Interaksi global sudah tidak terhindarkan, bahkan menjadi tuntutan khususnya mahasiswa untuk memanfaatkan kemajuan teknologi yang memungkinkan komunikasi dan perjumpaan antar manusia tanpa dibatasi jarak, ruang dan waktu yang berguna untuk transfer pengetahuan, menambah pengalaman dan memperluas jaringan demi peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri sesuai indikator tujuan pembangunan berkelanjutan. Stube-HEMAT Yogyakarta sebagai lembaga pendampingan mahasiswa membuka diri menjadi tuan rumah untuk mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Gottfried Wilhelm Leibniz, Hannover untuk belajar tentang pembangunan berkelanjutan di Indonesia pada tanggal 8-10 Agustus 2019 di Yogyakarta.
Kegiatan ini menjadi sarana mahasiswa Indonesia dan Jerman mendalami pemahaman mereka tentang budaya dan sistem politik yang berbeda, membagikan gagasan dan pengalaman berkaitan aspek-aspek dalam pembangunan berkelanjutan, seperti kesehatan, pendidikan lingkungan dan lainnya. Direktur Eksekutif Stube-HEMAT, Ariani Narwastujati, S.Pd, S.S, M.Pd, menyambut mereka dan memaparkan tentang kota Yogyakarta melalui video dan mempromosikan sumbu filosofis kota ini. Koordinator Stube HEMAT Yogyakarta, Trustha menceritakan pendampingan Stube-HEMAT di Yogyakarta, Sumba maupun Bengkulu. Andreas Kurschat, koordinator grup dari Hannover memperkenalkan rombongan dan menjelaskan tujuan kedatangan ke Indonesia bersama beberapa mahasiswa untuk mengamati kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya di Semarang, Jawa Tengah dan belajar keunikan budaya di Yogyakarta bersama Stube-HEMAT.
Praktek membatik tulis menjadi pengalaman pertama para mahasiswa dari Hannover menghayati warisan budaya Jawa yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Team Stube-HEMAT mendampingi mereka membatik dari menentukan pola dan menggambar pada kain. Mereka menampakkan antusiasme meskipun pertama kali membatik dan menuangkan malam cair ke kain menggunakan canting. Beberapa kali malam menetes di luar garis pola tetapi tidak menyurutkan semangat mereka dan berlanjut untuk mewarnai batik menggunakan teknik colet.
Informasi awal tentang Sumbu Filosofi memancing rasa ingin tahu para mahasiswa dan mendatangi lokasi-lokasi bagian dari Sumbu Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara sampai di Alun-Alun Selatan, kemudian dari Tugu ke selatan melewati jalan Marga Utama, Malioboro, Marga Mulya dan Pangurakan sampai Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta dengan berjalan kaki. Kedalaman makna dari simbol-simbol menyita perhatian para mahasiswa untuk meraih kemuliaan hidup manusia, terlebih keberadaan berbagai jenis tanaman dalam Sumbu Filosofis memperkuat adanya perhatian terhadap lingkungan.
Diskusi dengan pengurus Community Development Bethesda di Yogyakarta sebagai pendamping masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatan merupakan bagian Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang diwujudkan melalui pendampingan dan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan keluarga, kecukupan gizi dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di beberapa desa di kabupaten Sumba Timur, kabupaten Alor dan kabupaten Malaka, keduanya di Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Perhatian kampus tentang kualitas kesehatan masyarakat didiskusikan bersama Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, dan dokter Teguh Kristian Perdamaian, yang mengampu mata kuliah Ilmu Kedokteran Umum dan Ilmu Kesehatan Masyarakat mengungkap alasan-alasan seseorang menunda urusan kesehatan seperti asuransi, pemeriksaan berkala dan penyembuhan karena (1) rendahnya tingkat pendidikan, karena rendahnya melek huruf, minimnya sosialisasi kesehatan, (2) kendala keuangan, yang berkait non medis seperti biaya transport, konsumsi selama perawatan dan kehilangan income, (3) pengaruh keluarga dan budaya, tentang keputusan keluarga, latar belakang budaya dan pengobatan alternatif, (4) aspek psikologis, kendala emosi dan persepsi masyarakat terhadap penyakit.
Kunjungan ke Kraton melengkapi rangkaian belajar tentang komitmen Kraton untuk menjaga warisan budaya yang berupa ajaran-ajaran, filosofi hidup dan beragam wujud seni, serta warisan benda seperti bangunan kraton dan koleksi literatur dan barang-barang antik.
Harapannya dengan beragam pengalaman dari interaksi mahasiswa lintas bangsa, observasi lapangan dan diskusi mengajarkan kepada setiap mahasiswa untuk menghargai keberadaan manusia dan nilai-nilai kemanusian demi kelangsungan kehidupan di muka bumi. (TRU).