tanpa mengetahui sentra batik tulis di kota Yogyakarta. Ada beberapa lokasi sentra pembuatan batik tulis di kota ini yang sekaligus bisa dijadikan sebagai tempat belajar praktek membatik. Di sini pecinta batik bisa bertemu langsung dengan para pembatik yang terus bersemangat masih bertahan ditengah persaingan yang ada.
 
Kampung batik Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Kabupaten Bantul merupakan salah satu sentra pembuatan batik tulis yang terkenal, bahkan tertua di Bantul, sejak jaman Sultan Agung, raja Kerajaan Mataraman sekitar abad ke-17. Selain tamu lokal, tamu mancanegara juga sering datang berkunjung ke tempat ini untuk belajar membatik. Giriloyo yang terletak di hamparan yang dikelilingi sawah dan hutan jati, menawarkan suasana pedesaan yang nyaman. Beberapa workshop batik menggeliat dengan industri kerajinan batik yang ditopang oleh warga setempat sebagai para perajinnya.
 
Daerah Pajangan juga merupakan sentra batik lain di Kabupaten Bantul yang bisa menjadi tujuan kunjungan para pecinta batik. Aneka kain batik dan baju batik bisa didapatkan di sini dengan harga yang pantas. Puluhan rumah di daerah ini dijadikan tempat pembuatan sekaligus galeri batik oleh warganya yang berprofesi sebagai pengrajin batik.
 
Ada pula sentra Batik Tancep di desa Sendangrejo, Ngawen, Kabupaten Gunugkidul. Batik Tancep memiliki ciri khas yaitu memiliki warna lebih biru keungu-unguan, hijau dan coklat. Sementara itu Kabupaten Kulon Progo juga memiliki batik tulis dengan motif khas yakni motif “gebleg renteng”. Motif ini diambil sebagai simbol makanan khas Kulonprogo yakni ‘gebleg’. Masyarakat maupun pemerintah sangat menghargai ciri khas ini.
 
Munculnya industri batik dengan teknik modern menimbulkan pilihan bagi konsumen membeli produk batik. Ada yang tetap menginginkan batik tradisional ada pula yang ingin membeli batik modern. Membatik dengan cara tradisional memang memerlukan proses yang lama dalam pembuatannya. Selain itu, perawatan untuk kain batik tulis memerlukan perlakuan khusus seperti tidak boleh kena sinar matahari langsung ketika menjemur dan ketika mencuci tidak boleh menggunakan detergent karena akan merusak warna, tetapi memakai ‘lerak’.
 
Saat ini promosi batik tulis dilakukan hingga ke berbagai penjuru dunia sehingga secara tidak langsung memompa semangat para pembatik untuk terus menghasilkan karya. Namun minimnya generasi muda untuk menjadi pembatik menjadi hambatan tersendiri dalam memenuhi pesanan konsumen. Sebagai generasi penerus bangsa melestarikan budaya lokal seperti batik tulis menjadi tanggung jawab bersama, apalagi batik sudah diakui sebagai warisan budaya dunia. (RPA).           

 


  Bagikan artikel ini

Batik: Menembus Batas antar Manusia

pada hari Selasa, 27 November 2018
oleh adminstube
 
 
 
Saat ini penggunaan batik sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berbagai jenis batik dipakai orang dari kalangan internal kerajaan (kraton) sampai masyarakat awam, dari pejabat sampai rakyat, dari generasi tua sampai anak-anak kecil, baik laki-laki maupun perempuan dan dari lokal sampai internasional. Betapa batik bisa menjadi bahasa komunikasi antar manusia.
 
Awalnya batik merupakan pakaian eksklusif karena hanya kalangan internal kraton yang menggunakan kain batik, baik itu keluarga raja, kerabat dan pejabat di kraton. Batik sendiri memiliki motif atau simbol tertentu dan memuat pesan yang khusus juga. Penggunaan batik dengan motif tertentu akan menunjukkan eksistensi dan peran seseorang. Di lingkungan kraton Yogyakarta yang dikenal dengan batik klasiknya ada motif-motif tertentu yang hanya digunakan di lingkungan kraton saja karena merupakan suatu simbol dan bermakna khusus, misalnya motif ‘parang rusak barong’ hanya digunakan oleh raja. Motif-motif batik klasik lainnya pun memiliki simbol yang berbeda dan dikenakan di acara-acara tertentu.
 
