Leadership: Menjawab Tantangan Dunia
Terkejutkah kita kalau umat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja yang berstatus sebagai pemimpin? Mereka adalah penentu kebijakan-kebijakan seperti ekonomi, perang ataupun perdamaian. Tentu saja kita semua menginginkan pemimpin yang bisa membawa manusia dan dunia menuju kondisi yang lebih baik. Atau bisakah kita menjadi seorang pemimpin yang mampu menjawab tantangan dunia? Ir. Tikno Iensufiie, M.Pd., M.A, staff pengajar Faculty Of Liberal Arts, Universitas Pelita Harapan, Jakarta tertarik meluangkan waktu dan membagikan ilmunya bersama mahasiswa-mahasiswa yang tergabung di Stube HEMAT Yogyakarta dalam pelatihan sehari mengenai kepemimpinan.
Bertempat di Aula LPP Sinode GKI-GKJ Jateng, Sabtu, 16 November 2013, kegiatan ini cukup menarik buat peserta. Dengan mengusung tema Leadership Menjawab Tantangan Dunia, pelatihan sehari ini terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama membahas Tantangan Leadership dan Teori Leadership sementara sesi kedua membicarakan Motivasi Leadership dan Pengambilan Keputusan. Peserta belajar bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, perusahaan, bahkan diri sendiri sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan dengan semua keterbatasan dan kelebihannya.
Paulus, mahasiswa teologia UKDW yang mengikuti kegiatan ini bertanya, ”Apakah untuk menjadi seorang leader harus memiliki akses? Dengan tegas fasilitator mengatakan tidak. Menjadi seorang pemimpin tidak harus memerlukan akses karena pada dasarnya manusia memiliki kehendak bebas (Human Free) yang dilengkapi dengan mental dan fisik yang baik. Jika sifat dan kemampuan dasar itu tidak dimanfaatkan dengan baik akan membuatnya selalu kalah (the loser) bukan menjadi pemenang (the winner). Bahkan kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku, baik perorangan ataupun kelompok yang tidak harus memiliki batasan atau aturan-aturan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan sering kali disamakan dengan manajemen, yang memikirkan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi yang dibatasi oleh tata krama birokrasi dan konsep kepemimpinan sangat dekat dengan konsep kekuasaan. Padahal seorang leader berbeda dengan seorang manager.
Di akhir sesi disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai pemimpin ketika dia dapat mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan yang semuanya harus mengarah pada: 1) Apakah membuat Tuhan semakin dipermuliakan, 2) Apakah membuat manusia semakin manusiawi, dan 3) Apakah membuat alam lestari. Bagi anak-anak muda hendaknya sebelum memimpin lingkungan yang besar, haruslah berlatih memimpin dalam lingkungan kecil termasuk memimpin dirinya terlebih dahulu.*** (SA)