ASEAN Centre for Active Ageing and Innovation (ACAI) merupakan kebijakan dari ASEAN di bawah kepemimpinan Thailand pada pertemuan tingkat tinggi ASEAN yang ke-30 di Manila, Filipina tahun 2018. Kebijakan ini mengupayakan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik bagi kelompok usia lanjut (lansia) dan mempersiapkan negara-negara di kawasan ASEAN menghadapi masyarakatnya yang menua, dan menciptakan lingkungan yang mendukung lansia agar tetap aktif dan berkontribusi dalam masyarakat. Istilah “masyarakat menua” dipakai untuk menggambarkan populasi lansia (65 tahun ke atas) yang semakin besar dibandingkan dengan kelompok usia muda. Hal ini terjadi karena peningkatan harapan hidup dan penurunan angka kelahiran. Dinamika populasi yang berubah ini tentu saja membawa tantangan baru di berbagai bidang seperti kesehatan, ekonomi, dan pelayanan sosial.
Proporsi penduduk lansia di ASEAN meningkat dalam dua dekade terakhir, yakni 5,3% di tahun 2000 dan 7,5% di tahun 2022. Diperkirakan dalam 20 tahun ke depan, lebih dari 70 juta orang akan berusia lebih dari 65 tahun. Sementara di Indonesia penduduk lansia mencapai 11,75% dari total penduduk di tahun 2023. Rasio ketergantungan lansia meningkat menjadi 17,08 yang berarti bahwa 100 penduduk usia produktif menanggung 17 penduduk lansia.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan menghadapi masyarakat tua meliputi: 1) Beban ekonomi dimana penduduk usia produktif semakin sedikit tetapi harus menanggung beban sosial dan ekonomi yang lebih besar untuk mendukung lansia; 2) Beban kebutuhan kesehatan yang meningkat karena biaya perawatan dan tekanan pada sistem kesehatan; 3) Pengangguran di kalangan usia produktif dengan meningkatnya jumlah lansia; 4) Peningkatan anggaran untuk program-program sosial dan kesehatan yang mendukung lansia; 5) Integrasi program untuk lansia dalam masyarakat sebagai upaya peningkatan ketahanan sosial. Salah satu upaya yang telah dilakukan di level kelurahan yakni adanya Layanan Lansia Terintegrasi (LLT) untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai kota ramah lansia, yang mencakup layanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi, sosial-keagamaan, dan aksesibilitas ruang terbuka.
Kelurahan Wirogunan memiliki LLT ‘Wira Wreda’ dan mendapat kunjungan dari para expert ACAI (08/10/2024) yang disambut dengan ‘Bregada Nyutra’, sebagai salah satu bentuk wadah para lansia untuk berkesenian dan memelihara kebudayaan lokal. Bersamaan kunjungan ke Puskesmas Mergangsan yang terletak di belakang kantor Kelurahan Wirogunan, para expert ACAI juga melihat pemberdayaan ekonomi para lansia dengan produk makanan, minuman herbal, kerajinan tas, juga praktek shibori para lansia. Tak ketinggalan pula, group band para lansia menghibur para tamu dengan lagu-lagu ever green.
Dalam menghadapi masyarakat tua, selain menyiapkan para lansia itu sendiri, tak kalah penting mempersiapkan masyarakat usia produktif atas beban komposisi populasi Masyarakat tua, sehingga ketahanan sosial bisa tetap terwujud. ***
Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIS SMA BOPKRI Banguntapan
Siapakah pemimpin yang menjadi favoritmu? Pertanyaan awal dari Trustha Rembaka, S.Th kepada para peserta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA BOPKRI Banguntapan (6/10/2024). Beragam jawaban muncul dari para peserta seperti: presiden, menteri, tokoh dari dalam maupun luar negeri, termasuk kepala sekolah. Apa sebab pemimpin tadi menjadi favorit bagi para peserta? Ada yang beralasan karena terkenal, melakukan hal-hal baik, berorasi menarik, tegas dan perhatian kepada yang dipimpin.
