Kebun Stube HEMAT: Wahana Integrasi Belajar

pada hari Sabtu, 30 Maret 2024
oleh Trustha Rembaka

       

 

Inisiasi kebun dan sanggar belajar di Gunungkidul merupakan salah satu langkah Stube HEMAT Yogyakarta dalam menerapkan teori dan praktek dari program kegiatan yang telah diadakan sebelumnya, meliputi keragaman pangan, pemanfaatan air, pertanian terpadu dan kewirausahaan sosial. Mahasiswa dan siapa pun bisa belajar sambil praktek di tempat ini sesuai dengan topik yang diminati 

 

 

Beberapa wahana belajar yang dibuat antara lain tentang pertanian terpadu, seperti keragaman tanaman pangan dengan menanam tanaman berdasarkan panen yang bisa didapatkan, seperti panen akar berupa singkong dan empon-empon; panen batang seperti tebu; panen daun seperti sawi, bayam, daun singkong, kangkung dan katu; panen bunga seperti bunga pepaya dan kecombrang; panen buah, seperti terong, tomat, cabe, kacang panjang, dan bestru

 

 

 

 

Wahana belajar lainnya adalah kolam terpal untuk memelihara ikan sebagai sumber pangan dan protein, sementara  airnya bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Mengapa menggunakan terpal? Ini menjawab tantangan kondisi tanah di Gunungkidul yang cenderung berkapur dan berporositas tinggi sehingga perlu alat agar air tidak cepat meresap. Tantangan lain dalam aktivitas bertani, misalnya  penyiraman lebih cocok menggunakan penyiraman tetes, karena diperhitungkan lebih hemat tenaga dan efisien kebutuhan airnya dibanding metode kocor dan genangan. Di sini mahasiswa bisa mempelajari ragam teknik penyiraman dan merakit instalasinya, sehingga mereka bisa memilih dan menerapkan sistem yang cocok di tempat mereka tinggal.

 

 

 

Jamur tiram yang dibudidayakan dalam kubung jamur melengkapi keragaman pangan di kebun ini dengan produksi jamur tiram segar. Jamur tiram sendiri dalam 100 gram memiliki kandungan nutrisi antara lain: energi 30 kkal, protein 1,90 g, 0,10 g karbohidrat 5,50, vitamin B1, b2 dan serat pangan (https://nilaigizi.com/gizi/detailproduk/472/nilai-kandungan-gizi-jamur-tiram-segar). Mahasiswa dan siapa pun yang tertarik bisa mendalami budidaya jamur tiram, serta belajar mengolah hasil jamur tiram menjadi jamur crispy, keripik jamur, kaldu jamur dan abon.

 

Sebagai penunjang media belajar di kebun ini, mahasiswa juga bisa mendalami bentuk pemanfaatan air hujan yang diolah melalui instalasi pengolahan air hujan sebagai proses elektrolisis.Tak ketinggalan, beberapa spot untuk camping ground melengkapi kebun Stube HEMAT.

 

Belajar adalah ‘Lifelong learning’ dimana seseorang bisa terus belajar dengan senang hati dan berkelanjutan untuk mengembangkan diri dan itu berlangsung sepanjang usia. Stube HEMAT Yogyakarta hadir sebagai wahana belajar untuk semua.***


  Bagikan artikel ini

Perempuan dan Dunia Kerja

pada hari Senin, 25 Maret 2024
oleh Trustha Rembaka.

Dalam dunia kerja, kaum perempuan menghadapi tantangan yang lebih keras dibandingkan dengan laki-laki karena beberapa situasi seperti: dianggap melakukan pekerjaan dengan kualitas rendah sehingga mendapat upah yang lebih rendah, kesempatan berkembang yang lebih kecil di masa depan, dan beragam situasi lainnya. Beberapa realita ini menjadi pemahaman bagi perempuan untuk melihat gap dalam dunia kerja dan menjadi bekal menghadapi tantangan dunia kerja yang lebih keras. Dengan memakai cara pandang baru, perempuan menjadi kaum pembelajar dengan pikiran terbuka sehingga mereka menjadi lebih berkualitas dan mampu menemukan pekerjaan alternatif berdasarkan hobi dan ketertarikan mereka. Selain itu perempuan juga bisa aktif membuat kegiatan di komunitas mereka.

 

 

Berikut ini beberapa pengalaman dan pendapat dari aktivis perempuan Stube HEMAT Yogyakarta yang bekerja di kampung halaman maupun berbagai daerah lainnya.