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya masyarakat, batik semakin menyebar tidak hanya milik lingkungan internal kraton saja yang memakainya tetapi kalangan pebisnis (baca: saudagar) dan akhirnya masyarakat awam pun memakainya. Proses persebaran batik ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Para saudagar memodifikasi motif-motif batik klasik dengan motif-motif lainnya untuk diperjualbelikan dan bisa digunakan oleh masyarakat awam. Ini menjadi latar belakang munculnya istilah batik sudagaran, dari kata ‘saudagar’. Kalangan masyarakat awam pun memunculkan motif-motif tertentu yang berkaitan dengan keseharian mereka seperti satwa, bunga, dedaunan bahkan terkadang motifabstrak.
 
Interaksi dengan bangsa-bangsa lain mendorong percampuran dan akulturasi budaya setempat termasuk motif-motif batik. Pengaruh yang muncul berasal dari India, Timur Tengah, Eropa, China dan Jepang. Mereka berasal dari berbagai bangsa dengan budayanya masing-masing menuju pesisir utara Jawa. Mereka berdagang dan akhirnya menetap di daerah tersebut. Keunikan batik mendorong mereka menggunakan batik dan memodifikasi dengan memasukkan simbol-simbol budaya mereka dalam motif kain batik klasik. Akhirnya dari generasi anak dan cucu mereka muncul istilah batik peranakan. Batik ini merupakan hasil modifikasi motif-motif klasik dengan dengan simbol atau gambar yang khas dari budaya mereka. Dari sisi warna mulai menggunakan berbagai warna dan cenderung cerah dan terkadang gradasi, kemudian dari sisi motif, ada berbagai bentuk pengaruh budaya seperti India dengan gambar ‘meru’ atau gunung, Eropa dengan gambar buket bunga, Timur Tengah muncul dalam gambar figuratif, Cina dengan gambar burung Hong, dan Jepang dengan gambar bunga sakura. Batik peranakan berkembang sebagian besar berada di kawasan pesisir utara Jawa karena berada di kawasan pelabuhan dan perdagangan, seperti Cirebon, Pekalongan, Semarang, Kudus, Jepara dan Lasem.
 
Perkembangan teknologi saat ini menunjang promosi batik tidak lagi lokal tetapi internasional. Semakin banyak orang mengenal batik semakin ia ingin mendalami pesan-pesan di dalamnya. Meskipun ratusan tahun lalu ketika terjadi kolonisasi di Jawa orang-orang Belanda membawa batik dari Jawa ke Belanda untuk dipamerkan. Ternyata batik-batik ini memukau orang-orang Eropa karena unik dan eksotis.
 
Berbagai hal ini menunjukkan bahwa batik memiliki keunikan motif dan pesan yang terkandung di dalamnya, sekaligus mampu beradaptasi sesuai dengan perkembangan masyarakat. Ke depannya, suatu keniscayaan batik bisa menjadi bahasa komunikasi antar manusia dengan berbagai latar belakangnya. (TRU).
 
 

  Bagikan artikel ini

pada hari Senin, 26 November 2018
oleh adminstube

 

Batik Tourism:
 
Peluang Bisnis Potensial
 
 
Saat ini pemakai batik bukan dari kalangan dewasa saja, melainkan sudah merambah ke kalangan anak-anak hingga remaja. Tentu ini menjadi peluang besar bagi siapa saja, khususnya kalangan anak muda untuk melakukan usaha batik, bisa dimulai dari skala kecil secara bertahap sesuai modal yang dimiliki. Sisi bisnis yang bisa dikembangkan mulai dari pembuatan sampai penjualan kain batik, konveksi berbahan batik dan motifnya, kerajinan tangan atau pun souvenir.
 
