Kemampuan memanfaatkan alat berteknologi tinggi dan dunia cyber menjadi kunci perkembangan dan eksistensi seseorang, komunitas dan masyarakat, sehingga upaya peningkatan kapasitas perlu terus dilakukan dan berdampak pada kualitas hidup manusia. Namun realita kesenjangan (gap) penguasaan teknologi masih terjadi karena beragam latar belakang, seperti pendidikan, usia, ekonomi dan budaya, dan teknologi pun terus berkembang dan mengubah pola hidup masyarakat. Mereka yang tidak siap akan tertinggal bahkan terlibas. Merebaknya pandemik juga mempercepat perubahan pola hidup masyarakat di dunia, dari cara hidup, interaksi antar orang di rumah dan masyarakat, sektor pendidikan, aktivitas ekonomi, kegiatan keagamaan dan sektor lainnya yang ‘memaksa’ mereka ‘eksodus’ dari interaksi langsung menjadi berbasis teknologi seperti internet untuk berinteraksi, berkomunikasi dan bertransaksi. Gereja-gereja pun menghadapi situasi ini dimana kegiatan yang bersifat massal ditiadakan untuk membatasi sebaran virus dan gereja dituntut memodifikasi bentuk pelayanan menjadi online untuk ibadah minggu, sekolah minggu dan kegiatan lainnya.
Situasi ini menjadi concern Stube HEMAT Yogyakarta sebagai lembaga pengembangan sumberdaya manusia, melalui program Cyber Awareness Stube HEMAT Yogyakarta memfasilitasi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi dan menyentuh kelompok-kelompok masyarakat yang terbatas atau bahkan buta teknologi dengan melibatkan praktisi yang berkompeten di bidangnya, sehingga harapannya gap pengusaaan teknologi bisa terjembatani dan bahkan mampu melakukan improvisasi kreatif lainnya. Dalam kegiatan ini Stube HEMAT Yogyakarta bekerjasama dengan team Multimedia GKJ Mergangsan melakukan pendampingan dan pelatihan Multimedia di GKJ Paliyan Gunungkidul (5/9/2020).
Dalam pendampingan ini Trustha Rembaka, koordinator Stube HEMAT Yogyakarta mengawali dengan memperkenalkan Stube HEMAT dan kegiatannya untuk mahasiswa dan kerjasama dengan gereja-gereja di Yogyakarta. Selanjutnya team Multimedia GKJ Mergangsan menggali pengalaman GKJ Paliyan dalam ibadah online khususnya menyiapkan video rekaman ibadah dan video kegiatan lainnya. Pembuatan video mengandalkan anak muda dengan menggunakan gawai untuk merekam gambar dan audio serta mengeditnya. Dari hasilnya mereka belum puas karena tampilan visual masih monoton dan audio terganggu gema. Selanjutnya Richard Panggabean, anggota team Multimedia GKJ Mergangsan memaparkan tahapan pembuatan video, dari pra produksi, produksi dan pasca produksi. Untuk ibadah minggu, pra produksi berkaitan dengan liturgi, isi khotbah dan lagu-lagu, personel yang terlibat, peralatan pendukung dan tempat. Tahapan produksi berkait dengan proses perekaman gambar maupun suara dari alat musik pengiring, singer dan kontrol kondusivitas lingkungan sekitar selama rekaman. Pascaproduksi terkait dengan mengolah rekaman sampai proses mengunggah video dan evaluasi.
Proses pengambilan gambar untuk video ibadah minggu menjadi wahana praktek majelis gereja, team musik dan anak muda GKJ Paliyan. Majelis mempraktekkan teknik komunikasi publik dengan mengucapkan teks liturgi dengan jelas dan fokus mata pada kamera, team musik mengemas lagu dengan irama dan nada yang sesuai, pendeta menyampaikan pesan khotbah ringkas namun berkesan dan team multimedia mengambil gambar dengan angle yang menarik dan merekam audio melalui mixer untuk meminimalisir gema. Tahapan rekaman dari votum ibadah sampai doa berkat berjalan dengan lancar selama kurang lebih 30 menit.
Pengalaman belajar ini memberikan kesan mendalam bagi peserta maupun pendamping. Majelis gereja mengungkapkan rasa terima kasih mendapat kesempatan belajar multimedia, khususnya membuat video untuk pelayanan gereja. Sejujurnya disampaikan bahwa mereka merasa tegang karena ini pertama kali direkam video, bahkan akan diunggah di YouTube. Kemudian Daniel D. Nugraha, dari team Multimedia GKJ Mergangsan mengungkapkan rasa haru atas semangat anak muda, majelis dan pendeta GKJ Paliyan yang sangat bersemangat membuat rekaman pelayanan gereja meski dengan alat-alat rekam yang terbatas.
Kegiatan pendampingan ini menghadirkan rasa kebersamaan, saling memperhatikan dan menjadi energi tambahan untuk terus bersemangat dalam keterbatasan dengan keyakinan pasti ada jalan keluar. Tetaplah bersemangat dalam belajar, berbagi dan melakukan pelayanan untuk kemuliaan Tuhan.