“Napurantano-tano Ranging Masiranggoman,
Tung pe Badanta Padao-dao Tonditta ma
Masigomgoman”
Ada istilah Batak yang mengatakan “ Napurantano-tano Rangging Masiranggoman Tung pe Badanta Padao-dao Tonditta ma Masigomgoman” tano = Lahan, ranging marsiranggoman = saling mengikat, tung = sungguh, pe = pun, badan = tubuh, padao-dao = berjarak jauh, tondita ma = Jiwa lah. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “pohon sirih yang tumbuh ditanah, batangnya saling mengikat, biarpun badan kita berpisah jiwa kita tetap bersatu”. Meskipun kita berada dalam lokasi yang berbeda tempat, tapi akhirnya kita tetap bersatu.
Filosofi ini diambil dari kebudayaan setempat dimana masyarakat di sana dahulu mengkonsumsi sirih. Oleh karena itu, filosofi ini diambil dari pohon sirih. Jika diamati batang pohon ini, ketika tumbuh batang dan ujungnya akan bertemu atau bersatu. Seperti halnya ketika kita pergi ke lokasi yang jauh untuk merantau bekerja ataupun menuntut ilmu suatu saat akan bertemu kembali. Makna ini memberikan pengharapan bagi kita yang memiliki perbedaan baik itu asal daerah, bahasa dan kebudayaan bahwa perbedaan itulah yang melengkapi dan menyatukan kita. Dalam kepercayaan daerah juga memiliki arti ketika badan/tubuh berpisah dengan jiwa, suatu saat pasti akan bertemu kembali.
Pohon sirih yang meski hidup dengan menumpang pada tanaman lain ini, tidaklah mengambil nutrisi dari tanaman yang ditumpanginya. Bahkan daunnya yang indah berbentuk hati itu malah akan memperindah tanaman yang ditumpanginya. Demikianlah simbol yang dapat kita pelajari yang menggambarkan hidup berdampingan dengan damai dengan keanekaragaman yang ada di tanah Batak bahkan di keseluruhan wilayah Indonesia. Sebagai simbol kerukunan dan perdamaian, tak heran dalam adat istiadat suku tertentu kerap membawa dan atau menyuguhkan daun sirih ini sebagai arti pernyataan hidup harmonis dan tidak saling merugikan.
Satu lagi keunikan pohon sirih bila kita perhatikan tumbuhan ini merambat dari bawah ke atas yang bermakna dalam kehidupan maupun pekerjaan yaitu segala sesuatunya haruslah dimulai dari bawah hingga perlahan-lahan menjadi lebih tinggi dengan tanpa merugikan orang lain. Sudah sebaiknya kita memahami dan menghargai budaya bangsa kita yang luhur ini agar tercipta suatu perdamaian dan persatuan yang harmonis untuk menjaga kekerabatan kita. (ROB).