Bisnis wisata batik (batik tourism) bisa menjadi alternatif untudikembangkan sebagai pariwisata minat khusus. Ada pun yang bisa dilakukan seperti mengunjungi museum batik yang ada di Yogyakarta, praktek membuat batik, mengunjungi sentra industri batik, dan bertemu dengan para seniman batik di Yogyakarta. Wisatawan lokal maupun internasional yang penasaran dengan batik bisa belajar membatik,mengenal motif dan makna yang ada dalam kain batik. Kegiatan membatik tentu menjadi pengalaman baru bagimereka yang tertarik mengenal dunia batik. Beberapa kawasan sentra batik seperti batik tulis di Giriloyo-Imogiri dan Pajangan-Bantul, batik jumputdi kampung Tahunan-Yogyakarta, atau batik topeng diBobung-Gunungkidul bisa menjadi destinasi kunjungan.Ada pula konsep bisnis batik yang berbeda dan unik seperti inovasi motif-motif lokal daerah di Indonesia diwujudkan dengan teknik batik, dan ini perlu pengetahuan seni dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki karakterisitik budaya yang khas dan unik mulai dari motif, makna, penggunaan hingga proses pembuatannya.
 
Public figure yang bangga mengenakan batik seperti tokoh dunia Nelson Mandela, presiden Afrika Selatan periode 1994-1999, yang berkenalan dengan batik saat mengunjungi Indonesia pertama kali di tahun 1990 dan ia menyukainya. Terbukti, ia selalu mengenakan batik saat bertemu dengan tokoh-tokoh besar lainnya. Bahkan dari kegemarannya berbatik masyarakat Afrika Selatan sampai menamai batik sebagai ‘Mandela's Shirt’ atau ‘bajunya Mandela’ meskipun Mandela telah meninggal pada 5 Desember 2013. Berikutnya, Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia yang jugaboss Microsoftmemakai batik tatkala memberi kuliah umum di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, 9 Mei 2008. Ia memakai batik motif Pisang Bali Manggar saat bertemu dengan anggota kerajaan Mangkunegaran Solo.http://rona.metrotvnews.com/gaya/lKY7e5Jb-10-seleb-tokoh-dunia-pakai-batik-indonesia
 
 
Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Apalagi pemerintah sudah mengesahkan hari batik se-Indonesia sebagai cara mempertahankan dan mengembangkan perbatikan Indonesia. Inilah potensi yang bisa ditangkap dan membuka ide kreatif menciptakan peluang bisnis dalam dunia batik. (ELZ).

  Bagikan artikel ini

Batik Klasik dan Sentuhan Kontemporer

pada hari Selasa, 13 November 2018
oleh adminstube
 
 
Seiring perkembangan seni membatik, banyak hal baru bermunculan seperti motif dan cara pembuatannya yangdapat kita jumpai saat ini. Salah satunya yaitu teknik batik jumputan yang ramai dipraktekkan di Indonesia. Sekalipun banyak bermunculan motif batik kontemporer, batik klasik juga masih tetap memiliki tempat di hati para penggemarnya.

Batik klasik sendiri merupakan batik yang mempunyai nilai seni yang tinggi, hal ini dikarenakan pengerjaan batik ini sangat rumit dan juga memerlukan waktu yang cukup lama. Batik klasik mempunyai pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif, seperti motif kawung, parang, nitik, tuntum, ceplok, tambal, dan lain sebagainya. Jenis kain yang digunakan dalam pembuatan batik klasik juga tidak sembarangan kain, seperti kain katun putih dengan kualitas halus dan juga kain sutera putih (https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120719194547AAlnZJ8&guccounter=1).
 
Untuk mengetahui dan belajar mengenai batik klasik dan perpaduan batik kontemporer yang banyak bermunculan saat ini, Pada Senin 12 November 2018 kami berhasil mewawancarai salah satu pelaku batik, R.M. Kumarhadi Suryoputro,S.(78 thn) di kediamannya. Romo Kumar, demikian sapaan akrabnya,adalah cucu dari Sultan Hamengku Buwono ke VIII. Saat ini beliau menjabat sebagai staf keuangan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Beliau mengklaim dirinya sebagai seniman batik. Hasil karyanya dijual di toko Kumar batik, yang berlokasi di sekitaran kraton. Sejauh ini beliau hanya membuat pola dan motif batik, putranya yang mengelola toko tersebut dengan brand motif batik tulis limited edition.

Apakah Romo Kumar merasa tersaingi dengan adanyamodel-model batik baru yang bermunculan saat ini?Ternyata beliau sama sekali tidak merasa tersaingi karena batik adalah budaya dan membutuhkan seni untuk bisa menghasilkan sebuah karya. Romo Kumar juga tidak fokus pada motif baku zaman dahulu tetapijuga padu padan dengan model batik kontemporer. Hal ini terlihat jelas dari beberapa karya yang beliautunjukkan kepada kami.
 
