Manusia memiliki kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu yang besar, ia akan berusaha mencari jawab pertanyaan yang mengganggu pikirannya sampai mendapat jawaban. Rasa penasaran ini juga menyelimuti benak para peserta pelatihan Pertanian Organik Stube-HEMAT Yogyakarta (4-6 Mei 2018) ketika mendengar TO Suprapto, salah satu fasilitator dalam pelatihan tersebut yang memaparkan tentang pertanian terpadu dan pemanfaatan bahan lokal untuk pupuk cair.
Berbekal semangat dan keinginan belajar yang kuat,Rabu, 23 Mei 2018, kelompok mahasiswayang terdiri darilima orang ini(yang notabene berasal dari NTT)pergi ke Godean, tepatnya ke Joglo Tani, milik TO Suprapto, untuk mendalami pembuatan pupuk cair karena mereka adalah anak petani tetapi belum tahu bagaimana membuat pupuk cair dari bahan yang ada di daerah, karena mereka jarang memanfaatkan bahan lokal menjadi pupuk, dengan harapan mereka bisa menerapkannya ketika pulang ke daerah asal. Mereka adalah Bram (mahasiswa Pertanian), Daniel (mahasiswa Ilmu Pemerintahan), Chindy Rawambaku (mahasiswa Teknik Sipil) dan Elisabeth Uru Ndaya (mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris) keempatnya dari pulau Sumba dan Ikha Manu (mahasiswa Psikologi dari Soe).
Aktivitas di Joglo Tani diawali dengan berkunjung ke bagian pembuatan pupuk cair dan pupuk padat. Di sini peserta berdiskusi dengan Bowo, adik kandung TOSuprapto, tentang urine kelinci sebagai salah satu contoh bahan pupuk cair, sekaligus praktek mengenal bahan-bahan pembuatan pupuk cair, menakar bahan-bahannya hingga siap difermentasi. Mereka praktek bersama-sama para siswa SMK yang juga belajar di sana.
Bahan pembuatan pupuk cair yaitu, urin sapi 20 liter, rempah-rempah/empon-empon 2 kg, buah-buahan busuk, tetes tebu 1 liter, guano kohe 2 kg, daun gamal dan batang pisang. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut: rempah-rempah diiris kecil dan direbus, setelah mendidih, bahan tadi didinginkan dan dicampur dengan urin sapi, tetes tebu, buah-buahan busuk, daun gamal, dan batang pisang yang sudah dicacah. Bahan-bahan tadi dimasukkan dalam ember dan ditutup rapat selama sekitar dua minggu supaya berfermentasi. Setelah dua minggu, pupuk cair sudah jadi dan siap digunakan. Jika tidak ada urin sapi, bahan pupuk cair bisa menggunakan air kelapa, dan tetes tebu bisa diganti gula merah. Pupuk cair ini bermanfaat untuk meningkatkan kadar hara dalam tanah karena ada kandungan nutrisi organik dan menyegarkan tanaman. Manfaat lain menggunakan empon-empon adalah membunuh hama yang ada di dalam tanah karena sifat bawaan empon-empon yang cenderung panas.
Bram Mila, salah satu peserta mengungkapkan, “Kesan yang saya dapat adalah cara praktek pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) memang sangat mudah dan tidak terlalu butuh biaya untuk bahannya, karena semua tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan sebagai bahan pupuk maupun insektisida. Sekarang saya bisa membuat POC sendiri dengan bahan kunyit dan halia (jahe), masing-masing satu kg.”
Memang sudah terbukti bahwa proses belajar dengan datang, lihat, lakukan akan membuat seseorang menguasai suatu materi pembelajaran dengan lebih baik. Karena itu, anak muda, mulai kenali bahan-bahan lokal di daerahmu dan manfaatkanlah untuk meningkatkan produksi pertanian masyarakat. (ELS).