Deby Koro Dimu, saat ini ia bekerja sebagai guru di pedalaman Papua, tepatnya di Afu-afu, Teluk Arguni Atas. Kampung ini bisa dicapai dari Kaimana menggunakan speed boat selama empat jam. Ia sendiri berasal dari pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Setelah wisuda jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di salah satu kampus di Yogyakarta, ia mendaftar sebagai pengajar di pedalaman dan ditempatkan di Papua Barat.

 

 

Tentang perempuan dan dunia kerja ia mengungkapkan bahwa memang dalam dunia kerja selalu ada perbandingan antara perempuan dan laki-laki, terkadang perempuan menjadi pilihan terakhir untuk mendapat kesempatan yang sama, contohnya menjadi pemimpin, berkaitan dengan perwakilan, dan pengambil keputusan. Ini muncul karena pengaruh budaya dan persepsi masyarakat dimana perempuan dianggap jiwanya lemah, apalagi di daerah pelosok, karena notabene perempuan cenderung menjadi ibu rumah tangga dan minim ruang bekerja formal.

 

 

Ia menemukan pencerahan ketika masuk dunia kerja dan menemukan jati diri bahwa ia mampu untuk menjelajahi dunia yang lebih luas dan menantang dirinya mengelola beberapa situasi sulit secara mandiri yang sebelumnya ia pikir belum mampu menanganinya. Contohnya, ketika ia mendapat ruang bekerja dan mengambil keputusan untuk bekerja di tempat jauh, di Kaimana, Papua Barat. Di tempat ia bekerja, ia menemukan hal-hal berharga, karena saat perempuan mendapat ruang yang sama dengan laki-laki, tidak dipungkiri bahwa sebuah pekerjaan akan lebih inklusif, sehingga perlu memastikan ketika perempuan terlibat, yang bersangkutan harus tetap aman, nyaman dan mampu melakukan.

 

 

 

Susana Sinar, mengungkapkan pengalamannya tentang perempuan dan dunia kerja. Awalnya ia bekerja di salah satu toko souvenir di Labuanbajo. Selama bekerja ia merasa nyaman karena mendapat apresiasi dan tanggapan baik di masyarakat dan lingkungan kerja. Ia bekerja sebagai staff marketing setelah melalui beberapa tahapan seleksi terbuka yang diikuti laki-laki dan perempuan. Dalam perjalanan karirnya, Susana memutuskan untuk berganti profesi. Saat ini ia bekerja di kantor desa Kaju Wangi, Kecamatan Elar, Manggarai Timur. Ia menjadi bagian dari lima perempuan dari empat belas perangkat desa. Menurutnya, hal ini adalah sebuah kemajuan karena perempuan dilibatkan dalam proses pembangunan desa.

 

 

Dari pengalamannya, saat ini tidak ada lagi hambatan bagi perempuan untuk bekerja, ada beragam kesempatan kerja, tinggal bagaimana perempuan mampu mengoptimalkan kemampuannya atau tidak. Selama ia bekerja di perusahaan maupun di pemerintahan, Susana melihat bahwa ketika seseorang punya kemampuan dan keterampilan maka ia pasti diterima, dihargai, dan dipercaya, sehingga ia mengingatkan pentingnya upgrade diri, berani berproses dan berkompetisi.

Mutiara Srikandi, mengungkapkan bahwa persepsi yang berkembang di daerahnya, perempuan itu punya batas; pertama, batas umur menikah; kedua, batas untuk karir. Budaya konvensional yang menempatkan laki-laki adalah pihak yang harus diurus dan dihormati, menjadi penghalang perempuan mengubah persepsinya untuk berusaha lebih maju. Menjadi sebuah ironi kalau perempuan punya karir lebih bagus, ia akan menjadi pihak yang disalahkan, juga seandainya punya pendidikan lebih tinggi, perempuan juga bisa disalahkan karena stigma sosial yang terbentuk kalau perempuan hadir untuk melayani dan mengurus keluarga.

 

 

Menurutnya, idealnya perempuan perlu mendapat ruang untuk bertumbuh, mendapat kepercayaan yang lebih luas dan didengarkan aspirasinya sehingga bisa melakukan suatu hal berbeda dan lebih baik, dan bahkan terobosan baru.

 

 

Mutiara sendiri merupakan seorang aktivis muda yang enerjik, alumnus Desain Interior di salah satu kampus di Yogyakarta dan aktif di Stube HEMAT Yogyakarta saat masih kuliah di Yogyakarta. Saat ini ia tinggal di Bandung dan menjalankan bisnis dengan brand Heloska.id dan merintis kursus bahasa Inggris.