Seperti yang kita ketahui membatik berarti menggambar pada kain dan pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam/lilin/kandil, zat padat yang diproduksi secara alami(https://id.wikipedia.org/wiki/Batik). Jika jumputan hanya menggunakan teknik celup apakah disebut batik? Romo Kumar menjawab tetap bisa disebut batik karena menggabungkan teknik batik dengan malam. Artinya membatik memang tak lepas dari model dan tekniknya.
 
Romo Kumar berpesan, ”Batik itu bukan hanya milik orang Jawa, siapa saja boleh membatik dengan bebas dan diusahakan bisa memunculkan motif lokal daerah masing-masing. Sebab batik adalah warisan budaya nusantara yang harus kita lestarikan.” 
 
Hasil karya batik tulis yang dihasilkan dari tangannya dijual dengankisaran harga dua ratus lima puluh ribu - sampai jutaan rupiah per lembar kain. Hasil karya batik yang dihasilkan tidak akan sama dengan milik orang lain karena dia sendiri yang menggambarnya dengan perpaduan motif batik klasik dan modern. Menarik bukanLebih lanjut ingin tahu serba-serbi batik, silahkan pantau terus web/blog Stube HEMAT medio November-Desember 2018terkait dengan Batik. (SAP).

 


  Bagikan artikel ini

pada hari Senin, 12 November 2018
oleh adminstube

 

Batik Tulis:
Tentang Rasa dan
Kreativitas

 

 
 
Pembuatan batik tulis mengharuskan untuk teliti dan sabar. Menyelesaikan proses dari tahap ke tahap dengan mengikuti prosedur yang ada. Tahapan-tahapan tersebutmenjadikan suatu keharusan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tak lupa melibatakan rasa dan kreatifitas untuk menghasilkan seni yang bagus.
 
Tulisan ini lebih menfokuskan kepada alat dan bahan yang digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam batik tulis adalah kain, canting, lilin, saringan, pewarna, gawangan, ring/midangan, pensil, penggaris, cawuk (sejenis seng tumpul untuk mengerok lilin) dan gawangan (untuk meletakan batik).
 
Canting merupakan sebuah alat yang digunakan mengambil lilin cair di dalam wadah untuk membuat motif pada kain. Alat ini memiliki tiga bagian utama yaitu nyamplung, cucuk dan gagang. Nyamplung merupakan tempat menampung cairan malam (lilin) yang terbuat dari tembaga. Cucuk merupakan tempat keluarnya malam, dan Gagang merupakan tangkai canting yang biasanya terbuat dari bambu atau kayu. Tidak hanya sekedar sebagai alat pembuat motif, canting juga memiliki filososi pada bagian-bagiannya.
 
Tiga bagian utama dari canting ini memiliki arti.Gagangmenggambarkan pondasi yang kuat berupa keimanan kepada Tuhaan Yang Maha Esa, kemudian Nyamplung menandakan kebesaran hati dalam menampung semua permasalahan kehidupan, dan Cucuk sendiri melambangkan istilah sedikit bicara banyak bekerja, dimana cucuk ini berukuran kecil dan harus sangat hati–hati jika ingin mengeluarkan malam dari cucuk ini.
 
Menjadi poin penting jika seseorang memahami tentang motif yang akan dibuat. Karena motif memiliki beribu arti dan bentuk. Torehan malam/lilin yang diusapkan melalui canting memiliki banyak bentuk. Canting dibedakan berbagai macam, yaitu:
 
Berdasarkan fungsinya
Canting Reng, Biasanya canting reng digunakan untuk membuat pola awal. Batikan awal hasil mencontoh pola disebut polan. Canting reng bercucuk tunggal.
Canting Isen, adalah canting yang digunakan untuk mengisi bidang batik, maupun mengisi pola utama (polan). Canting isen biasanya bercucuk kecil baik tunggal maupun rangkap. Canting isen memiliki ukuran kecil (0.2 - 0.4) mm, dan sedang (0.5 - 0.7) mm
Canting Blok, adalah canting yang biasanya digunakan untuk ngeblok atau nembok. Biasanya memiliki diameter cucuk yang lebar sehingga malam yang keluar banyak dan dapat mempercepat proses pengeblokan malam. Cantik blok besar 0.8 - 1 mm
 
