Saat semua pemimpin dunia berpikir keras untuk menangani pandemi Corona, virus yang mulai muncul di Wuhan, China, beberapa negara telah melakukan lockdown, contohnya Italia, Spanyol, Amerika dan beberapa negara lain di Eropa, India dan juga Australia. Indonesia sendiri sejak muncul pasien positif covid-19 pada 2 Maret 2020 banyak opini bermunculan di media sosial agar Jakarta juga melakukan lockdown supaya virus ini tidak dibawa ke desa-desa. Banyak sekali pertentangan terkait lockdown di Jakarta, keputusan awal yang diambil pemerintah adalah ‘Work from Home’ atau WFH untuk beberapa instansi pemerintah dan juga swasta, serta sekolah diliburkan. Keputusan pemerintah melakukan WFH berujung pada terjadinya lonjakan pemudik karena tetap tinggal di Ibu Kota bukan pilihan yang tepat, mengingat bulan puasa sebentar lagi dan mereka tidak bekerja, tidak digaji dan tidak ada biaya hidup. Saat ini pemerintah sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai langkah mengurangi meluasnya infeksi virus yang sudah menjadikan Jakarta zona merah Covid 19.
Berbeda dengan Jakarta, di kampung saya Halmahera Timur dan hampir semua wilayah Maluku Utara, masyarakat terlihat “santuy” atau santai pada awalnya, karena mereka beranggapan virus ini tidak akan sampai kesana. Pada tanggal 23 Maret 2020 pemerintah mengumumkan 1 pasien positif Covid-19 dari Maluku Utara. Kekuatiran dan kegaduhan baru dimulai, berbagai macam informasi hoax bertebaran. Bahkan informasi ibadah dari rumah saja tidak disambut baik oleh pemuka agama dan masyarakat bahkan mereka beranggapan pemerintah melarang mereka untuk beribadah.
Kegaduhan memuncak saat beredar pesan berantai disertai sebuah video yang diunggah di media sosial facebook pada tanggal 25 Maret 2020, “Seorang bayi baru lahir langsung bisa berbicara kalau merebus telur ayam dan dimakan pada pukul 24.00 WIT akan membunuh virus Covid-19 dan juga membuat seseorang terhindar dari virus ini”. Sontak berita ini menghebohkan masyarakat dan mereka beramai-ramai ‘menggedor’ beberapa toko sembako pukul 22.00 sampai 02.00 dini hari untuk membeli telur. Hal ini mengindikasikan kalau masyarakat sangat takut dan kuatir, sehingga berita apa saja mengenai Covid-19, ditelan mentah-mentah, sehingga mudah sekali menjadi korban informasi palsu. Tentu saja berita Hoax memiliki ciri-ciri beritanya berlebihan, membuat kepanikan dan ketakutan, menimbulkan kebencian atau rasa marah, selain itu sumber berita tidak bisa dipertanggungjawabkan. Masyarakat awam perlu mendapat edukasi mengenai berita-berita hoax.
Sejauh ini beberapa langkah sudah diambil pemerintah daerah Halmahera Timur dengan menggelontorkan anggaran 3,4 M untuk tanggap darurat Covid-19. Selain itu pihak kesehatan juga telah melakukan sosialisasi serta mulai mendata masyarakat yang melakukan perjalanan 1-2 minggu terakhir ke luar daerah terutama yang berasal dari daerah zona merah. Tugas kita semua adalah memberi informasi yang valid dengan mensosialisasikan hal-hal benar tentang virus ini di WA group, FB group, serta di media sosial lainnya, juga tentang hal-hal positif yang terjadi saat pandemi. Jaga kesehatan dengan makan teratur, istirahat cukup serta selalu konsumsi vitamin C setiap hari. Mari lawan Covid 19 dengan membiasakan hidup bersih dan sehat! (SAP).