Kolaborasi dalam LDK Pengurus OSIS SMA BOPKRI Banguntapan menjadi wujud keberpihakan Stube-HEMAT Yogyakarta ikut serta membentuk pemimpin muda di lingkup sekolah menengah. Ada tiga poin penting dalam LDK kali ini yaitu dasar kepemimpinan, kemampuan komunikasi dan pengambilan keputusan. Sebuah kuisioner sederhana tentang kepemimpinan diberikan dengan kriteria hasil; 1) yang penting kelompok/OSIS berjalan apa adanya, 2) sebenarnya kelompok/OSIS bisa melakukan dengan lebih baik, tapi tidak cukup berani membuat terobosan untuk mengembangkan, dan 3) mereka yang mempunyai keterampilan memimpin, namun perlu membangun kepercayaan diri, dan yakin bisa menjadi pemimpin yang baik.
Pemimpin yang baik tidak datang tiba-tiba, melainkan melalui proses pembentukan, selain potensi dasar yang sudah ada. Menurut John C. Maxwell, pakar kepemimpinan, kepemimpinan adalah seni/proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka mau melakukan usaha atau bekerja mencapai tujuan tertentu. Dalam kepemimpinan ada dinamika bagaimana memimpin dan mengelola orang-orang yang dipimpin. Selanjutnya, Trustha memaparkan ‘step by step’ menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi sekolah. Para pengurus OSIS tentunya harus memiliki karakter pemimpin, seperti integritas (perkataan selaras dengan tindakan), etika, jujur dan tegas, mampu mempengaruhi orang lain, inovatif, dan berani mengambil resiko.
Di sesi Komunikasi Efektif, Kresensia Risna Efrieno, S.I.Kom dari Stube HEMAT Yogyakarta membuka dengan permainan tebak pesan, dimana tiga orang bergiliran menyampaikan pesan melalui gerakan dan peserta lain menafsirkan apa isi pesannya. Ternyata, tidak setiap gerakan bisa terungkap pesannya, sehingga mereka belajar bahwa suatu pesan tidak selalu bisa dipahami langsung. Bagaimana cara agar pesan bisa dipahami dan berdampak? Isna menyampaikan lingkup komunikasi yang perlu diketahui peserta, yaitu Who, siapa yang berbicara, Says What: pesan apa yang dikatakan, In Which Channel: melalui media apa, To Whom: kepada siapa yang menjadi pendengarnya, dan What Effect: dampak apa yang diharapkan. Jadi, Komunikasi Efektif merupakan proses interaksi atau pertukaran informasi yang menghasilkan kesamaan pendapat atau persepsi antar pelaku komunikasi dan meminimalisir kesalahpahaman. Oleh karena itu, antara komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan), perlu saling menghormati, memberikan ‘feedback’ atau respon, ‘audible’ atau dapat didengar dengan baik, ‘clarity’ atau jelas bisa dipahami dan ‘humble’ atau rendah hati.
Dalam sesi Pengambilan Keputusan, Trustha mengawali dengan pemahaman bahwa pengambilan keputusan merupakan bagian dari kepemimpinan. Pengambilan keputusan merupakan ilmu yang mempelajari cara memilih alternatif yang tepat dan akan menjadi keputusan yang berhubungan dengan perilaku seseorang dalam memutuskan sesuatu. Menurut Siagian, Sondang P., dalam Sistem Informasi untuk pengambilan keputusan, pengambilan keputusan meliputi definisi masalah, pengumpulan data, analisis data, penentuan alternatif, pemilihan alternatif yang terbaik, putuskan, implementasi dan monitor hasil, dan evaluasi.
Selanjutnya para peserta mempraktekkan menangani suatu kasus seorang siswa kelas 12 yang sering terlambat dan kadang tidak masuk sekolah. Jarak rumah dengan sekolah sekitar 10 km, sedangkan ia tidak memiliki kendaraan untuk sekolah dan tidak ada kendaraan umum. Ia tidak mendapat uang saku secara pasti dari orang tuanya, yang bekerja sebagai buruh serabutan. Ia mengaku kedua orang tuanya sedang menghadapi masalah keluarga. Ia ingin keluar dari sekolah karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Para pengurus OSIS mengusulkan alternatif, antara lain memobilisasi publik untuk donasi sepeda, mengupayakan tinggal bersama siswa lainnya yang bersedia, dan menjadwal teman-temannya di wilayah terdekat untuk menjemput dan berangkat bersama.
Di pelatihan ini muncul karakter kepemimpinan yang peduli, komunikatif, dan menemukan solusi dari masalah-masalah yang dihadapi. Seorang pemimpin adalah dia yang tahu jalannya, menempuh jalannya dan menunjukkan jalannya! Pengurus OSIS SMA Bobayo, selamat melanjutkan proses pembentukan pemimpin dan melayani sesama.***