Berdasarkan banyaknya Cucuk (ujung pipa)
Canting Cecekan bercucuk satu, biasanya memiliki ujung cucuk yang kecil. Canting ini digunakan untuk membuat cecek (titik). Selain untuk membuat cecek, canting ini juga digunakan untuk membuat garis-garis yang kecil.
Canting Loron, berasal dari bahasa jawa loro yang artinya dua. Canting ini memiliki mata cucuk dua yang bentuknya berjajar atas dan bawah. Canting ini digunakan untuk membuat garis rangkap. Di beberapa daerah, canting loron digunakan untuk membuat pinggiran (pola di ujung kain)
Canting Telon, berasal dari bahasa jawa telu yang artinya tiga. Canting ini memiliki susunan bentuk mata cucuk segitiga sama sisi. Canting ini biasanya digunakan untuk membuat isen.
Canting Prapat, berasal dari bahasa jawa papat. Canting ini memiliki empat mata cucuk yang membentuk bujursangkar. Canting ini biasanya digunakan sebagai isen.
Canting Liman, canting bercucuk lima. Canting ini memiliki bentung bujur sangkar dengan satu titik di tengah. Biasa digunakan sebagai isen juga.
Canting byok, adalah canting yang memiliki ujung bercucuk tujuh atau lebih dari tujuh. Canting byok biasanya memiliki jumlah cucuk yang ganjil.
Canting Galaran/Canting Renteng, biasanya memiliki ujung cucuk berjumlah genap, membujur dari atas ke bawah. Canting galaran atau renteng selalu bercucuk genap ; empat buah cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam buah, tersusun dari bawah ke atas.
Warna menjadi salah satu poin keindahan sebuah batik. Warna yang dipilih juga harus mengandung estetika yang tinggi. Disekitar kita banyak sekali tumbuhan yang memiliki pigmen warna yang cocok digunakan sebagai pewarna pakaian tanpa harus merusak alam. Seperti, daun jati dapat menghasilkan warna merah kecokelatan pada batik, daun jambu bijimenghasilkan warna kuning sampai warna kecoklatan pada kainindigo/ tarum (warna biru), kulit secang (warna merah), daun teh (warna cokelat), bawang merah (jingga kecokelatan), daun andong (hijau), kulit buah manggis (merah keunguan, merah, dan juga biru), kunyit (kuning) dan lain-lain.
 
Lilin/malam yang digunakan untuk membuat motif pada kain berbeda dengan lilin biasa. Lilin batik ini pada prinsipnya tidak akan habis (hilang) ketika digunakan untuk membuat batik dan dapat diambil kembali usai proses pembuatan batik berakhir. Berdasarkan jenis dan kegunaannya lilin atau malam batik sendiri dapat dibagi menjadi beberapa varian, di antaranya malam klowong, malam tembokan, dan juga malam biron.
Lilin/malam tembokan digunakan sebagai tembok yang menjaga motif agar dapat dirintangi secara sempurna.
Malam klowong digunakan para perajin untuk menutupi ragam hias dan desain batik yang dilakukan secara rengreng serta nerusi (memblok pada dua sisi permukaan kain). Motif yang akan diblok dengan malam klowong biasanya hanya berupa isen-isen atau pengias dan ornament kain batik.
Malam Tutupan, berfungsi menutupi warna motif tertentu yang ingin dipertahankan pada kain batik setelah melalui proses dicelup atau dicolet. Biasanya malam jenis ini digunakan pada kain batik yang menggunakan banyak warna.
 
Membatik bukan hanya sebuah proses membuat motif pada kain, lebih dari itu batik tulis memiliki nilai-nilai yang tersirat dalam setiap proses membatik. Dengan demikian batik yang merupakan warisan budaya adiluhung tidak hanya sebatas karya seni saja tetapi memiliki makna. (ITM).

 


  Bagikan artikel ini

Melirik Motif Lokal Untuk Batik

pada hari Sabtu, 10 November 2018
oleh adminstube
 
 
Setiap pulau di Indonesia mempunyai ciri khas kekayaan budaya dan seni masing-masing. Hal ini menjadi potensi luar biasa untuk berkreasi menciptakan motif-motif batik baru atau pun mengangkat motif lokal dari pulau-pulau yang ada, terlebih UNESCO telah mengangkat batik sebagai warisan dunia di tahun 2009.

Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk terus berkarya dengan batik, terutama kreasi batik motif lokal, meskipun tidak semua daerah membuat batik. Daerah NTT misalnya, tidak mengenal batik sebagai karya seni. Masyarakat setempat lebih mengenal dan membuat kain maupun sarung tenun ikat dan songket dengan kekayaan motifnya sendiri. Namun demikian, kekayaan lokal berupa motif-motif menjadi aset yang bisa dikembangkan, khususnya dengan teknik batik, karena batik telah berkembang pesat seperti teknologi yang menyebar luas.

Motif-motif lokal yang bisa diangkat menjadi sebuah motif batik misalnya; rumah adat, flora, fauna, orang, tarian, lambang atau pun benda-benda yang mempunyai filosofi dan berarti untuk kebaikan. Beberapa contoh motif-motif lokal yang diangkat dari berbagai daerah Indonesia bagian timur:
 
 
Manggarai, Nusa Tenggara Timur: motif Ranggang atau laba-laba sebagai simbol kejujuran dan kerja keras, dan menegaskan ikatan antara rumah dan kebun.
Ende Lio, Nusa Tenggara Timur: motif gajah yang dipercaya masyarakat lokal sebagai hewan kesayangan para dewa.
Sikka, Maumere, Nusa tenggara Timur: motif Okukirei yang menggambarkan kehidupan nelayan dan hasil laut, berdasarkan kisah nenek moyang penduduk Sikka sebagai pelaut ulung.
Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur: motif udang yang diangkat karena memiliki kebiasaan berjalan beriring-iringan yang melambangkan kawan sepenanggungan. 

 
Papua: motif Cenderawasih  dan alat music Tifa,  menonjolkan kecantikan burung Cenderawasih dan keindahan musik dengan alat Tifa, yang keduanya berwarna keemasan.
Sentani, Papua: motif alur batang kayu yang melingkar-lingkar yang menyimpan makna kekayaan hayati yang dimiliki daerah ini.
Toraja, Sulawesi Selatan: motif kerbau yang melambangkan kebesaran, atau burung Belibis yang menggambarkan kejayaan.
 
Maluku Utara: motif bunga cengkeh sebagai lambang keteguhan dalam memegang prinsip.

 

Perlu diakui bahwa motif-motif lokal Indonesia terlalu banyak untuk dituangkan satu persatu dalam tulisan, juga sangat disayangkan jika terlewat satu pun keindahannya. Selamat berkreasi dengan motif lokal Indonesia, supaya batik lebih mengindonesia. (SIP).

 


  Bagikan artikel ini

Batik Indonesia Dari Masa Ke Masa

pada hari Kamis, 8 November 2018
oleh adminstube
 
 
 
Sudah tahu arti kata batik? Kata batik berasal dari bahasa Jawa, merupakan gabungan dari kata ‘amba’ yang artinya ‘menulis’ dan ‘titik’ yang artinya menitikan malam/lilin dengan menggunakan canting. Sehingga dapat dikatakan bahwa makna batik adalah sebuah proses pembuatan corak kain dengan cara menitikan malam/lilin.
 
G.P. Rouffaer salah satu penulis buku “De Eerste Schipvaart Der Netherland  Naar Oost Indie Onder Cornelis De Houtman (1595-1597)”, berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan besar berasal dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Ia juga berpendapat bahwa pola Gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur, dan pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berkesimpulan bahwa canting juga ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Hal lain yang menunjukan bahwa pola batik yang rumit dan hanya dapat dibuat dengan canting sudah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 adalah ditemukannya ukiran kain yang menyerupai pola batik yang dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Budha dari Jawa Timur abad ke-13.
 