 

Dari beberapa ungkapkan pengalaman perempuan muda di atas, ketika kaum perempuan menemukan kekuatannya untuk berkembang dalam menjawab tantangan pekerjaan, maka ia menjadi pemecah stigma tentang perempuan yang lemah dan terbatas, bahkan perempuan bisa melakukan terobosan melampaui apa yang publik pikirkan. Mari anak muda, khususnya kaum perempuan, berani dan siap menyambut tantangan dunia kerja ke depan. Perempuan pasti bisa.***


  Bagikan artikel ini

Septyn: Saya Memilih Keripik Bayam!

pada hari Senin, 4 Maret 2024
oleh Trustha Rembaka

      

 

“Saya memilih keripik bayam!” Pernyataan di atas diungkapkan oleh Septyn Sihombing saat kuliah di Universitas Teknologi Yogyakarta program studi Sastra Inggris dengan konsentrasi bisnis. Salah satu mata kuliah adalah kewirausahaan. Salah satu tugas dari mata kuliah ini memproduksi sebuah produk dan memasarkannya. Septyn bersama dengan kelompoknya memilih produk dengan bayam sebagai bahan utamanya. Gagasan ini muncul dari kegiatan Stube HEMAT Yogyakarta tentang keanekaragaman pangan, pengolahan pangan dan ide-ide wirausaha. Di kegiatan ini para peserta belajar tidak tidak hanya mengenal potensi pangan di sekitarnya tapi juga mengembangkan kreativitas yang menghasilkan uang.

“Alasan saya memilih keripik bayam sebagai produk snack yang dipromosikan, karena bayam memiliki banyak manfaat terutama untuk kesehatan, familiar di masyarakat dan harga terjangkau. Produk snack ini biasa dikonsumsi oleh berbagai kalangan, jadi snack yang dihasilkan tak hanya enak namun bergizi bagi tubuh,” jelasnya. Ada beberapa jenis bayam yang sering dijumpai di Indonesia, dengan ciri khas masing-masing: 1) Amaranthus viridis, berdaun lebar tapi kecil, batang berwarna hijau dan bunga berwarna hijau kemerahan, bijinya mudah diambil. 2) Amaranthus dubius, berdaun kecil dan tidak panjang berwarna warna hijau dan merah, batangnya memiliki duri kecil di ketiak daun, bunga berwarna hijau. 3). Amaranthus palmeri, memiliki daun berwarna hijau pekat dengan ukuran sedang, batangnya hijau pekat, dan bunga berwarna hijau pekat, namun memiliki nutrisi paling tinggi. 4) Amaranthus hybridus, sebagai silangan bayam merah dan hijau secara alami, berdaun besar berwana hijau dengan bunga menggerombol. 5) Amaranthus cruentus, bayam merah, dengan permukaan daun berwarna merah dan kehijauan di permukaan sebaliknya.

 

 

Keripik bayam bisa menjadi snack alternatif karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu pertama, penikmat snack tidak hanya makan snack tapi juga mendapat gizi dari bayam; kedua, produk keripik bayam ini tidak menggunakan MSG; ketiga, keripik bayam cocok menjadi snack alternatif dengan ukuran kemasan yang pas ketika dibawa jalan-jalan dan disantap setiap saat; dan keempat, keripik bayam memiliki masa kadaluwarsa yang cukup lama sampai beberapa bulan.

Dalam proses produksi, ada tantangan yang dihadapi seperti adonan terlalu encer atau terlalu kering, karena masih mencari takaran yang pas, proses gilas manual menggunakan tangan dengan roll kayu dan cetak adonan menjadi segitiga menggunakan pisau. Jika adonan terlalu keras akan sulit mencapai ketebalan yang pas, dan keripik bayam belum benar-benar matang, sedangkan jika adonan terlalu lembek akan sulit diangkat mudah pecah karena menempel pada alas, sehingga harus mencetak ulang. Selain itu, ukuran api saat menggoreng juga menentukan tingkat kematangan dan warna keripik.

 

 

Produk keripik bayam ini dipasarkan saat ekspo produk mahasiswa yang diadakan di kampus. Konsumen merespon keripik bayam dengan baikMereka tertarik dan antusias saat membeli keripik bayam karena unik terbuat dari bayam, terlebih ada varian rasa yang tersedia, seperti jagung manis dan balado selain rasa asli.

Septyn menekankan bahwa dalam dunia kerja yang perlu diingat adalah mempersiapkan diri sejak dini dengan kepercayaan dirikemampuan dan kreativitas, mengikuti program magang atau kerja paruh waktu yang relevan dengan bidang studi, termasuk membangun jejaring melalui seminar, workshop, atau acara lain yang dapat membantu terhubung dengan orang-orang di bidang yang diminati. Mari anak muda, mulai mengenali kemampuan diri dan membuat terobosan! ***


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2024 (6)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 633

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Official Facebook