Batik tidak hanya tercatat dalam literatur Indonesia tetapi juga dalam literatur Eropa. Teknik batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Pada 1873 saudagar Belanda yang bernama Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam pada awal abad ke-19. Mulai saat itu batik semakin dikenal di luar Indonesia. Bahkan sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
 
Pada masa lampau, keterampilan membatik menjadi mata pencaharian para perempuan. Namun sejak era revolusi industri, batik jenis baru muncul, yakni batik cap dan batik cetak,  yang memberikan kesempatan laki-laki masuk ke bidang membatik. Beda halnya dengan masyarakat di pesisir, pekerjaan membatik tidak hanya digeluti perempuan tetapi juga laki-laki. Tradisi membatik memang merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Jawa. Pada waktu lampau motif batik dapat menentukan status sosial penggunanya. Sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
 
Dengan pengakuan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya dan ditetapkannya Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober, semakin menempatkan batik tak hanya budaya tapi jati diri dan indentitas bangsa Indonesia. (MLL).
 

 

 

  Bagikan artikel ini

Batik: Antara Teknik & Motif

pada hari Rabu, 7 November 2018
oleh adminstube
 
 
Apakah anda memiliki batik dan pernah mengenakannya? Ya, minimal kita punya satu kemeja batik yang kita pakai baik untuk acara semi formal atau pun formal. Batik semakin berkembang dan semakin digemari masyarakat Indonesia, terlebih setelah mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia dan pemeritah menetapkan 2 Oktober sebagai hari batik nasional.
 
Saat pertama kali mendengar kata batik, apa yang ada dalam benak kita? Motifnyakah, jenis kain, atau teknik pengerjaannya? Pada umumnya orang awam memahami batik berdasarkan motif kain, bukan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik adalah “kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.” Berdasarkan pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa sebuah kain disebut batik ketika ada proses penggunaan “malam” atau lilin dalam pewarnaannya untuk merintangi terjadinya percampuran warna pada variasi warna yang diinginkan sesuai pola yang sudah digambar. Jadi batik yang kita kenakan sehari-hari ternyata belum tentu batik ya teman-teman, kemungkinan besar hanya kain bermotif batik. Mengapa disebut motif batik? Karena motif-motif itu banyak dipakai pada kain dengan proses batik.
 
Lalu bagaimana dengan klaim batik untuk jumput dan sibori? Jumput dan shibori tidak memakai lilin untuk menghalangi warna, dengan demikian apakah bisa dikatakan batik? Mengacu pada definisi dalam KBBI di atas, maka jumput dan sibori tidak bisa dikatakan batik, karena tidak menggunakan lilin dalam prosesnya. Awam mengklaimnya batik karena melihat proses penghalangan warna yang dilakukan untuk mendapatkan motif-motifnya, seperti ikatan, lipatan, atau pun lilitan. Sekarang, apakah sudah bisa membedakan mana yang dikatakan batik dan bukan batik?
 
Batik tidak hanya dibuat pada kain tetapi juga bisa dengan menggunakan media lain misalnya kayu. Ukiran patung kayu yang dihiasi motif-motif unik dan khas dengan proses pewarnaan menggunakan malam atau lilin, juga bisa dikatakan hasil dari membatik. Ukiran batik pada patung bisa ditemui di Museum Batik Yogyakarta Jl.Dr. Sutomo 13A Yogyakarta. Satu referensi musem batik yang lain adalah Ullen Sentalu yang berlokasi di Jl. Boyong, Kaliurang Barat, Sleman. (MLJ).

  Bagikan artikel ini

Batik: Menyingkap Makna Menangkap Asa Museum Batik Yogyakarta dan Ullen Sentalu

pada hari Senin, 5 November 2018
oleh adminstube
 

Batik menjadi satu topik pelatihan di Stube-HEMAT Yogyakarta, Warisan Budaya: Batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, terlebih batik telah ditetapkan sebagai salah satu karya agung warisan budaya lisan dan nonbendawi manusia oleh UNESCO pada bulan Oktober 2009. Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang warisan budaya takbenda dan mendorong anak muda ikut melestarikan budaya dan mengenal tokoh-tokoh yang memelihara warisan budaya tersebut.
 
Kain batik bermotif Kawung,Truntum, dan Sidomukti terpajang menyambut pengunjung di Museum Batik yang terletak di Jalan Sutomo no. 13 A, Yogyakarta. Ini adalah museum batik pertama di Indonesia yang memiliki ribuan koleksi kain batik. Museum ini didirikan atas inisiatif keluarga Hadi Nugroho dan R. Ng. Jumima Dewi Sukaningsih pada tahun 1977, karena kecintaannya terhadap batik sekaligus keprihatinan atas potongan-potongan batik sebagai bahan pakaian tanpa memperhatikan makna dari motifnya. Memasuki museum ini, pengunjung dibawa ke suasana masa lampau karena berbagai perabotan dan dekorasi foto kuno, serta koleksi kain-kain batik berumur puluhan bahkan ratusan tahun yang terpajang di sekeliling ruangan, tak ketingggalan  juga berbagai canting dengan fungsinya masing-masing. 

Canting adalah alat membatik yang berupa cawan tembaga untuk lilin cair dan kayu sebagai pegangan. Bahan-bahan lain yang dipakai membuat batik adalah ‘malam’ atau parafin, ‘gondorukem’ (getah damar), sarang tawon dan bahan lainnya. Kata ‘Batik’ bukan merujuk pada kain dengan motif tertentu melainkan sebuah proses menciptakan suatu karya menggunakan malam atau lilin dan pewarnaan. Proses membatik sendiri meliputi Nglowong, menuang lilin pada pola di kain; Nembok, menuang lilin pada gambar pola untuk melindungi warna dasar kain; Medel, memberi warna tahap pertama, biasanya warna gelap;Ngerok, menghilangkan lilin dibagian tertentu menggunakan ‘cawuk’ (alat kerok); Mbironi, melekatkan malam pada bagian tertentu untuk melindungi kain saat pewarnaan tahap kedua; Nyoga, mewarnai kain dengan warna soga atau coklat menggunakan pewarna alami kulit kayu soga; dan Nglorot, membersihkan seluruh lilin di kain dengan merebusnya.

Motif batik memiliki pesan sesuai latar belakang pembuatan, bahkan memuat doa dan harapan. Motif Kawung misalnyamemiliki pesan bahwa sebagai manusia perlu mengingat asal usulnya dan selalu memperbaiki hidup. Awalnya motif ini hanya boleh dipakai oleh raja saja. Motif Truntum, biasanya dipakai oleh orang tua mempelai saat pernikahan sebagai simbol ‘menuntun’ kedua mempelai memasukkehidupan rumah tangga. Motif Sidomukti dipakai saat pernikahan karena memuat doa agar kehidupan keluarga mencapai kebahagiaan. Selain batik Yogyakarta dan Surakarta, ada batik Pesisiran yang berkembang di Cirebon, Pekalongan, Lasem dan Demak dengan warna-warna cerahnya. Motif batik pesisiran lebih variatif karena mendapat pengaruh budaya Cina, India, Eropa, Arab, dan Jepang.
 
Berikutnya adalah Museum Ullen Sentalu di Kaliurang,sebuah museum yang memadukan alam dan pelestarian warisan budaya Jawa Mataraman. Museum ini dirintis oleh keluarga Haryono sejak 1994 dan 1 Maret 1997 dibuka resmiuntuk umum. ‘Ullen Sentalu’ adalah akronim ULating bLENcong SEjatiNeTAtaraning LUmaku yang berarti pancaran cahaya yang menerangi perjalanan kehidupan. Blencong adalah alat penerang di pentas wayang kulit. Arsitektur museum ini unik karena mengkombinasikan bangunan Indis dan modern, sebagian berada di bawah permukaan tanah dan sebagian lagi mengikuti konturnya berupa lorong berliku dan lantai batu. Keunikan lain di Ullen Sentalu adalah tidak ada penjelasan teks dari setiap benda yang dipajang. Paparan langsung dari guide-lah menjadi jembatan interaksi antara benda warisan budaya masa lalu dengan pengunjung untuk menyimak peristiwa masa lampau dan berefleksi di masa kini.


Ruang Batik museum ini menyimpan koleksi batik kuno khas Yogyakarta dengan motif sederhana, berwarna dasar putih, coklat dan warna gelap, sementara koleksi batik Surakarta berwarna kekuningan denganmotif yang lebih detil. Sungguh, warisan budaya masa lampau jika dikemas secara unik dengan memasukkan nilai-nilai kemanusiaan dan kesatuan dengan alam mampu membangkitkan rasa kagum akan mahakarya manusia sekaligus rasa optimisme memperjuangkan nilai-nilai kehidupan. Ini saatnya menyingkap makna warisan budaya masa lampau dan menangkap pesan-pesan optimis untuk hidup di masa kini. (TRU).



  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (18)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 645

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook